Dalam kesempatan yang sama, para alumni PIES dari semua angkatan juga meluncurkan buku Terobosan Akademik Australia-Indonesia: Refleksi Antropologis dan Sosiologis Alumni PIES 2008 2009.
Enam dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) alumni program Partnership in Islamic Education Scholarship (PIES) tahun 2019 meluncurkan buku baru berjudul Kontestasi Nalar Keberagamaan Kontemporer di Indonesia: Dari Kontestasi Identitas Menuju Koeksistensi Sosial. Buku ini diterbitkan oleh penerbit LKiS Yogyakarta dan diberi kata pengantar Direktur Jenderal Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani.
Buku tersebut resmi diluncurkan oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, HE Penny Williams. Dalam peluncuran buku, Professor Tim Lindsey (University of Melbourne) menjadi pembahas dan menyampaikan ulasan tentang Perda Syariah: Exposing Indonesia’s Constitutional Flaw.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Suyitno turut hadir dan mengapresiasi buku yang ditulis oleh para dosen PTKI dan berkolaborasi dengan para akademisi dari kampus Australian National University (ANU), Canberra Australia.
“Buku yang yang mendedah mozaik kehidupan keberagamaan kontemporer di Indonesia ini menjadi contoh racikan kolaborasi intelektual akademisi Indonesia dan Australia. Kami mengapresiasi atas terbitnya buku dengan harapan dapat menambah khazanah keilmuan sekaligus menjadi contoh yang baik tentang penguatan relasi jaringan akademik antara dosen PTKI dan akademisi luar negeri”, ungkap Suyitno yang juga Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang, Kamis (9/9/2021).
Direktur program PIES, Professor Greg Fealy dari Australian National University (ANU), mengungkapkan bahwa program PIES merupakan program kerja sama antara ANU Canberra dan Kementerian Agama yang didukung oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Pemerintah Australia.
“Jalinan kerja sama ini sudah terlaksana sejak tahun 2008 yang dikemas dalam penguatan kapasitas akademik dengan memberikan beasiswa kepada dosen PTKI yang tengah menempuh program doktor untuk memperkaya minat pengetahuan dan memperkuat tradisi riset di Department of Political and Social Change, kampus ANU, Canberra”, terang Greg Fealy.
“Pada akhir program, penerima beasiswa PIES meluncurkan buku. Pada kesempatan ini, buku yang diluncurkan merupakan buku dari PIES angkatan tahun 2019 hasil riset dan kajian yang sangat serius dan mendalam”, sambungnya.
Adapun para penulis buku yang juga sebagai penerima beasiswa PIES tahun 2019, antara lain:
1. Dr. Wildani Hefni, MA., dosen UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, di bawah bimbingan Professor Virgina Hooker
2. Dr. Rizqa Ahmadi, M.A., dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, di bawah bimbingan Pressof James J. Fox
3. Dr. Abdulloh Fuadi, MA., dosen UIN Mataram, di bawah bimbingan Amrih Widodo
4. Dr. Shinta Dewianty, MA.Ek, dosen STAI Darul Arqam Garut, di bawah bimbingan Professor Greg Fealy
5. Dr. Umi Najikhah Fikriyati, MA., dosen STAI Blambangan Banyuwangi, di bawah bimbingan Sally White, Ph.D
6. Win Listyaningrum Arifin, MA, dosen IAIN Salatiga, di bawah bimbingan Sally White, Ph.D
Dalam kesempatan yang sama, para alumni PIES dari semua angkatan juga meluncurkan buku Terobosan Akademik Australia-Indonesia: Refleksi Antropologis dan Sosiologis Alumni PIES 2008 2009.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews