Peluncur Akmil 1987 yang pertama meraih bintang satu, Kustanto Widiatmoko. Bukan Muhammad Herinda. Apalagi Andika Perkasa. Karier Kustanto awalnya cemerlang. Ia menjadi sekretaris pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012. Menggantikan Agung Risdhianto.
Kemudian menjadi Kasdam Brawijaya. Promosi menjadi bintang dua, sebagai Aster KSAD, Pangdam Udayana, Pangdam Brawijaya, dan Aster Panglima TNI. Namun, kini ia ‘terbuang’ menjadi staf khusus panglima TNI. Cap sebagai ‘orang SBY’ diduga membuatnya masuk kotak.
Nasib ‘cap orang SBY’ juga dialami seniornya, Mayjen Agung Risdhianto. Agung bersama Doni menjadi alumni Akmil 1985 pertama yang meraih bintang satu. Saat itu Agung menjadi staf pribadi Presiden SBY.
Ia kini ‘luntang lantung’ sebagai staf khusus KSAD alias tak punya jabatan. Padahal, dia pernah menduduki sejumlah jabatan, seperti: Wadan Pusennif Kodiklatad, Kasdam Jaya, Danseskoad, Wadan Kodiklatad, Danpusterad, Pangdam Tanjungpura, Asops Panglima TNI, serta Dankodiklat TNI.
Barangkali nasib Doni yang pernah menjadi Komandan Paspampres era SBY, membuatnya juga tak berhasil menjadi KSAD menggantikan Jenderal Mulyono. Cap ‘orang SBY’ membuat perwira-perwira tinggi terbaik, harus menjadi korban politik.
Hal yang sama dialami Letjen Ediwan Prabowo, lulusan terbaik Akmil 1984. Ia mendapatkan bintang satu saat menjadi sekretaris pribadi Presiden SBY. Ediwan digantikan Agung Risdhianto. Agung digantikan Kustanto. Jadi, tiga bekas sekretaris pribadi Presiden SBY dimasukan dalam kotak. Ediwan masuk kotak sejak 2016 hingga saat ini. Tragis.
Ada pun Tatang Sulaiman, menjadi orang kedua alumni Akmil 1986 yang meraih jenderal bintang tiga. Yang pertama adalah Letjen Hinsa Siburian, lulusan terbaik Akmil 1986. Tatang gantikan Hinsa sebagai Wakil KSAD. Hinsa pensiun, setahun lalu. Sebelum masuk Akmil, Hinsa pernah menjadi bintara, sehingga usianya lebih tua daripada rekan-rekannya di Akmil 1986.
Orang Kedua
Selain Doni, Tatang awalnya juga difavoritkan sebagai KSAD. Ia banyak bertugas di ujung barat dan timur Indonesia. Enam tahun lebih, Tatang bertugas di Aceh. Sebagai Dandim Aceh Utara, Waasops Kodam Iskandar Muda, serta Pangdam Iskandar Muda. Ia juga pernah menjadi Kasdam Cendrawasih.
Jabatannya sebagai Wakil KSAD, merupakan jabatan magang sebelum seseorang menjadi KSAD. Wakil KSAD, orang kedua di AD. Sedangkan Pangkostrad sebagai orang ketiga di AD.
Setidaknya di era TNI modern sejak 1983, ada delapan orang yang menjadi KSAD dengan latar pernah menjadi Wakil KSAD. Seperti; Try Sutrino, Edi Sudradjat, Wismoyo Arismunandar, Subagyo HS, Endriartono Sutarto, Djoko Santoso, Moeldoko, dan Budiman. Dengan catatan, setelah menjadi Wakil KSAD, Budiman bergeser dulu sebagai Sekjen Kemhan, sebelum menjadi KSAD.
Hal yang sama untuk jabatan Pangkostrad. Kini sembilan orang KSAD, pernah menjadi Pangkostrad. Mereka adalah: Rudini, Wismoyo, Wiranto, Ryamizard Ryacudu, George Toisutta, Pramono Edhie Wibowo, Gatot Nurmantyo, Mulyono, dan Andika Perkasa. Dengan catatan Wismoyo setelah jadi Pangkostrad dipromosikan sebagai Wakil KSAD, baru menjadi KSAD.
Tak ayal, jabatan Wakil KSAD dan Pangkostrad, paling difavoritkan menjadi KSAD. Ketiga KSAD terakhir, latar belakangnya adalah Pangkostrad.
Jabatan bintang tiga di Angkatan Darat, awalnya hanya untuk Wakil KSAD. Jabatan Pangkostrad awalnya jenderal bintang dua. Misalnya, Wismoyo dari pangksostrad promosi menjadi wakil KSAD. Namun sejak 1996, dinaikkan untuk jenderal bintang tiga. Wiranto yang pertama menjadi pangkostrad berbintang tiga.
Umumnya Pangkostrad dijabat perwira tinggi yang pernah menjadi pangdam. Dalam beberapa kasus, kini Pangkostrad diduduki pati bintang tiga yang pernah menjadi Dankodiklatad. Andika dan Agus Kriswanto, sebelum menjadi Pangksotrad, lebih dahulu menjadi Dankodiklatad. Begitu juga Gatot Nurmantyo.
Dankodiklatad semula untuk jabatan bintang dua senior. Sejak Oktober 1998, jabatan ini dinaikkan untuk jenderal bintang tiga. Maka Dankodiklatad pun disebut-sebut sebagai orang keempat di AD.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews