Watak wartawan masih melekat dengan Aqua. Wartawan pagi hari bisa bertemu presiden, malam hari bisa bertemu rakyat jelata. Silaturahmi itu dengan siapa saja.
Senin dan Selasa (11-12 November) saya menemani sahabat lama Aqua Dwipayana. Tokoh ini dikenal sebagai pakar komunikasi dan motivator papan atas Indonesia. Rumah Amal Salman ITB meminta bantuan saya untuk mengundang Aqua agar memberikan motivasi kepada para Amil Muda (istilah Salman untuk para fundraiser muda) agar agresif mencari dana zakat, infak, sadaqah dan wakaf. Maklum, Direktur Rumah Amal Salman Kamal Muzaki dipatok target 50 miliar. Maka Aqua pun memenuhi Salman.
“Lima puluh miliar? Kecil itu!” ujar Aqua. Para Amil Muda tertegun.
“Kuncinya silaturahmi,” tegas Aqua yang mantan wartawan ini.
Kawan saya yang mantan wartawan ini memang mobile. Sebentar-sebentar ada di kota ini, nanti sore di kota itu, besok lusa ada di negara anu. Pagi hari bertemu tokoh ini, siang dengan pejabat anu, sore dengan orang biasa, malam dengan orang luar biasa. “Ya saya silaturahmi terus menjalin komunikasi,” ujarnya.
Aqua memang spesialis komunikasi. Pendidikan kesarjanaannya linier: S1, S2 dan S3-nya komunikasi. Dan ini yang penting, di era digital ini kita bisa saja berkomunikasi melalui gadget. Tapi tak ada yang bisa mengalahkan komunikasi langsung. Kehadiran fisik itu jauh lebih efektif. Karena itu dia sangat mementingkan silaturahmi. Bahasa Sunda-nya : jauh dijugjug, anggang ditèang (Yang jauh dikunjungi, yang jarang bertemu juga didatangi).
The Power of Silaturahim, begitu kata Aqua. Dalam bahasa Islam, silaturahmi memperpanjang umur dan memperpanjang rejeki. Silaturahmi membawa kita untuk jalan-jalan melata di bumi: menemukan hikmah dan mendapatkan hal-hal baru. Maka jiwa menjadi sehat. Silaturahmi memperpanjang rejeki, karena kita akan menemukan banyak kesempatan.
Tapi jangan jadikan kawan silaturahim sebagai sumber uang, kata Aqua. Niat silaturahim adalah ikhlas untuk menjalin komunikasi persaudaraan. “Kenali kawan kita, barangkali dia punya kesulitan. Nah kita bisa bantu memecahkan kesulitan itu melalui jejaring yang kita punya. Kita tinggal nyambung-nyambungkan!” ujar bapak dua anak ini.
Ini bekal berharga bagi Rumah Amal Salman, dan Masjid Salman pada umumnya. Kebanyakan organisasi pengumpul dana gemar mengirim proposal bantuan. Calon donatur dianggap sebagai sumber perahan uang. Semestinya Rumah Amal atau organisasi filantropis mana pun mengenali calon donaturnya.
Datangi mereka barangkali mereka punya kesulitan, atau butuh bantuan untuk mengembangkan usahanya. Dengan jejaring rumah amal yang dimiliki, siapa tahu ada orang dalam jejaring Rumah Amal yang bisa disambungkan. Nah kebanyakan organisasi nir laba datang kepada orang pas ada butuhnya.
“Tolonglah orang keluar dari kesulitan. Nanti rejeki kita nggak karu-karuan. Datangnya dari tempat yang tidak terduga. Para Amil muda harus yakin itu. Kalau tidak yakin, ya Allah tidak akan menurunkan rejeki,” ujar pria kelahiran Pematang Siantar ini.
Itu inti dari komunikasi empati: menghargai orang dan kalau perlu membantu menyelesaikan masalahnya. Kuncinya: database! kata Aqua. Database itu penting. Kita jadi tahu teman kita punya kemampuan apa, dan teman lain butuh apa. Kita tinggal men-silaturahimkan mereka. Things done!
Dua hari menemai Aqua, saya memperhatikan, lisannya tidak lepas dari kata “terima kasih” dan “maaf”. Dia ucapkan kepada siapa pun. Sepertinya sepele, tapi dua kata itu memiliki kekuatan. Makan malam di sebuah restoran, setiap pramusaji menyajikan pesanan atau membereskan meja, Aqua selalu mengucapkan “Terima kasih ya mas! terima kasih yang mbak! Kalau mau mengritik sesuatu, selalu diawal dengan kata “maaf ya”…dst. Kepada pramusaji juga Aqua bilang :” di depan sana ada supir saya. Tolong pesankan makanan yang sama dengan yang saya pesan! katanya.
Watak wartawan masih melekat dengan Aqua. Wartawan pagi hari bisa bertemu presiden, malam hari bisa bertemu rakyat jelata. Silaturahmi itu dengan siapa saja: kalangan atas, atau kalangan bawah. Aqua bersilaturahmi secara vertikal dan horisontal. Kuncinya saling tolong menolong dan saling menghargai.
Saya teringat dengan laba-laba. Hewan ini rajin membuat jejaring. Semakin lebar jejaringnya, semakin banyak dia menjaring makanan. Dalam silaturahmi, filosofi laba-laba ini terlihat. Semakin lebar jejaring silaturahmia kita, semakin banyak rejeki kita. Dan semakin banyak juga kemungkinan kita memberikan rejeki bagi orang lain. Laba-laba juga harus berarti : laba di aku, dan juga laba di kamu. Saling berbagi kebaikan. Saling berbagi rejeki. Berbagi laba yang hakiki.
“Rejeki tak selalu harus bersifat uang. Tapi kesehatan dan kebahagiaan,” kata Aqua.
Sehabis acara motivasi itu, adrenalin para Amil Muda ini naik. “Iya kang, kita ini kurang silaturahmi. Atau kalau silaturahmi pas ada butuhnya,” kata Kamal.
Yang lain bilang. “Siap, kita yakin bisa mencari 50 M!”
Kuncinya?
“The Power of Silaturahim!” kata mereka mengepalkan tangan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews