Menjadi Adil dan tidak menjadi Munafik itu tidak mudah. Mudah itu kalau makan enak, mahal lalu ditraktir teman.
Saya berusaha mendidik diri saya sendiri untuk tidak punya sifat Munafik. Karena kemunafikan itu membuat kita sulit untuk berbuat ADIL. Sementara Adil dekat dengan Taqwa. Bagaimana ingin meraih derajat ketaqwaan jika kita masih tidak mampu untuk bersikap Adil, baik adil terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Contohnya seperti ini;
Jika saya suka 'meledek' para ustadz seleb yang menghimpun jamaah dengan teknik SEO, kemudian berbisnis dengan cap Islami atau Syar'i dengan memanfaatkan jamaahnya tsb... maka saya juga harus mampu 'meledek' para seleb medsos atau influencers yang berjualan buku, dlsb dengan memanfaatkan para followersnya.
Loh apa bedanya dengan mereka ?
Mereka sama-sama pemanfaat followers, dan mereka menghimpun followers dengan strategi pemasaran yang sama pula. Ilmunya sama, hanya bungkusnya saja yang berbeda.
Agama bagi para ustadz seleb hanyalah 'bungkus', di tangan seleb lain, bungkusnya bisa Pancasila, Nasionalisme, Jokowi, Prabowo, Anies, dlsb...
So, jika saya hanya mencela para ustadz seleb namun tidak mampu mencela lainnya yang menggunakan bungkus yang berbeda, maka saya sudah bersikap tidak Adil.
Sama seperti jika saya hanya bisa mengkritik lawan saya, orang yang bersebrangan atau tidak saya sukai, namun saya tidak mampu mengkritik kawan saya yang melakukan kekeliruan yang sama, maka saya sudah Dzolim karena tidak bersikap Adil.
Atau saya hanya mampu mengkritik orang lain, tapi tidak mampu mengkritik diri saya sendiri, menganggap diri sendiri selalu benar karena 'berbeda' dengan orang-orang yang saya kritik, namanya saya bukan hanya Dzolim pada orang lain tapi juga sudah mendzolimi diri sendiri. Coz I'm such a jerk!
Yes. Menjadi Adil dan tidak menjadi Munafik itu tidak mudah. Mudah itu kalau makan enak, mahal lalu ditraktir teman.
Kalau kemudian saya banyak tidak disukai kawan dibenci lawan, demikianlah bagian ketidakmudahannya.
Gapapa...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews