Pembebasan Cinta dari Dusta

Benarkah segala sesuatu di atas bumi ini telah dituliskan oleh satu tangan saja, sebagaimana Sang Alkemis Paulo Coelho mempertanyakan?

Minggu, 15 Mei 2022 | 05:52 WIB
0
132
Pembebasan Cinta dari Dusta
Dermaga (Foto: wallpaperbetter.com)

"Harapan adalah mimpi dari seorang yang terjaga," berkata Aristoteles seolah ia filsuf paling sohor di dunia. Dan sebelum subuh tiba, berdua bersama Chairil Anwar (itu penyair sohor Indonesia), tertidur di angkringan kopi yang 6 jam sebelumnya sudah tutup. Chairil sendiri sempat menuliskan sebaris kata di kertas bungkus rokok, "Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam. Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu,..."

Tapi keduanya tertidur, saudara-saudara! Bagaimana mereka bisa suka pada para pejuang, jika berdua kerjaannya tidur mulu? Hanya karena ini hari Minggu, di mana manusia memilih liburan dan memaksa tuhan terus bekerja tanpa henti?

Tapi mungkin Dr. Seuss (1904 - 1991), benar adanya. "Ketika Anda jatuh cinta," berkata penulis dari AS itu, "kebahagiaan akan membuat Anda sulit tertidur karena kenyataan lebih baik dibandingkan mimpi Anda." Tapi apa cinta tak mengenal waktu? Tak ada istilah masa berlaku, expired date?

Karena setelah perjanjian dibikin, yang ada lebih pada tuntutan tanggungjawab. Dan itu agak menyebalkan karena seolah kewajiban atau beban utang-piutang. Benarkah segala sesuatu di atas bumi ini telah dituliskan oleh satu tangan saja, sebagaimana Sang Alkemis Paulo Coelho mempertanyakan? Embuhlah. Pada dedaunan pagi berembun, kau akan lihat, ketika sinar matahari membiaskan cintanya. Daun-daun pun seolah menguap.

Ritual butir-butir air bersujud perlahan. Kemudian melayang tipis-tipis. Samar. Menuju langit. Menjadikannya rindu-dendam.

Dan dari satu kesalahan ke kesalahan lain, manusia menemukan kebenaran, ujar Freud dengan suara terbata-bata. Bau alkohol menyembul dari sebelahnya. Entah siapa yang di sebelahnya. Yang pasti bukan Sutardji, karena sudah lama berhenti minum air api, yang menyebabkan jantungnya berdegap-degup.

Toh pada akhirnya ia tak mampu membebaskan kata dari makna, cinta dari dusta, beda dari sama, kadrun dari buzer. Marilah kita berkhidmat, sebelum penjual gudeg-bubur di pojok pasar kehabisan pembeli; Man knows much more than he understands, sebagaimana ditulis oleh seorang psikiater bernama Alfred Adler. Manusia tahu jauh lebih banyak daripada yang dia pahami.

Seperti bunyi pepatah, tahu jauh lebih banyak apa yang dinyanyikan Leo Kristi, atau Chrisye, Slank, Rhoma Irama, tetapi tidak memahami maknanya. Seperti syair lagu campursari yang ganjen dari marhum Mantous. "Pak Kemis laire dina Rebo, ndisik ngemis saiki tetep ngemis,..." Metharming with love.

Sunardian Wirodono