Militerisme bukan hanya ada dalam dunia akademisi saja,tetapi juga menjamur dalam ormas-ormas yang berseragam ala militer.
Pendidikan Dasar (Diksar) Menwa UNS memakan korban mahasiswa yang menyebabkan meninggal dunia.Kejadian seperti bukan pertama kali, tetapi sudah sering terjadi. Bukan hanya Diksar Menwa yang sering memakan korban jiwa tetapi Diksar Mapala tak jarang juga memakan korban jiwa. Atau sekolah ikatan dinas.
Anehnya, kejadian ini terjadi dalam dunia akademis kita yang notabene dituntut otak atau kecerdasan dibanding otot. Biasanya pihak kampus atau rektorat seperti lepas tangan atau tidak dibawah pengawasan pihak kampus.
Seringkali akademisi atau mahasiswa mengkritik suatu pemerintahan atau rezim dengan sebutan "militerisme" atau yang mengandalkan kekerasan fisik.
Akan tetapi justru dunia akademisi dari era orde baru sampai sekarang masih mempertahan tradisi militerisme atau perpeloncoan yang kadang berujung kekerasan fisik dan menyebabkan korban jiwa.
Militerisme yang ada dalam dunia akademisi seperti Diksar Menwa atau Mapala. Yang terkadang tidak ada korelasi antara Diksar Menwa atau Mapala dengan dunia pendidikan yang mengandalkan otak atau kecerdasan.
Lebih baik Diskar Menwa disalurkan dalam Komando Cadangan Strategis AD yang bisa berkontribusi untuk negara bila sewaktu-waktu negara membutuhkan.
Militerisme bukan hanya ada dalam dunia akademisi saja,tetapi juga menjamur dalam ormas-ormas yang berseragam ala militer. Kadang ada preman berbaju ormas yang kerjaannya memintan jatah atau upeti keamanan atau mengedarkan proposal.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews