Jangan Gantungkan Nasib pada Selembar Ijazah

Kalau kita yakin bahwa kita bisa sukses dan mau bekerja keras tanpa gengsi gengsian maka sukses akan menjadi milik kita.

Kamis, 25 Juli 2019 | 07:16 WIB
0
399
Jangan Gantungkan Nasib pada Selembar Ijazah
Ilustrasi ijazah (Foto: Tirto.id)

Bukan Titel Yang Mengantarkan Orang Menjadi Sukses, Melainkan Sikap Mental

Tahun ini diperkirakan akan ada penambahan pengangguran terdidik baru  Angka itu diprediksi terus bertambah, karena 2017 jumlah pengangguran lulusan diploma dan sarjana di Indonesia, mencapai 1 juta jiwa.  

Hal ini membuktikan bahwa titel bukan karcis masuk ke gerbang kesuksesan hidup, melainkan sikap mental dan keberanian untuk mengambil keputusan serta siap bekerja keras untuk mencapai cita-cita hidup. Bagi orang yang hanya mendapatkan pendidikan setingkat SMA atau lebih rendah,bila ada lowongan pekerjaan ,akan langsung diterima. 

Tapi lulusan sarjana ,memilih milih pekerjaan yang dianggap selevel dengan gelar sarjananya. Sehingga mengabaikan berbagai kesempatan untuk bekerja, karena dinilai tidak sesuai dengan harkat sarjana yang dimiliki.  

Hal ini disebabkan karena sejak dari kecil banyak orang tua mendidik anak anak mereka, seakan menjadi Sarjana adalah tujuan satu satunya yang harus dicapai,tanpa mempersiapkan anak anak untuk menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya

Akibatnya, dalam diri anak , terciptalah sebuah cara berpikir yang keliru yakni menggantungkan nasib pada selembar ijazah, karena bermimpi bahwa dengan menyandang gelar Sarjana maka jalan untuk meraih kesuksesan sudah di depan mata. 

Sehingga ketika berhadapan dengan kenyataan hidup yang bertolak belakang,menjadi kecewa dan frustasi, karena menemukan kenyataan pahit,bahwa gelar Sarjana ternyata tidak se sakti seperti yang dibayangkan

Di Australia Sejak SMA Anak Anak Sudah Kerja Paruh Waktu

Di Australia, sejak masih duduk di SMA anak anak sudah dibiasakan untuk kerja paruh waktu. Bukan karena orang tua mereka tidak mampu, melainkan untuk mempersiapkan anak anak menjadi Sarjana yang siap pakai begitu lulus sarjana.

Mereka bekerja di toko roti, di mall atau di restoran KFC, maupun di Mc Donald dengan gaji berkisar antara 8 -12 dollar per jam. Cucu cucu kami, malahan sejak SMP sudah kerja paruh waktu di toko roti, walaupun cuma 3 atau 4 jam sehari. 

Hal ini sama sekali tidak mengganggu waktu belajar buktinya cucu kami Dea Karina Putri sejak SMP sudah kerja di salah satu toko roti di Joondalup. SMA ia bekerja di tempat lain dan hingga duduk dibangku kuliah masih terus kerja paruh waktu. Ternyata waktu yang digunakan untuk bekerja sama sekali tidak menghambat kuliahnya. 

Di usia 23 tahun beberapa bulan lalu Dea lulus Master of Degree di bidang business dan begitu selesai di wisuda langsung dapat pekerjaan disalah satu bank. Begitu juga dengan cucu cucu kami yang lainnya. 
Mengubah Sikap Mental 

Karena itu perlu untuk mengubah sikap mental bahwa  gelar sarjana bukanlah segala galanya. Titel yang disandang hanyalah jalan untuk meraih kesuksesan seperti quote : " knowledge is the way to your success". Titel bukanlah sebuah garansi bahwa kita pasti sukses karena sukses tidaknya seseorang tergantung kepada sikap mentalnya.

Untuk mengubah sikap mental perlu diawali dengan mengubah cara berpikir. Siapa lagi yang dapat mengubah cara berpikir kita, kalau bukan diri sendiri?

Dengan mengubah cara berpikir maka serta merta sikap mental akan berubah. Perubahan sikap mental akan mengubah tindakan dan perilaku kita, maka hidup akan berubah. 

Kalau kita yakin bahwa kita bisa sukses dan mau bekerja keras tanpa gengsi gengsian maka sukses akan menjadi milik kita. Tetapi bilamana orang yakin bahwa  ditakdirkan sebagai kuli, maka kelak ia akan menjadi kuli, seperti apa yang diyakininya.

Intisari dari tulisan ini adalah perjalanan hidup pribadi penulis yang telah menjalani hidup penuh penderitaan lahir batin yakni pernah jadi buruh di pabrik karet di pinggiran kota Medan selama dua tahun pernah jadi Sopir Bajaj jadi kuli bongkar muat dan penjual kelapa tapi yakin bahwa badai kehidupan ini pasti akan berlalu. 

Setelah kerja keras selama tujuh tahun, kami bersyukur kepada Tuhan bisa mengubah nasib dan membiayai ketiga anak anak kami studi di Amerika Serikat.

Quote: Change your mind and your life will be change"

Tjiptadinata Effendi


***