Peristiwa pindah agama Deddy Corbuzier dan Asmirandah adalah peristiwa ganti baju. Hanya ganti baju yang hanya mereka yang paham motif dan spiritnya. Hanya itu semata.
Deddy Corbuzier membuat heboh. Dia masuk Islam. Bahkan orang sekelas Ma’ruf Amin pun ikut heboh. Kapolda Yogyakarta Ahmad D pun ikut ribet. Semua heboh. Begitu pun ketika Asmirandah masuk Kristen. Kehebohan membahas satu hal: keyakinan yang kasat mata. Yang bisa dilihat orang.
Hampir semua kelahiran anak manusia selalu melahirkan keyakinan. Terlahir dari rahim Yahudi, anak dianggap sebagai Yahudi. Lalu dibawa ke Sinagog sejak kecil. Maka jadilah dia seorang Yahudi. Yang terlahir sebagai Buddha, maka ajaran Buddha akan menjadi bagian hidupnya.
Begitu pula yang dilahirkan dalam lingkungan Islam, maka Islam akan mewarnai hidupnya. Yang dilahirkan dalam keluarga Kristen, dibawa ke Sekolah Minggu sejak kecil, maka menjadi Kristen adalah kewajaran.
Pendeknya, pemelukan agama hampir semua karena kelahiran. Selebihnya, akibat interaksi antaragama, dalam pergaulan manusia, maka jarang terjadi perpindahan pemelukan agama. Agama sendiri adalah social norm (norma sosial) di suatu wilayah tertentu. Norma sosial itu memiliki fungsi untuk membangun kehidupan, ekonomi, sosial, politik, dan keamanan.
Baca Juga: Tentang Mualaf [1] Deddy Corbuzier
Maka perpindahan agama akan menjadi komuditas menarik. Publikasi menarik. Kepentingan saling berkelindan dan bersentuhan dengan pindahnya Deddy Corbuzier dan Asmirandah. Event perpindahan Deddy Corbuzier juga menunjukkan fungsi nilai agama dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, dan agama.
Maka di situlah Ma’ruf Amin ikut mengimami shalat Deddy, karena dimensi keyakinan memiliki fungsi publikasi yang menarik massa. Sementara Ahmad Dhofiri memiliki kepentingan lain pula. Ustadz yang mendampingi perpindahan agama Deddy juga berkepentingan pula.
Agama (dan Tuhan) adalah persepsi (tentang nilai) yang dibangun dalam peradaban manusia sepanjang zaman. Misteri kehidupan (saat ini), dan misteri kehidupan (yang diharapkan setelah mati) membangun nilai-nilai agama.Dan, kebetulan nilai-nilai Kristen dan Islam mengajarkan kepercayaan keyakinan keimanan terhadap Kristus Yesus dan Allah SWT sebagai prasyarat keselamatan kehidupan di dunia dan setelah mati.
(Agama lain seperti Buddha dan Hindu mengajarkan perilaku baik (manusiawi) sebagai prasyarat untuk meraih kekekalan hidup setelah mati. Keyakinan di dalam jiwa dan hati, yang membangun perilaku (manusiawi), menjadi ukuran kesalehan dalam dua agama tersebut. Bukan gebyar di permukaan. Bukan berteriak nggak karuan di jalanan. Inner peace.)
Sejatinya, agama hanyalah baju. Baju yang membungkus keyakinan dan kepercayaan yang ada di dalam hati. Hati dan jiwa adalah roh dari agama.
Sementara agama adalah nilai-nilai. Nilai yang dibangun atas dasar keyakinan. Keyakinan. Tidak ada rasionalitas yang bisa mengukur keyakinan. Pun keyakinan hanyalah peristiwa dalam otak manusia, yang bisa berubah-ubah.
Maka peristiwa pindah agama Deddy Corbuzier dan Asmirandah adalah peristiwa ganti baju. Hanya ganti baju yang hanya mereka yang paham motif dan spiritnya. Hanya itu semata. Tentang Surga?
Karena pada dasarnya semua peristiwa yang berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan adalah surga di Bumi, yang tak harus jauh-jauh dicari, sampai dalam misteri setelah mati.
Dan, nilai luhur kemanusiaan tidak ada hubungannya dengan pemelukan agama atau nilai oleh siapa pun. Bukan Deddy Corbuzier, bukan Asmirandah. Bukan Anda. Bukan saya.
Ninoy N .Karundeng, penulis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews