Semua kegiatan Litbang di atas banyak bertumpu pada kegiatan bidang teknologi informasi. Perkembangan teknologi yang begitu cepat memerlukan penanganan yang lebih serius.
Litbang Kompas sebenarnya sudah dirintis oleh J. Widodo (NIK 66001 ) sejak tahun 1987 bersamaan dengan penyelenggaraan pendidikan calon wartawan Kompas. Tempatnya di sebuah gedung sederhana dekat kantor Redaksi Kompas, biasa disebut dengan Kampus Anggrek (kini sudah menjadi kantor Persda).
Saat itu J.Widodo diserahi tugas untuk membuat bagian tersendiri yang khusus mengadakan penelitian dan pengembangan Kompas pada masa yang akan datang.
Pada awalnya yang dikerjakan adalah membuat dan memperkuat serta menyediakan data base bagi keperluan redaksi, selain penelitian pasar media. Hal tersebut dibentuk untuk menghadapi persaingan bisnis antarmedia massa yang jumlah dan ragamnya semakin banyak.
Pada awal pembentukannya lembaga ini terdiri atas bidang penelitian untuk redaksi dan bisnis, serta teknologi informasi. Saat itu penelitian redaksi dan bisnis bagi pembaca Kompas, dilakukan dengan metodologi angket, menggunakan daftar pertanyaan yang dimuat Kompas.
Kegiatan ini dilakukan setiap 2–3 tahun sekali. Sedangkan penelitian bisnis dilakukan dengan mengadakan survei pasar yaitu penelitian langsung ke masyarakat pengguna media, baik itu pembaca media cetak maupun pemirsa dan pendengar media elektronik.
Metodologi yang digunakan ialah wawancara langsung pada masyarakat yang menjadi sampel penelitian. Sedangkan kegiatan bidang teknologi informasi lebih menjajaki kemungkinan mengembangkan komputerisasi jaringan untuk Redaksi.
Litbang akhirnya dibentuk menjadi payung kegiatan pendukung redaksi sejak tahun 1996 dengan pimpinan Daniel Dhakidae. Selain PIK (Pusat Informasi Kompas), lembaga ini menaungi kegiatan Pusat Penelitian Komunikasi (Puslitkom), Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis), dan Database. Pada restrukturisasi organisasi ini, TI berdiri sendiri dan berada dalam komando Wakil Pemimpin Umum Kompas.
Dalam tugasnya, Puslitkom yang diperkuat 12 tenaga ahli menangani penelitian sosial, politik dan kemasyarakatan, polling, dan pustakaloka. Khusus masalah polling, sebenarnya sejak tahun 1992 Kompas sudah menggunakan metode lewat telepon. Dalam metode penelitian ini, pengumpulan data dilakukan menggunakan alat telepon dengan responden para pemilik telepon yang dipilih secara acak serta ditentukan jumlahnya.
Semula pengumpulan pendapat ini dilakukan oleh staf Litbang sendiri, tetapi karena polling menjadi kegiatan rutin yang hasilnya dimuat Kompas setiap hari Minggu dan Senin maka sejak tahun 1997 pewawancaranya diserahkan kepada para mahasiswa. Pada tahun 2004 jumlah pewawancara yang siap pakai mencapai sekitar 800 orang.
Pewawancara sebanyak itu diperlukan karena polling dilakukan mulai hari Rabu sampai Jumat setiap minggunya. Untuk menghindari kejenuhan pewawancara dan untuk menjaga validitas data yang diperoleh maka mereka dipekerjakan secara bergilir. Setiap polling memakai tenaga pewawancara 30 – 40 orang yang ditempatkan dalam ruang khusus dan dilengkapi peralatan khusus pula.
***
Salah satu bagian dari Litbang adalah Puslitbis yang tahun 2004 memiliki 14 staf, dibentuk untuk memenuhi kebutuhan data yang diperlukan sebagai masukan untuk mengambil kebijakan pimpinan bagian sirkulasi, iklan, dan redaksi. Sampai tahun 2004 Puslitbis telah mengerjakan monitoring pasar yang dilakukan dengan metodelogi polling dengan penekanan pada pangsa pasar koran-koran, baik di Jakarta maupun di daerah terutama koran Kompas dan pesaing-pesaingnya.
Puslitbis memonitor pembaca Kompas melalui berbagai cara, antara lain lewat angket, pemetaan sirkulasi, Fokus Group Diskusi (FGD), dan Forum Pembaca Kompas (FPK). Khusus FPK, saat ini dibentuk di tujuh kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Jogyakarta, Surabaya, Makasar, dan Medan. Dari FPK ini Kompas mengharapkan kritik dan saran, baik untuk bagi sirkulasi, iklan, maupun redaksi.
Keanggotaan FPK adalah pembaca Kompas yang telah berlangganan minimal satu tahun. Mereka diminta memberikan kritik dan saran lewat telepon bebas pulsa yang direkam oleh TI kemudian ditranskrip oleh Puslitbis, selanjutnya diberikan ke bagian-bagian yang mendapat kritik tersebut.
Puslitbis juga melakukan monitoring setiap hari terhadap lima koran harian yang setara dengan Kompas, dimaksudkan selain untuk mengetahui sisi lain pemberitaan pada obyek yang sama, juga untuk mengetahui perbedaan pemberitaan atau kasus lainnya yang mungkin Kompas ketinggalan dalam pemberitaan. Untuk melengkapi data sirkulasi Kompas, Puslitbis juga membuat sistem pemetaan untuk mengetahui dengan tepat titik agen dan titik distribusi serta penyebaran oleh loper sampai ke pelanggan dan pembaca.
Lembaga lain dalam Litbang adalah Bagian Database yang embrionalnya dipersiapkan sejak tahun 1996. Tugasnya membuat penelitian berbasis data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga formal pemerintahan maupun dunia usaha, serta lembaga formal lainnya.
Setelah dilakukan kompilasi, data sekunder kemudian diolah lalu disimpan dalam bentuk database, yang fungsinya sebagai backgrounder bagi penulisan di koran. Karena data bersifat dinamis, maka senantiasa dilakukan pemutakhiran terhadap data olahan tersebut.
Berbagai produk data yang berasal dari Bagian Database juga diperkenalkan ke masyarakat, sebagai bagian dari diseminasi informasi berbentuk buku. Pada tahun 2000 bagian ini mempublikasikan Wajah Dewan Perwakilan Rakyat Pemilu 1999 yang merupakan biodata dan narasi biografi singkat dari anggota DPR.
Seiring dengan bergulirnya pelaksanaan otonomi daerah, mereka juga mempublikasikan Profil Daerah Kabupaten dan Kota di Indonesia sebanyak lima jilid. Buku ini berisi potensi daerah yang berbasis pada produk domestik regional bruto dari seluruh kabupaten dan kota berjumlah 348 kabupaten dan 86 kota otonom.
Diharapkan buku terakhir akan terbit awal tahun 2005. Bagian ini juga mempublikasikan database ekonomi dan sosial politik Indonesia dalam Krisis: 1997-2002 sebagai gambaran buram dan menjanjikannya kehidupan sosial politik dan ekonomi Indonesia.
Menyambut Pemilu 2004 bagian ini juga mempublikasikan Peta Politik Pemilihan Umum 1999-2004 yang berisikan data sistem informasi geografis dari hasil Pemilu 1999 berbasis kecamatan, serta dilengkapi data statistik yang berasal dari sensus penduduk tahun 2000. Kegiatan ini dilakukan sejak tahun 2000 oleh 16 orang staf peneliti.
**
Semua kegiatan Litbang di atas banyak bertumpu pada kegiatan bidang teknologi informasi. Perkembangan teknologi yang begitu cepat memerlukan penanganan yang lebih serius. Itulah sebabnya Bagian Teknologi Informasi (TI) yang pada mulanya menjadi bagian dari Litbang, pada tahun 1996 berdiri sendiri dengan tanggung jawab yang lebih luas. Lembaga ini bertanggung jawab atas pengembangan dan penggunaan teknologi di semua unit di Kompas.
Sebenarnya, TI sudah dibentuk sejak tahun 1990 dengan tugas pertama komputerisasi seluruh unit yang ada di Kompas. Misinya: memberikan layanan tuntas bidang teknologi informasi dengan menyediakan sumber daya teknologi informasi yang tepat dan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
Dalam aplikasinya bagian TI selain memilih teknologi yang tepat guna, juga melakukan perawatan seluruh jaringan komputer baik di Palmerah, Gajah Mada juga seluruh kantor-kantor Kompas di daerah-daerah, baik bidang bisnis (sirkulasi, iklan) maupun redaksi.
Demikian juga dengan dibangunnya percetakan di daerah yang studi kelayakannya dilakukan oleh Litbang, maka untuk sistem komputerisasi dan telekomunikasinya dilakukan oleh TI dari perencanaan sampai perawatannya.
Kerja besar TI yang terakhir adalah memilih dan kemudian memasang jaringan komputer berbasis Tera yang membuat kerja Redaksi menjadi terpadu. Sistem ini “memotong” banyak jenis pekerjaan yang tentu saja sekaligus menghemat waktu proses produksi.
Dalam persaingan bisnis media, waktu menjadi sesuatu yang sangat berharga. Maklum, harga sebuah informasi antara lain ditentukan oleh kecepatannya.
***
Tulisan sebelumnya: Asal Muasal Kompas [17] Dimulainya Era Komputerisasi
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews