Kematian dan Kesembuhan

Glorifikasi angka kesembuhan hanya akan memberikan ilusi semu yang memberi efek nina bobo dan membuat kita lengah.

Selasa, 28 April 2020 | 13:38 WIB
0
227
Kematian dan Kesembuhan
Petugas medis (Foto: elshinta.com)

Tentunya kita senang mendapat kabar jumlah saudara kita yang sembuh dari Covid mencapai angka tertinggi di hari Kamis (16/4) yakni sebesar 102 orang.

Lantas apakah itu berarti kita boleh buka masker dan bergerombol lebih dari 5 orang? Tentu tidak bukan? Jadi artinya apa?

Kita tidak boleh menganggap itu sebagai sesuatu yang luar biasa. Melainkan hasil proses dari perjuangan para pahlawan medis selama 40 hari lebih. Di luar itu kita mesti berwaspada.

Apalagi pak Yuri, sang jubir pemerintah untuk Covid 19 , bilang sekarang ini sudah tidak bisa dibuat klaster karena penyebaran transmisi lokal kini yang tidak terkendali. Sudah tidak keruan katanya.

Jadi bagaimana? Semua orang di Republik ini mesti menganggap diri mereka sebagai pembawa wabah dan terkena wabah. Itu sebabnya, kita selalu pakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan tentu saja jaga kesehatan.

Apa manfaatnya? Agar kita merasa tenang dan percaya diri bahwa kita dan keluarga selalu aman dan sehat senantiasa. Kenapa? Karena bahaya Covid 19 masih mengancam.

Takut dong? Ya mesti takut. Kenapa? Karena kemungkinan kita akan menyaksikan lonjakan angka mereka yang positif terinfeksi.

Kok bisa? Pemerintah bilang akan dilakukan test PCR dengan target 10 ribu perhari. Dan datanya dibuka lebar. Tidak ditutup-tutupi seperti kemarin. Jadi tidak ada lagi operasi senyap.

Sekarang ada 11 ribu yang masuk dalam daftar PDP diseluruh negeri ini. Yang berpotensi jatuh sakit bahkan meninggal dunia.

Selain itu , Ketua Dewan Pakar Gugus Tugas Covid 19 berujar puncak lonjakan mereka yang positif terinfeksi akan terjadi di pertengahan Mei dengan perkiraan jumlah mereka yang positif bakal mencapai 95 ribu orang. Angka itu akan menurun di bulan Juni dan Juli hingga pada akhir Juli jumlah orang Indonesia yang jatuh sakit berjumlah 106 ribu orang.

Jadi negara kita masih dalam bahaya. Kematian yang meningkat masih akan terjadi.

Baik yang sudah terindikasi maupun yang belum sempat terindikasi.

Dalam kontek yang belum terindikasi tapi keburu meningggal, Anies Baswedan kepada Warta Kota mengatakan telah ada lebih dari 987 orang yang meninggal dunia dan dimakamkan sesuai protokol Covid-19.

Angka itu tercatat sejak Jumat (6/3/2020) sampai Selasa (14/4/2020) pukul 12.00 WIB. Bahkan Anies Baswedan menyebut, angka kematian di sana sudah mencapai 1000 kasus.

Gubernur Anies Baswedan menjelaskan, sebagian korban meninggal belum mendapat hasil final uji laboratorium. Sehingga 987 itu, belum dapat dipastikan penyebab kematian adalah Covid-19. Namun, pemakaman semua pasien tersebut dilakukan sesuai protokol penanganan Covid-19.

Dijelaskan Anies, penyebaran Covid-19 di Jakarta sudah membentuk huruf J karena terus mengalami kenaikan.

Penjelasan Anies ini menyentak orang yang terlena dengan angka kesembuhan hari ini yang belum bisa dipastikan apakah terus naik atau malahan turun di hari-hari mendatang.

Banyak yang orang ramai-ramai membidas Anies sebagai menyebarkan ketakutan. Bukan menenangkan.

Bahkan ada yang bilang dia bohong. Bagaimana dia bisa bohong? Datanya ada. Dan yang minta pasien yang meninggal dimakamkan melalui protap Covid 19 itu bukan dia.

Baca Juga: Sadarlah, Kalian Itu Keliru!

Tapi rumah sakit yang minta. Bukan Anies yang minta. Fakta ini terlewatkan begitu saja. Tenggelam di banjir hujatan. Bagi saya, hujatan itu kedepan tidak akan ada lagi . Tidak ada lagi juga pasien yang meninggal sebelum hasil testnya keluar.

Kenapa? Karena ,mesin test PCR dari Swiss kononnya sudah datang dan mampu mendeteksi virus dalam waktu singkat. Dan ini yang penting. Data hasil test itu tidak lagi disembunyikan..

Tapi disebarluaskan.

Tidak ada lagi yang menuduh Anies memanipulasi data karena nanti semuanya sudah terang benderang.

Jadi kesimpulannya adalah kita tidak boleh terlena dengan data kesembuhan tapi menafikan fakta bahwa ada lebih dari seribu orangnya meninggal di Jakarta baik yang sudah terkonfirmasi ataupun belum sempat terkonfirmasi.

Dan ada 5000 lebih saudara kita yang terinfeksi yang sebagiannya mungkin tidak tertolong lagi.

Glorifikasi angka kesembuhan hanya akan memberikan ilusi semu yang memberi efek nina bobo dan membuat kita lengah.

Padahal sebenarnya kita sedang berada di tengah badai wabah.

***