Mengapa Samantha Tampil Buruk di Seleknas?

Tawaran untuk berlatih di bawah bimbingan GM Garry Kasparov di Zagreb, Kroasia, juga berlalu begitu saja karena tidak ada yang "bersedia" menjadi sponsor.

Sabtu, 29 Juni 2019 | 13:55 WIB
0
371
Mengapa Samantha Tampil Buruk di Seleknas?
Samantha Edithso (Foto: Kumparan.com)

WFM Samantha Edithso tampil mengecewakan pada Seleksi Nasional Catur SEA Games 2019 tahap II yang telah berakhir kemarin sore di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi.

Dari tujuh peserta Seleknas, Samantha hanya mampu menempati peringkat keenam. Padahal di Seleknas tahap I akhir bulan Januari lalu ia menempati peringkat kedua dari 19 peserta.

Secara teknis, Samantha tidak kalah dari 6 rivalnya di Seleknas tahap II ini. Ia misalnya mengalahkan WIM Shanti Nur Abidah di catur cepat. Pada catur blitz, pecatur berusia 11 tahun ini juga sanggup menaklukkan WIM Chelsie Monica Sihite, WFM Ummi Fisabillah, WIM Dewi A.A. Citra, dan WIM Dita Karenza.

Baca Juga: Samantha Edithso Jagoan Catur Cepat dari Bandung

Seperti pernah saya tulis, entah kenapa secara pribadi saya kurang begitu gembira dengan keikutsertaan Samantha di pelatnas ini. Ia masih terlalu muda dan belum butuh itu. Apalagi nanti ia masih akan bersaing dengan IM Irene Kharisma Sukandar dan WGM Medina Warda Aulia di pelatnas tahap berikutnya.

Kalau mau jujur, Samantha adalah satu-satunya pecatur Indonesia saat ini yang mampu bersaing di tingkat dunia untuk pecatur seusianya. Dan Tata sudah membuktikan hal itu dengan merebut gelar Juara Dunia Catur Cepat dan Catur Klasik U-10 di Belarus dan Spanyol tahun lalu.

Jadi untuk meningkatkan kemampuannya, Samantha harus banyak bermain di turnamen terbuka seperti Nihal Sarin, Praggnanandhaa atau Gukesh yang telah jauh-jauh hari menyusun program turnamen yang akan mereka ikuti di sepanjang tahun 2019 ini.

Kegagalan Samantha di Seleksi Sea Games ini menurut hemat saya karena ia terlalu lama "menganggur". Samantha tidak sekalipun mengikuti turnamen ber-skala internasional selama enam bulan terakhir yang membuat akurasi dan kalkulasinya jauh menurun apalagi ia tidak memiliki pelatih.

Tawaran untuk berlatih di bawah bimbingan GM Garry Kasparov di Zagreb, Kroasia, juga berlalu begitu saja karena tidak ada yang "bersedia" menjadi sponsor.

Seharusnya Percasi sudah memikirkan ke depan program seperti apa yang dibutuhkan oleh Samantha agar bakat catur istimewa ini semakin terasah dan mampu bersaing menghadapi lawan-lawan di tingkat yang lebih tinggi.

Samantha sudah berusia 11 tahun. Waktu berjalan sangat cepat sementara banyak rekor yang ingin dipecahkan. Tanpa ada program berkelanjutan jelas bakat istimewa ini akan layu sebelum berkembang. Percayalah.

***