Polri harus berani mengeringkan lahan-lahan basah tempat suburnya pungli atau peredaran uang.
Citra Polri di mata masyarakat atau publik kurang baik atau cenderung negatif. Bahkan kadang menjadi bahan sindiran oleh masyarakat.
Citra negatif itu bukan terbentuk dalam satu atau dua tahun. Tapi puluhan tahun. Yang akhirnya, ada stigma atau citra negatif melekat pada institusi Polri tersebut.
Ungkapan "lapor ilang ayam jadi ilang sapi", menunjukkan citra negatif itu sudah ada puluhan tahun yang lalu.
Namun begitu, kalau ada anggota Polri yang berbuat tercela (pungli, korupsi dll), selalu "oknum" yang jadi tertuduh.
Citra Polri jatuh atau turun bukan semata-mata kasus Sambo, Kanjuruhan dan Kapolda yang tersangkut narkoba. Ini hanya seperti puncak gunung es yang mencair atau meleleh karena kehendak dari keserakahan.
Akhirnya, untuk memperbaiki citra negatif Polri, Kapolri Listyo Sigit Prabowo mengeluarkan telegram atau arahan kepada polisi lalulintas untuk tidak menilang menggunakan surat tilang manual. Seperti yang berlaku saat ini.
Tujuannya untuk menghindari pungli.
Pungli di kepolisian tidak hanya terjadi di jalan raya karena pengendara melanggar lalu-lintas atau tidak ada surat-surat kendaraan atau Surat Izin Mengemudi atau SIM.
Tapi juga ada pungli di kantor, seperti mengurus membuat atau memperpanjang SIM dan STNK. Atau penanganan suatu perkara.
Pungli paling kecil sering terjadi di jalan raya akibat pelanggaran pengendara kendaraan bermotor. Tapi pungli lebih besar terjadi di kantor karena kasus atau perkara.
Belum lagi pungli-pungli terkait peredaran narkoba, seperti jual-beli pasal pemakai atau pengedar.
Belum lagi, kasus-kasus korupsi yang karena uang, seseorang yang harusnya jadi tersangka menjadi tidak dijadikan tersangka.
Dan masih banyak untuk disebutkan.
Bahkan Kapolri mengibaratkan, saat ini Polri sedang dimurnikan atau diayak seperti emas 24 karat.
Kalau ingin memperbaiki citra Polri yang terpuruk di mata masyarakat atau publik, maka Polri harus mengubah pola pelayanan yang benar-benar bersih dari pungli.
Jangan melakukan pelayanan dengan cepat karena ada faktor uang. Dan kalau tidak ada uang, pelayanan jadi lambat.
Bukalah aduan masyarakat seperti "meja pengaduan" yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta.
Bukalah " meja pengaduan" di setiap Polsek, Polres, Polda dan Mabes Polri. Pengaduan harus tatap muka, jangan lewat aplikasi atau telepon.
Kalau Polri berani melakukan membuka "meja pengaduan" kepada masyarakat atau publik, maka dalam tiga tahun, citra Polri akan beranjak positif.
Buat SIM jangan dipersulit seperti tesk kendaraan yang seperti menjebak, supaya gagal dan akhirnya pakai calo atau lewat pintu samping.
Perpanjangan STNK dipindahkan ke Bank BUMN dan beberapa anggota polisi sebagai pengawas atau supervisor.
Dan Polri harus berani mengeringkan lahan-lahan basah tempat suburnya pungli atau peredaran uang.
Semoga Polri menjadi lebih baik dan stigma negatif berubah menjadi stigma atau citra yang positif!
Dan terus berbenah dan berbenah!
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews