Biar Tahu Rasanya Tertusuk Djarum

Ada baiknya, Djarum dan klub lainnya justru road show keluar negeri mempromosikan pebulutangkis mereka agar bisa mewakili negara lain atau sponsor.

Minggu, 8 September 2019 | 18:59 WIB
0
855
Biar Tahu Rasanya Tertusuk Djarum
Audisi bulutangkis (Foto: Jawapos.com)

Djarum pamit karena semprotan KPAI soal iklan rokok. Tahun depan tidak ada lagi seleksi bakat unggulan bulutangkis yang sudah berlangsung puluhan tahun. Pencarian bakat akan terus berlangsung tanpa Djarum lewat klub-klub kenamaan.

Hilang bakat unggulan pebulutangkis Indonesia? Siapa yang perduli!

Toh pemerintah hanya mau enaknya saja mengambil bibit yang sudah matang ketika ada kejuaraan internasional. Selebihnya klub bahkan pebulutangkis sendiri yang membiayai turnamen internasional agar dapat peringkat.

Di luar itu mana peduli mereka.

Itu di kalangan pemerintah. Bagaimana dengan antusias masyarakat?

Tidak banyak perduli juga. Beberapa kali saya pergoki pebulutangkis di bandara. Cuma saya yang menyalami. Orang lain bengong sambil tanya, "Siapa tuh mas.. Kok ganteng amat!"

Masyarakat tidak lagi peduli bulutangkis. Mau juara dunia kek atau turnamen apalah. Tidak seperti jaman Susi Susanti. Pebulutangkis jadi pahlawan.

Tidak hanya bulutangkis. Masyarakat juga sudah tidak antusias dengan cabang olahraga lain.

Sepakbola? Berangkat dari aksi beringas Indonesia lawan Malaysia, malahan sebagian publik berharap Indonesia kalah lawan Thailand. Mereka sudah sedemikian muaknya melihat kelakuan barbar pecandu bola ditengah miskinnya prestasi persepakbolaan anak negeri.

Bahkan ada yang sangat jengkel sampai berujar:

"Biar mampus aja sekalian sepakbola kita. Gak ada gunanya selain menjadi ajang keributan."

Cabang olahraga lain juga tidak dibincangkan secara nasional. Media TV juga tidak memberikan porsi besar untuk tayangan olahraga dalam negeri.

Lengkaplah sudah centang perenang dunia olahraga kita.

Jadi benar Djarum menghentikan seleksi tahunan. Buat apa buang biaya milyaran toh masyarakat tidak mengapresiasi. Menang tidak dijadikan pahlawan. Kalah jadi hujatan. Memupuk bakat pun dijegal.

Ada baiknya, Djarum dan klub lainnya justru road show keluar negeri mempromosikan pebulutangkis mereka agar bisa mewakili negara lain atau sponsor. Mereka jauh menghargai pebulutangkis kita ketimbang perlakuan menyakitkan di dalam negeri.

Biar tahu.. Biar rasa.

Biar publik Indonesia merasakan pedih hatinya laksana tertusuk jarum, menyaksikan pemain kita berlaga untuk kepentingan negara lain dan menang di tanah airnya sendiri. Atau bekas tanah airnya sendiri.

Biar publik Indonesia dan para pemangku kepentingan merasakan itulah hasilnya jika kecintaan yang sepenuh hati akan kebanggaan negeri direnggut oleh perilaku tidak sopan yang sangat tidak menghargai usaha keras orang lain mengharumkan nama negara.

Sungguh saya menantikan momen itu...

***