Tatkala Suami Tak Lagi Menjadi Pelindung bagi Istri

Kalau seorang suami, yang sudah hidup bersama dengan wanita yang menjadi istrinya selama lebih dari 50 tahun, tidak lagi dapat diyakini sebagai pelindung bagi istrinya, terus siapa lagi?

Selasa, 14 Mei 2019 | 06:47 WIB
0
564
Tatkala Suami Tak Lagi Menjadi Pelindung bagi Istri
Ulustrasi pasangan suami-istri (Foto: Kompasiana.com)

50 Tahun Hidup Bersama Ternyata Bukan Jaminan 

Membaca berita mengenai berbagai kasus tindakan kekejaman, yang terjadi diberbagai belahan dunia membuat kita jadi merenung. Ada ayah membunuh anak, sebaliknya ada anak yang membunuh orang tua bahkan tidak jarang ada wanita yang tega menghabisi nyawa darah daging yang dilahirkannya.  

Apakah makluk seperti ini yang disebut sebut sebagai: "Makluk paling mulia diantara semua makluk ciptaan Tuhan dialam semesta ini?"

Tentu setiap orang dapat berkilah, "Jangan menilai orang berdasarkan apa yang tampak", karena mungkin saja ada hal hal yang mendorongnya melakukan hal tersebut. Yang pada intinya orang senang mendapatkan sebutan sebagai :"makluk paling mulia",walaupun pada kenyataannya ,yang terjadi justru sebaliknya.

Kakek Usia 88 Tahun ,Tega Bunuh Istri Usia 87 Tahun

Kalau ada pasangan yang masih muda,membunuh pasangannya, karena alasan: "Pasangan telah terbukti selingkuh", maka seakan tindak kejahatannya dinilai "bisa dimaklumi".

Karena, penyebabnya adalah pasangannya, telah menghianati cinta mereka. Tapi dalam usia 87 tahun, apakah masih ada nenek nenek yang selingkuh?" 

Apapun alasannya, yang terjadi adalah seorang pria yang berusia 88 tahun dan sudah  hidup sebagai suami istri selama lebih dari 50 tahun, ternyata tega menghabisi nyawa istrinya yang berusia 87 tahun. 

Namun belum diungkapkan apa sesungguhnya yang menjadi penyebab terjadinya tindak kejahatan ini. Kakek ini didakwa membunuh istrinya yang sudah lanjut usia di sebuah panti jompo di Melbourne.

Ronald George Sparkes ditangkap di Martin Luther Homes di The Basin pada hari Rabu setelah istrinya yang berusia 87 tahun, Margaret Elison Sparkes, ditemukan tewas sekitar pukul 12.40 siang. Spark Spark, mengenakan windcheater dan celana gelap, muncul di Melbourne Magistrates Court pada Kamis sore.

Mengaku Tidak Tahu Mengapa Ia Ditahan

Menjelang akhir persidangan singkat, hakim Angela Bolger bertanya kepada terdakwa apakah dia mengerti apa yang dituduhkan kepadanya? Dan pria ini menjawab, bahwa ia tidak mengerti jaksa penuntut akan memberikan bukti singkat kepada pengacaranya dalam dua bulan Pengacara Mr Sparkes mengatakan kepada pengadilan kliennya belum pernah dalam tahanan sebelumnya dan perlu menemui seorang praktisi medis.

Pasangan lanjut usia telah menikah selama lebih dari 50 tahun dan baru saja pindah ke desa pensiun independen perumahan setelah lebih dari empat dekade tinggal di rumah yang sama di Ferny Creek.

Catatan tambahan:

Mengingat keduanya tinggal di perumahan Senior, maka berarti dari segi ekonomi mereka tidak berkekurangan. Karena untuk tinggal di perumahan pensiunan yang independen (bukan panti jompo) setidaknya mereka memiliki dana yang cukup untuk membeli satu unit rumah di sana, yang paling rendah senilai 300 ribu dolar atau setara 3 miliar rupiah. 

Baca Juga: Dalam Hal Tolong Menolong, Kita Kalah Oleh Orang Australia

Perumahan ini dilengkapi dengan fasilitas klinik kesehatan, pertemuan antar  warga dan berbagai kegiatan sosial. Dari segi tatanan hidup, dapat dikatakan mereka tinggal menikmati masa tuanya, karena fasilitas lengkap dan setiap 2 minggu sekali mendapatkan tunjangan dari pemerintah. Jadi alasankarena desakan ekonomi ,jelas bukan alasannya.

Apa sesungguhnya yang menjadi penyebab sehingga pria berusia 88 tahun ini begitu tega menghabisi nyawa wanita yang telah menemaninya sejak masih muda? Masih menunggu hasil keputusan pengadilan. 

Kalaulah benar kakek ini terbukti melakukan tindakan keji terhadap istrinya, maka semakin membuat kita malu untuk menyebutkan bahwa manusia adalah makluk paling mulia. Karena kalau seorang suami, yang sudah hidup bersama dengan wanita yang menjadi istrinya selama lebih dari 50 tahun, tidak lagi dapat diyakini sebagai pelindung bagi istrinya, terus siapa lagi?

Melbourne, 3 Mei 2019.

Tjiptadinata Effendi.

***