Bahwa orang yang pendiam, seringkali memiliki benak yang riuh. Kami tak mengklaim diri kami pendiam dan memiliki benak yang ramai.
Lukisan Norman Rockwell ini terasa mengusikku. Seorang dengan anjingnya sedang tekun membaca, dan di belakangnya tampak pasangan sedang bercengkerama. Segera gambar ini kukirim ke sahabat, dengan text: kitakah itu? Membaca bersama pet kesayangan, tapi kesepian? Pretending to be happy?
Ia membalas: mungkin. Menambahkan emo (emoticon) The eagle flies alone. We’re not parrots, tulisnya lagi.
Aku membantah: parrots make everyone happy.. and eagle sometime needs a hug or maybe more…
Sahabat membalas: VPN, please…
Aku menjadi tergelak-gelak karenanya. Sedetik kemudian ia menelponku. Suaranya ditelpon terdengar tertawa, meski ia sedang rawat inap untuk menjalani sesi kemo terakhirnya. Ia selalu menjalaninya sendiri dengan tegar dan ceria. Tidak manja. Membuatku mendadak malu telah memborbardirnya tentang kegalauan sepi dan sendiri.
Kami kemudian membahas kisah kesayangan kami, pembenaran pada kebiasaan kami yang sering menjaga jarak pada orang lain. Dikutip dari buku Emotional Intelligence, Daniel Goleman. Pada bab awal ada kisah tentang anak TK yang pendiam dan paling pasif di kelas, alih-alih sedang menonjolkan diri. Namun ternyata, ketika diwawancarai psikolog, ia menjadi anak yang paling hafal kebiasaan teman-temannya. Paling tahu apa kesukaan teman-temannya, dan bisa menirukan dengan persis keseharian teman-temannya. Ia juga mengetahui dengan persis perasaan teman-temannya serta apa yang sedang terjadi. Anak yang peka.
Singkatnya, kisah itu mengajari kami banyak hal. Bahwa orang yang pendiam, seringkali memiliki benak yang riuh. Kami tak mengklaim diri kami pendiam dan memiliki benak yang ramai, namun kisah itu seperti memaafkan diri kami sendiri yang sering menghabiskan waktu untuk melamun. “Toh ini pilihan kita sendiri,” kata sahabat. Aku pun bersetuju.
Kami berdua sama, bukan tipe orang yang sanggup berlama-lama di tengah keramaian, dan circle pertemanan kami pun terbatas. Meski menurutnya aku lebih punya banyak teman dibanding dia. Tapi dia lebih tenang menurutku.
“Kita mungkin bukan kesepian… hanya merindu saja…” dan kami pun tergelak-gelak. Pembicaraan kemudian beralih ke orang-orang yang kami rindukan. Sesaat kemudian kami membahas Soe Hok Gie. Gie banyak membahas tentang sepi dan feeling lonely di catatan hariannya.
“walaupun setiap orang berbicara
tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan…”
Demikian tulis Hok Gie dalam Mandalawangi-Pangrango. Puisi yang kami sukai karena juga penyemangat hidup. Lalu lanjutnya:
“kau datang kembali
dan bicara padaku tentang kehampaan semua
hidup adalah soal keberanian.
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah”
Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu.
Melampaui batas-batas jurangmu
Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup.”
#vkd
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews