Akibat kejadian itu, keluarga mempelai laki-laki menolak menantu baru mereka. Keluarga bahkan menginginkan pernikahan dibatalkan.
Dampak mati listrik di jaman kiwari, sungguh luar biasa. Kita bisa lihat berbagai komentar di medsos kemarin. Tapi cerita di bawah ini sungguh keterlaluan.
Gegara mati listrik semalaman, seorang lelaki memanfaatkan kesempatan malam pertama seorang pengantin puteri. Lelaki itu, bukan suami si pengantin puteri. Pengantin pria, ketahuan tertidur karena mabuk. Bagaimana bisa?
Ternyata lelaki badung itu, tinggal di rumah sebelah pengantin puteri, tempat pesta perkawinan dilangsungkan. Dalam pesta perkawinan itu, sang lelaki ini terus mengawasi pengantin puteri, yang memang sudah lama ditaksirnya.
Saking meriahnya pesta perkawinan, pengantin lelaki mabuk berat, kebanyakan nenggak minuman beralkohol. Hingga listrik mati, dan lelaki pengintip itu dengan sigap memanfaatkan situasi. Ia membopong pengantin puteri naik ke ranjang pengantin.
Demikianlah. Terjadilah yang mesti terjadi. Ketika pengantin perempuan terbangun dari tidur, ia baru menyadari yang di sebelah bukan suaminya. Dia menjerit. Situasi pun heboh. Lelaki yang tertidur itu tak bisa melarikan diri ketika terbangun.
Akibat kejadian itu, keluarga mempelai laki-laki menolak menantu baru mereka. Keluarga bahkan menginginkan pernikahan dibatalkan. Mereka juga menuntut emas kawin senilai Rp 18 juta dikembalikan.
Jika terbukti bersalah, Changseng, nama lelaki itu, dikenai pasal pemerkosaan melanggar pasal 234 KUHP, dengan ancaman 5-10 tahun penjara. Lelaki itu, memang telah lama naksir si pengantin puteri. Cuma karena miskin tak berani melamar. Demikian kejadian di desa Chhkues, Leat Chheat, Kamboja, pada Januari 2018, seperti ditulis oleh Daily Mail (20/1/2018).
Moral Cerita? Jangan berdoa ngarep listrik mati, di saat perkawinan mantan! Pabu, eh, tabu ding!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews