Saudara Randa, Mohammed Seder, juga seorang pemain catur. Dia adalah FIDE Master pada usia 13 tahun dan bermain untuk tim putra. Dia mengajarinya beberapa catur. Ayahnya adalah kapten tim.
Randa Seder, 8 tahun, dari Hebron, Palestina tercatat sebagai peserta termuda di Olimpiade Catur ke-44 di Chennai, India. Elo ratingnya saat ini 1442.
Ayahnya mengajari Randa cara bermain catur saat ia berusia 5 tahun. Berhasil menempati peringkat kedua di kejuaraan catur wanita Palestina membuatnya di kirim ke Olimpiade.
Ambisi utama Randa adalah menjadi WGM dan yang paling dia inginkan dari kunjungannya ke India adalah bertemu dengan idolanya GM Judit Polgar.
Pada catatan FIDE, rating dunia Randa masih 266 ribuan dan ranking Asia 34 ribuan. Akan Tetapi di negaranya, Randa berada di urutan 97 dari seluruh pecatur aktif Palestina. Modal yang luar biasa baginya.
Sebagaimana anak berusia delapan tahun lainnya, demikian Hindustan Times memberitakan, dia gelisah dan selalu siap untuk menerima lelucon. Pada saat yang sama, orang Palestina tidak seperti anak berusia delapan tahun lainnya. Di usianya yang masih muda, Randa sudah bermain di Olimpiade Catur sebagai peserta termuda.
Benar bahwa bakat dewasa sebelum waktunya tidak jarang terjadi dalam catur, ada anak-anak "Prodigy" lainnya, hanya saja Seder tetap istimewa karena berasal dari negara yang dilanda konflik.
Randa tidak diturunkan pada babak pembukaan pada hari Jumat lalu, tetapi langsung meraih kemenangan pada babak kedua atas Fahima Ali Mohamed dari Komoro dalam 39 langkah pada hari Sabtu.
Saat diwawancarai sejumlah media, Seder yang hanya berbicara bahasa Arab duduk bersama rekan setimnya Eman Sawan, Sara Alhmouri dan Taqwa Hamouri. Sawan berusia 15 tahun, Alhmouri dan Hamouri keduanya berusia 16 tahun."Mereka semua mungkin memiliki perjalanan yang menarik. Namun semua mata terbuka memandang kehadiran Seder dan tingkah lakunya yang menawan," tulis Vivek Krishnan, wartawan khusus olahraga media yang terbit di India.
“Dia mulai bermain catur saat berusia lima tahun. Ayahnya memperkenalkannya pada catur dan dia langsung menyukai permainan itu,” kata Sawan, menerjemahkan tanggapan yang sebagian besar dalam bahasa Arab dari Seder.
Bahwa Randa Seder harus "melipat kakinya dan duduk berlutut" bahkan untuk mencapai papan catur, semua itu menambah hiburan.
Seperti Seder, tiga rekan setimnya yang masih remaja juga berpartisipasi dalam Olimpiade pertama mereka. Tetap saja, selain fokus pada persiapan mereka sendiri, mereka juga harus mengawasi apa yang Seder lakukan. Maklum Seder masih tergolong anak-anak.
“Kami merasa memiliki tanggung jawab ekstra untuk merawatnya. Dia selalu ada di sekitar kita,” kata ketiga gadis itu serempak.
Tapi sejauh menyangkut catur, Seder tampaknya lebih dari sekadar tugas itu. Dia memenangkan medali perak di kejuaraan wanita di Palestina dan merupakan salah satu pemain top di dunia dalam kategori usianya.
Apa yang membuatnya begitu baik di usia muda ini?
“Saudara Randa, Mohammed Seder, juga seorang pemain catur. Dia adalah FIDE Master pada usia 13 tahun dan bermain untuk tim putra. Dia mengajarinya beberapa catur. Ayahnya adalah kapten tim,” kata Sawan.
Seder jelas menikmati semua perhatian padanya. “Dia sangat senang menjadi yang termuda. Dia sangat bersemangat untuk berada di sini. Dia suka menjadi terkenal,” Alhmouri menyela.
Saat ini, Seder terlalu muda untuk memahami kesulitan di Palestina dan perjalanan panjang yang harus mereka lakukan untuk mencapai India, Olimpiade Chennai.
“Sulit untuk datang ke sini. Kami pergi ke Yordania dan kemudian Bahrain sebelum datang ke sini karena situasinya. Kami tidak memiliki banyak turnamen di Palestina. Kami berharap kami akan memiliki banyak GM di masa depan. Saya ingin kami berempat menjadi juara masa depan,” kata Hamouri.
Sementara aspirasi untuk menjadi juara masa depan harus menunggu, Seder dan rekan satu timnya berharap keinginan mereka untuk bertemu dengan idola catur Hungaria Judit Polgar (dia adalah komentator FIDE di sini) terpenuhi sebelum turnamen berakhir.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews