Bintang Jasa untuk Sang Mantan Panglima

Selain Jenderal Jusuf, dua pelaku sejarah Supersemar lainnya, yakni Jenderal Amir Machmud dan Jenderal Basuki Rachmat juga menerima penghargaan itu.

Kamis, 12 November 2020 | 07:37 WIB
0
231
Bintang Jasa untuk Sang Mantan Panglima
Jenderal M Jusuf (Foto: Facebook/Tomi Lebang)

Salah satu nama yang menjadi legenda dalam perjalanan sejarah TNI adalah Jenderal M Jusuf, bangsawan Bone yang lama malang melintang di kepemimpinan nasional. Ia begitu populer semasa menjadi Panglima ABRI di tahun 1978-1983. Populer di antara para prajurit dan keluarganya, populer di mata rakyat Indonesia.

Di masanya sebagai panglima, tentara dan polisi berpangkat rendah sampai tinggi sejahtera di semua lini. Ia rajin mengunjungi prajurit, bertanya sampai ke urusan sekolah anak dan usia kandungan istri.

Secara besar-besaran ia menghabiskan belanja militer untuk rumah dan barak, membagi susu sampai pakaian dalam yang berlimpah-limpah, sampai-sampai ada yang menjualnya ke pasar umum secara diam-diam. Bahkan di masa itu, ada rokok bikinan Gudang Garam yang mereknya ABRI, khusus untuk tentara dan polisi.

Atasannya, sang patriark, Soeharto nyaris kalah populer. Itu pula -- konon -- yang membuat sang panglima terjungkal dari posisinya: karena telah menjadi matahari yang sama terangnya dengan sang presiden.

Turun dari jabatan Panglima ABRI, Jenderal Jusuf “hanya” ditempatkan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.

Setelah itu, Jenderal Jusuf pensiun sepenuhnya. Mungkin ia kecewa kepada Soeharto, tapi ia tak menunjukkan perlawanan. Ia tetap setia dengan prinsip leluhurnya: “Sekali engkau mengecap rasa asin garam dari nampan orang lain, seumur hidup engkau menutupi aibnya”. Ia pensiun dengan sentosa, menikmati ketenangan dan kedamaian hidup.

Alkisah, menjelang bulan Agustus tahun 1995, Jenderal Jusuf tengah menjalani pemulihan kesehatan pasca operasi di sebuah rumah sakit di Perth, Australia, ketika undangan datang dari sekretariat negara: sang mantan panglima dianugerahi Bintang Republik Indonesia Adipradana.

Penghargaan ini dari negara, dan sang jenderal patuh. Masih dalam masa pemuilihan kesehatan itu, Jenderal Jusuf terbang ke Jakarta dan menerima anugerah itu yang langsung disematkan oleh Presiden Suharto pada tanggal 7 Agustus 1995.

Selain Jenderal Jusuf, dua pelaku sejarah Supersemar lainnya, yakni Jenderal Amir Machmud dan Jenderal Basuki Rachmat juga menerima penghargaan itu.

***