Terobosan sejumlah pegawai Bank Indonesia yang berhasil menembus media massa arus utama membuat saya bergairah lagi untuk terus berbagi.
Sebuah pesan WA masuk. Bunyinya begini, "Hasil didikan Kang Pepih... makasih banyaakk yaa kangg". Pengirimnya Mas Mando dari Bank Indonesia. Lewat pesan itu, ia sematkan juga tangkapan layar (screen shot) empat opini pegawai BI yang berhasil menembus media massa.
Ah lega.... rasanya menjadi tidak sia-sia berada selama dua hari di Ubud, Bali, beberapa waktu lalu, menyampaikan materi bagaimana menulis opini, khususnya trik bagaimana sebuah artikel atau opini bisa dimua di media arus utama.
Dalam dua hari pelatihan yang diikuti 20 pegawai BI itu, saya menyampaikan sejumlah trik bagaimana "mengakali" editor opini di media massa arus utama agar tulisan opini yang dikirim setidaknya bisa dilirik.
Dilirik? Ya, untuk pertama cukup dilirik saja. Itupun sudah luar biasa. Sebab, sebagaimana pengalaman saya saat bekerja di Harian Kompas, lebiih dari 100 artikel, khususnya opini, masuk ke tangan editor opini. Padahal, paling banyak lima artikel yang bisa termuat. Seringnya malah tiga artikel saja. Sisanya? Ya, dikirim kembali kepada si penulis dengan pesan editor yang kadang "menyakitkan".
Saya selalu bilang begini, "Don't worry, be happy, my friend", sebab ada orang yang lebih dari 100 kali berkirim opini ke Harian Kompas dan... belum pernah dimuat!
Bagi editor opini Harian Kompas, tidak berlaku "belas kasih" di sini, mereka punya standar penilaian sendiri. Seribu kali opini dikirim kalau memang tidak/belum memenuhi standar, ya wassalam. Nah, standar penilaian dan kriteria tertentu inilah yang saya jelaskan kepada peserta pelatihan.
Rupanya para peserta pelatihan paham dan mempraktikkan betul apa yang saya ceritakan.
Alhasil, sejumlah opini mereka bisa menembus media massa arus utama. Mengapa media arus utama? Itu memang target. Kalau dimuat di blog/web sendiri kan tidak ada tantangannya. "Untuk etalase tulisan saja," kata saya.
Mas Junanto Herdiawan dan juga terutama mas Mando yang mengundang saya dan Mbak Leila S. Chudori menjadi pemateri Bank Indonesia masih meneruskan pesan WA-nya, "Sepertinya beberapa (opini) bakal menyusul dimuat lagi."
Ah ya harus saya katakan, "Lega rasanya..."
Bukan apa-apa, setiap ada permintaan tips dan trik menulis opini, artikel atau berita, tantangan yang selalu saya berikan adalah bagaimana tulisan-tulisan itu bisa di muat di media arus utama yang tetap masih dipandang sangat bergengsi, tersebab seleksinya yang cukup ketat. Tidak ada kompromi.
Jadi, yang saya sampaikan tidak semata-mata teori menulis berita, feature atau opini, lebih kepada bagaimana mempraktikannya, juga saya sampaikan pengalaman bagaimana merealisasikan semua itu dalam hasil nyata berupa tulisan yang siap baca, terutama siap kirim.
Maka, sediakan bagi pemateri seperti saya untuk menilai karya tulis peserta pelatihan yang wajib mereka lakukan. Disiplin. Semua tulisan beruapa artikel maupun opini saya periksa satu persatu, saya perbaiki ejaan dan typo kalau ada.
Tetapi yang harus lebih saya beri penekanan adalah pada bagaimana menulis judul bergaya opini, teaser (penggoda) dan "lead" (alinea pembuka), dan logika penulisan.
Terobosan sejumlah pegawai BI yang berhasil menembus media massa arus utama membuat saya bergairah lagi untuk terus berbagi.
Bravo!
#PepihNugraha
***
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [50] Nakal
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews