Kegamangan yang Menakutkan

Kalo dokter sudah pakai APD level 3 yang ketat begitu masih bisa tertular juga, lantas kita harus bagaimana?

Kamis, 11 Juni 2020 | 20:36 WIB
0
277
Kegamangan yang Menakutkan
Virus corona (Foto: Fajar Indonesia Network)

Ada dua berita kematian akibat covid-19 termutakhir yang menimbulkan kegamangan menakutkan. Yaitu tentang driver ojol yang kecelakaan dijambret, dirawat di RS dan meninggal dalam status positif covid-19 dan dokter Miftah Fawzy seorang residen spesialisasi penyakit dalam yang meninggal dengan status positif covid-19. Kedua insiden ini berlokasi di Surabaya.

Mengapa saya sebut kegamangan yang menakutkan? Karena ini menunjukkan betapa tak berdayanya kita menghadapi virus corona baru ini. Kita seperti berjalan di lorong gelap gulita yang panjang dan berkelok-kelok.

Kasus pertama, driver ojol perempuan yang mengalami kecelakaan akibat dijambret. Pemeriksaan radiologi yang bersangkutan mengalami multi fracture (patah tulang di beberapa tempat), tapi tak disebut di situ apakah juga mengalami gegar otak. Rapid test negatif.

Pemeriksaan lanjutan dengan CT Scan menunjukkan gambaran "ground glass opacity" pada paru-paru. Paru-parunya berwarna putih seperti taburan pecahan gelas yang digerus. Artinya pasien sudah terkena pneumonia. Dan kesimpulan lanjutan pasien pasti positif covid-19.

Tiga hari setelah dirawat pasien meninggal dan rencananya akan dimakamkan dengan protokol covid-19. Rekan-rekan ojol marah karena tidak percaya akan penetapan covid-19 ini dan mengambil paksa jenazah dari pihak RS.

Yang menjadi pertanyaan besar di sini adalah KAPAN yang bersangkutan tertular covid ini? Apakah tertular waktu sedang menjalankan pekerjaannya sebagai driver ojol atau tertular wakty yang bersangkutan dirawat di RS yang dinamakan dengan "nosokomial"?

Kalo semisal yang bersangkutan sudah terkena covid waktu kejadian penjambretan, mengapa yang bersangkutan masih bisa menjalankan pekerjaan sehari-harinya sabagai driver ojol? Kalo yang bersangkutan tertular covid saat dirawat di RS (nosokomial), kenapa proses penyakit ini sedemikian cepatnya? Hanya dalam waktu 3 hari sudah masuk ke pneumonia dan meninggal?

Kasus kedua, dokter Miftah Fawzy juga menimbulkan kegamangan. Sebagai residen penyakit dalam, beliau memang menangani pasien covid-19 di RS. Tapi saya sangat yakin, beliau pasti menggunakan APD level 3 lengkap di dalam menangani pasien-pasien covid. Lantas kenapa bisa tertular covid juga? Bukan cuma tertular dengan gejala ringan (yang bisa diatasi dengan isolasi mandiri), tapi berakhir dengan kematian. Umur beliau 34 tahun.

Inilah yang saya sebut dengankegamangan yang menakutkan tadi. We're completely in the dark facing this monsterous corona virus. Kalo dokter sudah pakai APD level 3 yang ketat begitu masih bisa tertular juga, lantas kita harus bagaimana? Bisa-bisa nanti semua dokter tidak ada yang bersedia menangani pasien covid karena taruhan nyawanya begitu besar.

Demikian pula dengan orang-orang yang menderita sakit atau kecelakaan pasti akan takut berobat ke RS, karena masuk RS berarti dapat tambahan (bonus) penyakit covid-19 sehingga mempercepat kematian.

***