Tantangan yang membuat berpikir dan di kepala sudah ada angan, mau seperti apa kira-kira tas yang akan jadi eksperimen pertama saya.
Kunjungan ke Takengon kali ini, saya ketitipan pesanan kain Karawang dari teman baik, Imelda Bachtiar. Ingin mengoleksi Karawang Gayo, kain khas Aceh Tengah. Maka huntinglah saya ke desa Bebesan, lokasi sentra pengrajin produksi Karawang di Takengon.
Ada yang berbeda dari kunjungan saya ke desa ini. Biasanya setelah membeli pesanan kain dari teman, saya langsung chusss, ngacir. Tapi tidak kali ini. Entah kenapa saya dan si ibu penjual kain jadi terlibat diskusi panjang soal kreasi tas dari kain Karawang.
Berawal dari pertanyaannya mungkin ya, "apakah tas yang saya pakai, bikinan sendiri?" Rupanya dia memperhatikan tas EllMarsiadesign yang saya pakai. Akhirnya cerita berlanjut, dan saya mengutarakan keinginan saya untuk memadupadankan bahan goni dan kain Karawang untuk membuat tas.
Ibu itu sangat antusias dan bertanya, apa mau adek menjual karya tasnya jika sudah jadi di sini? Nanti kita bisa padupadankan bahan-bahan Karawang dan membuat kreasi baru yang unik, mulai dari tempat hp, dompet dan lainnya. Jadi bisa membuat sesuatu yang baru.
Terus terang saya sangat suka idenya, itu sejalan dengan yang ada di pikiran saya, untuk memadupadankan kain lokal dan bahan goni. Untuk keperluan ini, gambar foto tak begitu diperlukan, tapi design tetap harus unik. Saya betul-betul tertarik untuk mewujudkannya. Apalagi saya lihat kerapihan jahitan kain Karawang di toko ibu ini bisa diacungi jempol.
Kekurangannya adalah, keragaman pasokan material, seperti kancing magnet, ring tas, dan pernik tas lain yang masih belum beragam. Padahal di Jakarta, di pasar Asemka, kebutuhan ibu ini bertebaran di mana-mana.
Setelah berdiskusi agak panjang, kami akhirnya sepakat untuk uji coba dulu. Lain waktu ketika saya ke Takengon, saya akan bawa hasil karya tas padu padan dengan motif Karawang, dan mencoba menjualnya di toko souvenir ibu ini, atau sebaliknya, sayapun bisa memasarkannya, agar orang luar lebih kenal motif kain Karawang.
Beliaupun mengangguk setuju, saya pikir jika lancar, nanti produksi bisa langsung dilakukan di Takengon, hanya bahan baku seperti goni dan pernik-perniknya bisa saya bawa dari Jakarta.
Well, ternyata ngeklik saya dengan beliau ya. Ketika sudah beranjak dari toko itu, saya baru sadar kalau lupa foto ibu penjual itu dan menanyakan namanya. Tapi, no worries, toko ibu ini tetanggaan dengan kenalan saya. Jadi, next time saya tetap bisa berkomunikasi dengan ibu itu ketika saat kolaborasi tiba.
PR (pekerjaan rumah) saya adalah, membuat tas contoh kombinasi kain Karawang dan bahan goni, hmmm...
Tantangan yang membuat berpikir dan di kepala sudah ada angan, mau seperti apa kira-kira tas yang akan jadi eksperimen pertama saya.
Semoga saya tak mengecewakan ibu itu yang sudah bersemangat berdiskusi soal memadukan karya seni lokal dengan goni. Aamiin.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews