Sepanjang kalian selalu mencuci dengan bersih setiap kali berhubungan badan, saat sedang mengalami menstruasi, atau sehabis pipis, memelihara rambut pada area kewanitaan dianjurkan.
Menikmati Onsen Spring Water di Jepang adalah hal wajib yang selalu aku lakukan dan tak ada yang lebih sensasional dibanding dengan pengalaman berendam di musim dingin, sensasi udara dingin merasuki tulang rusuk, butiran –butiran lembut salju yang melayang terhembus angin dingin bergantian menerpa wajahku dipadukan dengan panasnya hot spring water yang suhu nya mencapai 10° F (43.3° C), mengalirkan rasa rileks yang luar biasa di dalam tubuhku.
Pada trip terakhir aku ke Jepang beberapa bulan yang lalu, aku mengunjungi beberapa onsen spring water di Kanazawa, Fukugawa dan Shirakawa.
Diketiga tempat tersebut aku selalu menemukan satu kotak berisi alat cukur yang diberikan secara cuma-cuma, akan tetapi yang membuat aku bingung, tidak ada satu pun wanita Jepang yang berkeinginan untuk mengambilnya untuk digunakan oleh mereka. Rasa penasaran pun timbul didalam hati, kenapa ya?
Aturan main untuk berendam di onsen spring water
Ada aturan baku yang wajib dipatuhi oleh setiap pengunjung yang ingin memasuki onsen yaitu semua diwajibkan untuk melepas semua pakaian, tidak boleh ada sehelai benangpun yang melekat dibadan.
Ruang onsen untuk wanita dan pria ditandai dengan tirai berwarna merah untuk wanita dan untuk tirai berwarna biru untuk pria, agak tricky karena tidak ada tulisan dalam bahasa Inggris pada tirai menuju pintu masuk area onsen tersebut, bagi pengunjung yang bertato tidak diperkenankan untuk memasuki area onsen, dengan alasan karena tato adalah simbol dari Yakuza, organisasi criminal di Jepang.
Pengalaman pertama kali aku mencoba onsen itu kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Saat itu aku belum mengerti bahasa Jepang dan belum tahu warna tirai yang membedakan ruangan untuk pria dan wanita, karena tidak ada yang bisa di tanya saat itu.
Hal itu pula yang menyebabkan aku pernah salah masuk pintu, waktu itu dengan santainya aku masuk tirai berwarna biru, dan yes, tak usah di jelaskan apa yang aku lihat didalamnya, saat itu seketika aku langsung putar badan mengambil langkah seribu menuju pintu keluar. Ada-ada saja.
Pemandangan yang tidak biasa
Awalnya memang terasa awkward ketika aku melihat sesama jenis berlalu lalang di depanku dengan bertelanjang bulat, mau tidak mau suka atau tidak suka aku terpaksa memperhatikan mereka.
Satu hal yang menarik perhatianku adalah semua wanita Jepang tidak mencukur rambut pada area kewanitaannya, bahkan banyak di antaranya yang terlihat panjang dan rimbun.
Penasaran melihat pemandangan tersebut, saat aku berendam di salah satu outdoor onsen di Fukugawa ada satu wanita muda yang duduknya berhadapan denganku lalu dengan suara perlahan aku bertanya;
Sumimasen, Watashi no namae wa Diana , Kojin-tekina shitsumon o shite mo īdesu ka? [permisi, namaku Diana, boleh kah aku bertanya yang sifatnya pribadi?]
Dia menjawab : Hai, onegaishimasu [Boleh, silahkan]
Lalu aku lanjutkan pertanyaanku "Saya lihat banyak wanita Jepang yang tidak mencukur rambut pada area kewanitaannya, boleh saya tahu kenapa?"
Aku pun melanjutkan kalimat aku "Maaf jika pertanyaan ini tidak sopan, kamu boleh untuk tidak menjawab jika tidak berkenan."
Tapi dengan santai dia menjawab;
“Tak apa kamu bukan orang pertama yang bertanya seperti ini kepadaku.”
Wanita muda itu pun berkata;
“Pada dasarnya kami sebagai wanita Jepang, mengerti jika banyak wanita lain melihat kami seperti orang aneh, orang yang malas untuk merawat organ kewanitaan kami, mungkin karena hal seperti ini tidak lazim dimata kalian.”
Lanjutnya, “Ada beberapa alasan kenapa kami membiarkan rambut di area kewanitaaan kami.”
Pertama:
Itu satu-satunya yang membedakan kami dari wanita pekerja sex.
Kedua:
Kami yakin dengan memeliharanya maka akan membuat area kewanitaan kami lebih terlindungi dari bakteri dan lebih higienis.
Ketiga:
Rambut di area kewanitaan kami relatively cepat tumbuh, jika kami mencukur dalam waktu 2 atau 3 hari akan tumbuh baby hair dan kami kurang menyukai masa-masa timbul rasa gatal ketika baby hair tersebut mulai tumbuh.
Kempat: pasangan kami tidak protes
Kelima: sudah menjadi bagian dari budaya kami.
Lanjutnya lagi, "Jadi bukan karena kami malas atau tidak peduli dengan kebersihan pada area kewanitaan akan tetapi kami percaya dengan memelihara rambut pada area kewanitaan membuat kami lebih percaya diri dan yakin terlindungi.”
Setelah mendengar informasi itu aku mulai berpikir, hmmm berarti selama ini banyak sekali orang salah dalam menilai mereka yang menganggap wanita Jepang malas, jorok dan tidak mampu memelihara area kewanitaan dengan baik.
Jadi seharusnya Miss V di-wax atau tidak?
Setelah aku mendengar pendapat dari wanita muda Jepang tadi, tak sabar akupun langsung bertanya kepada salah seorang temanku yang berprofesi sebagai dokter, dia bilang seperti ini:
“Tuhan itu menciptakan sesuatu sudah sesuai dengan fungsinya masing-masing, bahkan untuk bagian yang paling kecil sekalipun. Jadi rambut di area Miss V dari kacamata kedokteran adalah penting untuk tetap berada pada tempatnya, karena fungsi rambut itu sendiri adalah untuk melindungi area kewanitaan dari bakteri, kuman, infeksi, dan lainnya."
Yang jadi masalah adalah ketika rambut kewanitaan di area tersebut tidak dirawat dengan benar, maka akan menyebabkan banyak masalah seperti timbulnya bakteri, aroma kurang sedap dan lainnya.
Sebagai contoh jika seorang wanita mempunyai rambut panjang dan lebat dia akan mencuci rambut lebih sering dibandingkan dengan wanita dengan rambut pendek, hal ini juga berlaku pada cara merawat area kewanitaan.
Lanjutnya, "Jadi sepanjang kalian para wanita selalu mencuci dengan bersih setiap kali berhubungan badan, saat sedang mengalami menstruasi, atau sehabis buang air kecil, maka memelihara rambut pada area kewanitaan sangat di anjurkan." Hmm make sense ...
Setelah mendapat informasi dari dokter tersebut aku mulai berfikir mungkin ada benarnya wanita Jepang memilih untuk memelihara rambut pada area kewanitaan mereka asalkan bisa menjaga kebersihannya dengan baik dan tidak dibiarkan terlalu “gondrong” akan tetapi apabila tidak cukup telaten untuk menjaga kebersihan area tersebut maka mencukur area kewanitaan bisa dijadikan pilihan bijaksana.
Setiap wanita berhak menentukan pilihannya, karena “Tubuhku Kata aku”
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews