Kultum Tarawih [4] Semangat Para Imam Baru!

Setelah pandemi COVID-19 berakhir, ketika kita dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan dalam keadaan normal, kita tidak bingung apabila imam yang bertugas mendadak berhalangan.

Rabu, 29 April 2020 | 06:24 WIB
0
217
Kultum Tarawih [4] Semangat Para Imam Baru!
Imam shalat (Foto: NU Online)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini pun Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kita kesempatan untuk berjumpa dengan bulan Ramadan. Semoga Allah berikan pada kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan ini, dan berjumpa lagi di tahun-tahun berikutnya. Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.

Ramadan kali ini merupakan Ramadan paling menantang bagi para laki-laki. Khususnya laki-laki yang telah berkeluarga, Ramadan ini sangat spesial karena ada challenge baru: hafalan surah. Karena kita semua harus beribadah di rumah, demi meringankan kerja pihak-pihak berwenang menangani pandemi COVID-19, otomatis setiap rumah jadi melaksanakan jamaah tarawih sendiri-sendiri. Siapa lagi imamnya kalau bukan para laki-laki di rumah tersebut, utamanya yang sudah berusia dewasa.

Sebelum salat tarawih, tentu kita salat Isya berjamaah. Salat Isya itu empat rakaat, pada dua rakaat pertama imam membaca Al-Fatihah dan surah pendek secara jahr/lantang. Kemudian dilanjutkan tarawih, yang tentu saja sebagian besar dari kita akan memilih untuk delapan rakaat saja, disambung witir tiga rakaat.

Semua rakaat salat tarawih dan witir, imam membaca Al-Fatihah dan surah pendek secara jahr. Berarti, jumlah rakaat di mana imam membaca Al-Fatihah dan surah pendek secara jahr minimal 13 rakaat.

Ini akan jadi tantangan tersendiri bagi para laki-laki berkeluarga. Pengantin baru, pasti terasa grogi mengimami sang pujaan hati yang baru saja bersatu dalam ikatan suci. Bapak-bapak yang punya anak krucil tentu tidak mau jadi bahan tertawaan anak-anaknya karena beberapa kali salah baca surah pendek.

Mantu yang tinggal serumah dengan mertua tentu tidak enak hati apabila hanya mengulang-ulang qulhu dan inna a’thaina saat giliran mengimami tarawih, meskipun itu tidak dilarang. Yang jomblo, apa ya tidak malu pada Gusti Allah Subhanahu Wa Ta’ala kalau bacaannya cuma Al-Fatihah terus salatnya cepat-cepat? Eh, tidak hanya yang jomblo sih kalau ini, semuanya juga.

Saat mengimami salat, hafal surah saja tidak cukup. Bacaan Al-Fatihah dan surah pendek secara jahr, sebisa mungkin dibaca dengan tajwid yang tepat. Sebab bacaan yang baik akan meningkatkan ‘nilai tambah’ ibadah kita di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Selain itu, apakah pantas kita mengimami salat dengan bacaan yang amburadul dan tidak enak didengar?

Pandemi COVID-19 ini ternyata membuka kesadaran kita akan pentingnya mengaji. Pelan-pelan, kita akan tergerak untuk membuka kembali Quran kita, untuk menyempurnakan kefasihan dan kelancaran bacaan kita. Sekaligus kita mencari surah-surah dan potongan ayat untuk dihafal, supaya saat menjadi imam kita tidak kebingungan ‘habis ini mau baca apa’, atau terdiam karena lupa lanjutan ayatnya. Sekaligus kita amalkan hadist belajar sepanjang hayat, tuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahat.

Mungkin kita tidak akan langsung jadi qari’ atau hafidz Quran yang mumpuni. Namun, perlahan-lahan melalui situasi ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala membuka pintu hati kita untuk mendalami kitab suci-Nya, Alquranul Karim. Mungkin awalnya kita belum terbuka untuk mempelajari Quran dengan niat yang tulus, murni karena-Nya, namun insya Allah, perlahan-lahan, kita akan mulai mempelajari Quran semata-mata mengharap ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Jadi, semangat para imam baru! Boleh jadi setelah pandemi COVID-19 berakhir, ketika kita dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan dalam keadaan normal, kita tidak bingung apabila imam yang bertugas mendadak berhalangan. Baguslah kalau begitu.

Wallahu a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

***