Mengedepankan kepentingan kemanusiaan tanpa bermaksud mengabaikan kepentingan negara, suku, keyakinan, dan individu.
Dalam bukunya, ‘’Surviving the 21st Century’’ (Springer 2017), Julian Cribb, seorang jurnalis sains dari Australia, menuliskan bahwa dalam fase trimester kedua janin dalam rahim, sel-sel saraf dalam otak embrio mulai saling berhubungan, awal terciptanya pikiran (mind).
Massa sel-sel yang sebelumnya “tidak benyawa” mulai menjadi insan yang bisa berpikir, berimajinasi, berlogika, mempunyai perasaan dan bermimpi.
Trimester kedua?! Berarti usia janin antara 4-6 bulan, usia dimana janin diantaranya mulai bergerak aktif, merespon ransangan tertentu dan dimulainya siklus bangun-tidur. Fase dimana ruh ditiupkan oleh malaikat.
Analogi ini disampaikan oleh Cribb untuk menjelaskan posisi tahapan kemajuan dan perkembangan manusia yang sedang berada dalam fase yang sangat penting.
Sangat menentukan, apakah manusia bisa terus bertahan hidup atau tidak di planet bumi ini dalam menghadapi 10 ancaman besar berdasarkan hasil-hasil penelitian saintifik, yaitu keruntuhan ekologi, sumber daya alam yang mulai menipis, senjata pemusnah massal, perubahan iklim, keracunan global, krisis pangan, ledakan popuasi, penyakit pandemik, teknologi baru berbahaya dan keyakinan yang salah kaprah (self-delution).
Menurutnya, manusia sedang berada dalam fase awal belajar berpikir sebagai satu spesies. Seperti saraf-saraf janin pada fase trimeseter kedua yang mulai saling berhubungan, pemikiran manusia satu sama lain saling terhubung, berbagi informasi, ide dan berbagai solusi melalui internet dan media sosial dengan kecepatan cahaya (real-time).
Saat ini kita sedang dalam proses membangun pemikiran global yang bersifat universal, yang merupakan kunci utama keberlangsungan hidup manusia di planet yang sedang kita huni ini. Mengedepankan kepentingan kemanusiaan tanpa bermaksud mengabaikan kepentingan negara, suku, keyakinan, dan individu.
[- Rahmad Agus Koto -]
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews