Jangan Lari, Hadapi Masalah Anda!

Jalan spiritual hanya akan memperteguh keyakinan dan mental Anda tapi Anda harus tetap turun menjemput rejeki itu sendiri dengan kedua belah tangan dan kaki Anda.

Selasa, 11 Juni 2019 | 21:54 WIB
0
361
Jangan Lari, Hadapi Masalah Anda!
Ilustrasi masalah kehidupan (Foto: tipspengembangandiri.com)

Hidup adalah rangkaian masalah yang terus menerus datang dalam hidup kita. Ada masalah besar, ada masalah kecil, ada masalah sepele, remeh temeh, itu-itu saja, ada yang penting, gawat, menguras emosi dan tenaga, menuntut kesabaran tanpa batas, menguji iman, dll.

Menjomblo itu masalah, tapi punya pasangan juga masalah. Hanya berbeda bentuk masalah. Tidak punya anak itu masalah besar bagi banyak pasangan, tapi punya anak juga bisa mendatangkan masalah yang menguji seluruh kapasitas kita sebagai manusia.

Dengan memecahkan masalah-masalah yang kita temui setiap hari maka kita akan mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kumpulan perasaan puas, senang, merasa berharga, percaya diri, bersyukur, merasa dicintai dan mencintai, yang kita rasakan secara konstan dalam hidup kita.

Dan, itu bisa kita peroleh jika kita mampu menyelesaikan masalah demi masalah yang kita temui dalam hidup kita. 

Bagi kebanyakan orang masalah ekonomi adalah masalah yang paling krusial, besar, menuntut perhatian dan kapasitas optimal kita untuk memecahkannya. Tapi tentu saja banyak juga orang yang menganggap masalah ekonomi adalah masalah nomor 16.

Baca Juga: Pensiun Dini Ibarat Main "Roller-Coaster" Kehidupan

Ada yang menganggap bahwa hidupnya tidak ada masalah sama sekali. Ada yang bergurau bahwa masalah yang ia hadapi sehari-hari adalah ketika sore hari minum teh ia kesulitan untuk memutuskan apakah pakai gula atau tidak. Kalau pakai gula, perlu satu sendok atau dua.

Tapi, apakah Anda punya banyak masalah besar yang berdampak pada kehidupan Anda hari ini dan mendatang atau hanya menghadapi masalah rutin itu-itu saja pada kehidupan Anda yang datar, Anda tetap harus menjawab masalah. Apa pun masalahnya, konsepnya sama: Jika Anda menyelesaikan masalah Anda maka Anda akan berbahagia.

Sayangnya, bagi banyak orang, hidup tidak terasa sesederhana itu (ada yang secara sarkas bilang bahwa hidup itu tidak seindah cocotnya Mario Teguh). 

By the way, saya akan berlagak bijak seperti Mario Teguh pagi ini.

Ada dua hal yang akan bisa membuat hari-hari kita tidak akan merasa bahagia.

1. Penyangkalan (Denial)

Kita menyangkal kenyataan bahwa kita punya masalah. Dan karena kita menyangkal kenyataan, maka kita harus terus-menerus menipu atau mengalihkan diri dari kenyataan. Kita lari atau pura-pura tidak melihat adanya kenyataan yang harus kita hadapi sebagai masalah.

Menyangkal mungkin bisa membuat kita merasa baik dalam jangka pendek, tetapi itu akan membuat masalah semakin membesar, semakin rumit, membuat hidup kita tertekan, tidak aman dan nyaman. Hidup kita akan dibayang-bayangi kekuatiran dan ketakutan. Penyangkalan akan menimbulkan berbagai masalah mental, spiritual, dan emosional lainnya.

2. Mentalitas Korban (Victim Mentality)

Banyak orang yang MEMILIH untuk bersikap sebagai korban. Mereka beranggapan bahwa mereka adalah korban dari situasi yang mereka hadapi atau korban dari perbuatan orang lain. Mereka memilih untuk percaya bahwa tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah mereka (meski pun mereka sebenarnya bisa).

Mereka akan selalu menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka hadapi atau masalah yang mereka angggap ada dan menyalahkan pihak luar sebagai penyebabnya (asing, aseng, asong, umpamanya)

Dua hal untuk menghindari menyelesaikan masalah ini mungkin membuat kita merasa lebih baik dalam jangka pendek, tetapi itu akan menjerumuskan kita pada kehidupan ‘kemrungsung’, penuh amarah dan dendam, merasa tidak berdaya, dan putus asa. Kita jelas akan kehilangan kesempatan untuk berbahagia dengan menyelesaikan masalahnya.

Mengapa orang-orang menyangkal dan menyalahkan orang lain atas masalah mereka? Karena itu memang cara yang mudah dan terasa nyaman. Opo angele pura-pura tidak punya masalah atau menyalahkan orang lain?  Sementara memecahkan masalah itu sulit, berat dan sering terasa menyakitkan.

Bentuk-bentuk menyalahkan dan menyangkal memberi kita rasa nyaman semu. Ini adalah cara untuk sementara waktu keluar dari masalah kita. Melarikan diri dari masalah itu dapat memberi kita kenyamanan instan yang membuat kita merasa lebih baik.

Kenyaman semu yang instan ini datang dalam berbagai bentuk, seperti alkohol, narkoba, merasa benar secara moral dan spiritual yang dihasilkan dari menyalahkan orang lain, menganggap diri sendiri suci, bersih, dan berada di jalan Tuhan, memakai gamis dan sorban ke mana-mana dan menolak budaya yang dianggapnya tidak islami, selalu berada di masjid dan menolak untuk mencari nafkah, dll.

Saya ingin sekali mendiskusikan bagaimana caranya agar umat Islam tidak terus menerus menyangkal masalah yang mereka hadapi dan terus menerus merasa menjadi korban dari segala hal yang ada di dunia ini. 

Kita semua punya cara untuk mematikan rasa sakit yang timbul dari masalah yang kita hadapi. Dalam dosis yang sedang atau sekedarnya tidak ada yang salah. It's okey... Tetapi semakin lama kita menghindari masalah yang kita hadapi dan semakin lama kita mati rasa, semakin menyakitkan saat kita akhirnya menghadapi masalah tersebut. 

Masalah ekonomi tidak bisa Anda selesaikan dengan cara spiritual. Please... Masalah kebutuhan belanja keluarga Anda sehari-hari, atau utang di teman yang tiap hari menagih, tidak akan selesai dengan doa, wirid tertentu, salat tahajud, atau dengan mengundang puluhan ulama, kyai, dan anak yatim mendoakan Anda.

Baca Juga: Aku Doktor Fisika, Bosku Lulusan SMA, Masalahnya Dimana?

Masalah ekonomi harus diselesaikan dengan prinsip dan tatacara ekonomi. Jalan spiritual hanya akan memperteguh keyakinan dan mental Anda tapi Anda harus tetap turun menjemput rejeki itu sendiri dengan kedua belah tangan dan kaki Anda. Kita jelas bukan Siti Mariam, Ibunda Nabi Isa, yang bisa mendatangkan makanan sendiri ke kamarnya tanpa harus keluar nggodog Supermie di dapur.  Lagipula kebutuhan kita lebih dari sekedar makan saja (lha sing mbok kongkon mbayari cicilan sepeda motormu sopo? Gusti Allah...?!)  

Berdoa sekuat apa pun tidak akan menyelesaikan masalah ekonomi kita. Lha wong cicak di kamar saya yang soleh itu saja masih harus menangkap nyamuk agar bisa hidup. Apa kalian merasa lebih soleh daripada cicak di kamar saya yang tidak pernah melakukan perbuatan maksiat itu? 

Cekap semanten nggedabrus kula. Mbok menawi wonten kalepatan nggih ngapunten ingkang katah (efek ikut halal bihalal keluarga istri di Madiun).

Surabaya, 10 Juni 2019

***