Sajian film “Bebas”, walaupun cerita ini berlatar belakang dari kisah kehidupan anak muda pada zaman yang berbeda akan tetapi bisa dinikmati oleh semua kalangan
Kemarin sehabis menonton film “Bebas” karya apik dari Riri Riza dan Mira Lesmana ada rasa menggelitik didada, rasa ingin memberikan sedikit komentar.
Film yang di adopsi dari film Korea yang berjudul “Sunny” ini menceritakan tentang kekompakan para sahabat di masa SMA yang terpaksa harus dipisahkan dan dikeluarkan dari sekolah karena terjadi insiden yang membuat salah satu anggota geng “Bebas” terluka parah di wajahnya.
Kekompakan mereka yang selalu melakukan hal bersama-sama, kekuatan persahabatan mereka memang tidak ada duanya dan tak ada satu pun yang mampu memisahkan mereka. Lama tidak bertemu akhirnya mereka reuni kembali.
Isi cerita
Cerita sederhana yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, dikemas dengan gaya tahun 90-an dengan segala kekonyolan, kepolosan, kenakalan jiwa muda yang sedang bergejolak seperti api, senang tawuran, menggunakan bahasa slang yang hanya dimengerti oleh mereka, lengan digulung, tangan dililit saputangan, semua itu mampu membawa penonton hanyut dengan momen-momen manis di masa SMA , masa-masa yang paling indah dan penuh kenangan.
Beberapa scene bahkan sangat mengena di hati seperti :
Ketika Vina dan Jojo datang membesuk Kris di Rumah Sakit, saat itu ada pertanyaan keren yang ditanya oleh Kris ke mereka, ini pertanyaan nya
“Pernah ga lo pengen sesuatu tapi tidak kesampaian atau pengen sesuatu tapi tidak mungkin terwujud?” pertanyaan sederhana tapi susah mencari jawabannya.
Pemain
Akting para pemain ketika remaja sangat sangat sangat sempurna. Setiap pemain mampu memerankan karakternya dengan sangat baik, dengan porsi yang pas, tidak berlebihan dan tidak lebay, yang membuat alur cerita jadi tidak membosankan dan bikin penasaran.
Ada Vina Panduwinata, seorang remaja lugu dan polos yang tiba-tiba kesurupan membuat lawannya lari kocar kacir ketakutan.
Jojo dengan kegemulaiannya yang selalu membawa suasa pertemanan mereka menjadi lebih hidup.
Krisdayanti si pahlawan kece yang selalu ada, dan siap membela teman-teman nya yang tertindas.
Dulu dan Sekarang
Film “Bebas” memberi gambaran kepada remaja milenial tentang seperti apa keadaan SMA di era 90-an, era dimana mereka belum terkena racun teknologi, dan tawuran menjadi satu-satu nya wacana bagi mereka memuntahkan emosi.
Banyak hal yang dulu ada dan sekarang tiada, dan yang dulu tak ada sekarang ada. Salah satu nya adalah : Tawuran yang pelan-pelan hilang ditelan bumi berganti dengan "tawuran kata di social media". Dulu mereka tawuran dengan gontok-gontokan fisik, merelakan tubuh dan wajah mereka babak belur, sekarang tawuran dan gontok-gontokan dengan kata-kata tajam dan sinis tanpa berfikir panjang tentang isi dan perasaan orang lain.
Apakah mungkin akibat yang ditimbulkan oleh tawuran jaman 90 an jauh lebih ringan dibanding dengan akibat yang ditimbulkan oleh tawuran dengan menggunakan kata-kata lewat media sosial saat ini? Siapa yang tahu.
Inspiratif
Menonton film bisa menjadi salah satu cara kita untuk melepas kepenatan dalam menjalani rutinitas sehari-hari, film yang bagus dan mempunyai makna yang baik mampu membuat penonton terkesima dan membekas di hati yang bisa membuat kita menemukan teman berdiskusi seru.
Sajian film “Bebas”, walaupun cerita ini berlatar belakang dari kisah kehidupan anak muda pada zaman yang berbeda akan tetapi bisa dinikmati oleh semua kalangan, dijadikan sebagai obat perindu buat yang sedang kehausan dengan hal-hal manis yang sering terlupakan, hal-hal kecil yang sering dianggap tidak penting, karena kita sering lupa bahwa kita adalah pemain utama dalam hidup kita sendiri.
hd-blimey.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews