Freddie Mercury, Corona dan Bidara Arab

Baru sehari sebelum kematiannya, Freddie Mercury mengakui secara terbuka di depan publik, pada 24 November 1991, soal penyakit yang dideritanya.

Senin, 23 Maret 2020 | 08:12 WIB
0
351
Freddie Mercury, Corona dan Bidara Arab
Freddie Mercury (Foto: tirto.id)

Malam nglangut begini, malam yang serasa makin panjang justru karena hari esok menjadi makin tak pasti. Kita harus stay at home, agar mereka tetap stay at work (sok keminggris, kayak anak Selatan, kata orang Jakarta). Satu kalimat yang makin saya yakini berarti adalah berapapun jumlah yang mati besok karena virus laknat itu, tetap saja akan berhenti sebagai catatan statistik.

Belum lagi ada "tragedi"-nya. Belum ada superstar yang jadi korban. Begitulah curangnya cara media bekerja, menakuti-nakuti, membuat panik, membikin framing, tapi sekaligus mengecilkan terjadinya musibah.

Apa dan siapa tragedi itu?

Bagi saya salah satu yang terpenting adalah matinya Freddie Mercury. Tidak ada sosok, tokoh yang sedemikian saya kenang melebihi dirinya. Orang tidak akan percaya bahwa walau sedemikian nge-fans dengan Queen. Sampai detik ini saya tidak sampai hati menonton film Bohemian Rhapsody yang dirilis beberapa tahun yang lalu itu.

Tidak tega, melihat para epigon yang menjadi pemerannya. Hingga untuk menutupi rasa bego saya itu, saya memilih membagikan koleksi lengkap saya semua album Queen (dari mulai pre-Queen, studio, live, kompilasi, hingga Post-Freddie-nya). Kepada siapa pun, kenal maupun tidak kenal (walaupun akhirnya juga jadi kenal).

Bagi saya mengenali dan memahami setiap lagu yang pernah mereka buat, jauh lebih penting daripada nonton filmnya. Ngeles sih....

Kematian Freddie adalah simbol kekalahan manusia terhadap suatu penyakit yang (kemudian) dinamakan AIDS. Suatu penyakit absurd penanda pergantian milenium, yang menghilangkan kekebalan tubuh. Dakwaan penyebabnya adalah akibat berhubungan sesama jenis.

Saya tidak tahu betul, apakah di hari ini telah ditemukan obat patent yang bisa menyembuhkannya. Saya hanya tahu, bahwa di kalangan herbalis pada sok nggaya bisa melakukannya.

Apalagi yang pakai pendekatan ruqyah itu yang makin absurd, pede abis merasa mampu mengatasinya. Yang menganggap setiap penyakit klinis maupun psikis disebabkan oleh jin. Hingga muncul tanaman yang tiba-tiba populer bernama bidara arab. Saya hanya percaya bahwa AIDS belum bisa disembuhkan, baru sebatas diperpanjang usia penderitanya.

Lagi-lagi kembali ke mas Freddie, sesungguhnya ia telah diduga mengidap penyakit laknat itu sejak tahun 1986. Ketika press Inggris yang terkenal dengan paparazi-nya yang kejam itu mulai mengendus gaya hidup Freddie yang memang makin gila dan liar. Tapi baru sehari sebelum kematiannya, ia mengakui secara terbuka di depan publik, pada 24 November 1991. 

***