Ada pecatur yang mengaku membayangkan papan dan buah catur sebagaimana Beth Harmon bermain di kepala, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah sekadar hapalan.
Sudah nonton The Queen's Gambit? Sebuah drama televisi streaming Netfix yang cukup bolehlah, setidaknya bagi saya yang pecandu catur, permainan olah pikir kuno yang paling populer di planet ini. Menonton film serial itu saya terjerembab dalam pusaran drama dan alur cerita sederhana miniseri itu, lalu menontonnya tanpa putus.
Yang memudahkan saya mengunyah film itu, selain paham nama-nama pembukaan, pertahanan, nama-nama pecatur, saya mampu mengidentifikasi alur cerita, karakter dan latar belakang cerita dengan cepat, secepat saya makan salmon sashimi.
Saya tidak akan membahas bagaimana kerennya Beth Harmon (diperankan Anya Taylor-Joy), si ratu catur yang mahir memainkan pembukaan gambit menteri, juga tentu saja sisilia terbuka, melainkan sekadar membuat oret-oretan betapa uniknya permainan ini, khususnya ketika catur bisa dimainkan di kepala tanpa melihat papan dan buah catur.
Film ini benar-benar cerita fiktif berdasar novel karya Walter Tevis, tetapi pengalaman Tevis bahwa pecatur banyak yang tergantung pada obat penenang adalah nyata. Tevis adalah (mantan) pecatur yang pernah berada dalam kondisi seperti itu pada masanya. Dalam dunia nyata, tentu saja belum ada juara dunia catur perempuan yang mampu mengatasi pecatur laki-laki.
Sampai saat ini, catur identik dengan maskulinitas. Judit Polgar, Hou Yifan, Alexandra Kosteniuk atau Nona Gaprindashvili (nama terakhir sempat disebut dalam narasi film itu), belum mampu menjadi juara dunia di kategori catur pria meski juara dunia wanita pernah mereka genggam.
Benar bahwa Polgar dan Koneru Humpy lebih suka dikategorikan sebagai "pecatur pria" berhubung merasa sudah tidak ada lawan sepadan lagi di catur perempuan, tetapi tetap saja mereka belum mampu juara dunia dwitarung sebagaimana Beth Harmon. Yeah... namanya juga fiksi.
Beth Harmon mengingatkan saya pada juara dunia catur eksentrik asal Amerika, Bobby James Fischer. Ow, jangan-jangan ini semacam obsesi ala "perang dingin" di mana persaingan antara AS dan Rusia (dulu Uni Soviet) masih terus berlangsung. Kini Rusia -dalam The Queen's Gambit- dipermalukan karena juara dunia miliknya ditaklukkan pecatur perempuan asal Kentucky.
Panti asuhan yang menampung Beth Harmon yang kehilangan ibunya akibat kecelakaan yang disengaja, bunuh diri dengan menabrakkan mobil yang dikendalikannya. ("Tutup matamu, Nak!" pinta ibunya kepada Beth Harmon kecil yang duduk di belakang sebelum menabrakkan mobilnya secara frontal dalam kecepatan tinggi), terbiasa memberi anak-anak yatim piatu obat penenang. Maksudnya agar anak-anak itu sedikit bisa melupakan masa lalunya yang tragis, sebagaimana dialami Beth Harmon.
Tetapi akibatnya, tidak sedikit anak-anak yang kemudian menjadi kecanduan atau tergantung pada obat penenang itu, tidak terkecuali Beth Harmon, yang dalam satu adegan terpaksa mencuri pil berwarna hijau dari toples besar, lalu menjejalkan obat penenang itu ke mulutnya sampai dia tak sadarkan diri.
Saya ingin membahas kaitan antara obat penenang dengan "halusinasi" (Beth Harmon sering melihat bayangan catur di atas atap tempat tidurnya dan bermain catur sendiri di kepala), yang boleh saja terjadi akibat obat penenang itu.
Beth Harmon kecil mengiba-iba untuk diajarkan permainan ini kepada penjaga panti asuhan yang biasa bermain catur sendiri di ruang bawah tanah, Shaibel.
"Ini permainan laki-laki, bukan permainan perempuan," kata Shaibel yang sempat menolak Beth Harmon belajar. Tetapi karena bayangan permainan catur setiap malam melintas di kepala, Beth Harmon dengan cepat menguasai permainan itu dan mengalahkan Shaibel tidak lama kemudian.
Mengapa ada beberapa pecatur yang bisa bermain catur di kepalanya sendiri tanpa melihat papan dan buah catur (blind fold)? Ini masih misteri, yang bisa menjawab mungkin orang semacam juara dunia Magnus Carlsen atau Utut Adianto di sini.
Dalam sebuah tayangan televisi, Carlsen yang matanya tertutup mampu mengalahkan lima master catur sekaligus dalam permainan simultan. Ia cukup menyebut notasi catur, orang lain yang menggerakkan buah caturnya dan memberi tahu langkah jawaban lawan, lalu membalasnya dengan menyebutkan notasi, demikian seterusnya.
Utut Adianto pernah memperagakan kemampuannya bermain simultan catur buta melawan tiga pemain di sebuah hotel di Jakarta beberapa tahun lalu. Dalam sebuah wawancara majalah catur, Utut mengaku sering bermain catur di kepala alias catur buta melawan kakaknya saat berjalan bersama.
Cara Utut bermain catur tanpa papan dan buah catur dengan menyebutkan notasi ini persis adegan Beth Harmon saat berkendara dengan pecatur pria Amerika yang sempat jadi pacar selintasnya, Benny Watts (diperankan Thomas Bodie Sangster). Peristiwa ini juga mengingatkan saya pada Grand Master Timur Gareyev yang bermain catur buta simultan melawan 48 pemain.
Baca Juga: Magnus Raja Catur Online
Apa yang terjadi dengan kepala para pecatur jenius? Apakah bayangan papan dan bidak catur itu benar-benar terbayang di pikiran? Bagaimana dengan 3, 5, 12, dan 38 papan catur virtual di kepala mereka? Bagaimana mengingatnya di saat untuk sampai pada 20 langkah dalam satu partai saja probabilitas langkahnya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan miliar kemungkinan?
Itulah yang disebut kecerdasan, IQ, atau apapun namanya yang setiap orang tidak otomatis memilikinya. Ada pecatur yang mengaku membayangkan papan dan buah catur sebagaimana Beth Harmon bermain di kepala, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah sekadar hapalan. Artinya, semua langkah dan probabilitasnya sudah hapal, lengkap dengan komplikasi dan kompleksitasnya.
Bukan menyombongkan diri dalam batas-batas tertentu, saya juga bisa menghapal kira-kira sampai lima langkah catur di kepala lengkap dengan jawaban lawan, selebihnya "blank". Tidak ada bayangan atau "video" dalam kepala saya sebagaimana Beth Harmon.
Itulah salah satu keunikan catur dan keunikan ini terpuaskan setelah seorang teman menyarankan saya agar segera menonton The Queen's Gambit. Selain kopi tanpa gula, dia tahu kalau saya pecandu catur.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews