Mengapa "Miss V" Wanita Jepang Rimbun?

Sepanjang kalian selalu mencuci dengan bersih setiap kali berhubungan badan, saat sedang mengalami menstruasi, atau sehabis pipis, memelihara rambut pada area kewanitaan dianjurkan.

Minggu, 6 Oktober 2019 | 23:39 WIB
0
2346
Mengapa "Miss V" Wanita Jepang Rimbun?
Ilustrasi wanita mencukur [photo: IG zip.beauty]

Menikmati Onsen Spring Water di Jepang adalah hal wajib yang selalu aku lakukan dan tak ada yang lebih sensasional dibanding  dengan pengalaman berendam di musim dingin, sensasi  udara dingin merasuki tulang rusuk,  butiran –butiran lembut salju yang melayang terhembus angin dingin bergantian menerpa wajahku  dipadukan dengan panasnya  hot spring water yang  suhu nya mencapai  10° F (43.3° C), mengalirkan rasa  rileks yang luar biasa di dalam tubuhku.

Pada trip terakhir aku ke Jepang beberapa bulan yang lalu, aku mengunjungi beberapa onsen spring water di Kanazawa, Fukugawa dan Shirakawa.  

Diketiga tempat tersebut aku selalu menemukan satu kotak berisi alat cukur yang diberikan secara cuma-cuma, akan tetapi yang membuat aku bingung, tidak ada satu pun wanita Jepang yang berkeinginan untuk mengambilnya untuk digunakan oleh mereka. Rasa penasaran pun timbul didalam hati, kenapa ya?

Aturan main untuk berendam di onsen spring water

Ada aturan baku yang wajib dipatuhi  oleh setiap pengunjung yang ingin memasuki onsen yaitu semua diwajibkan untuk melepas semua pakaian, tidak boleh ada sehelai benangpun yang melekat dibadan.

Ruang onsen untuk wanita dan pria ditandai dengan tirai berwarna merah  untuk wanita dan untuk  tirai berwarna biru  untuk pria, agak tricky karena tidak ada tulisan dalam bahasa Inggris pada tirai  menuju pintu  masuk area onsen  tersebut,  bagi pengunjung yang bertato  tidak diperkenankan untuk memasuki  area onsen, dengan alasan karena tato adalah simbol dari Yakuza, organisasi criminal di Jepang.

Pengalaman pertama kali aku mencoba onsen itu kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Saat itu aku belum mengerti bahasa Jepang dan belum tahu warna tirai yang membedakan ruangan untuk pria dan wanita, karena tidak ada yang bisa di tanya saat itu.

Hal itu pula yang menyebabkan aku pernah salah masuk pintu, waktu itu dengan santainya aku masuk tirai berwarna biru, dan yes, tak usah di jelaskan apa yang aku lihat didalamnya, saat itu seketika aku langsung putar badan mengambil langkah seribu menuju pintu keluar. Ada-ada saja.

Pemandangan yang  tidak biasa

Awalnya memang terasa awkward ketika aku melihat sesama jenis berlalu lalang di depanku dengan bertelanjang bulat, mau tidak mau suka atau tidak suka aku terpaksa memperhatikan mereka.

Satu hal yang menarik perhatianku adalah semua wanita Jepang tidak mencukur rambut pada area kewanitaannya, bahkan banyak di antaranya yang terlihat panjang  dan rimbun.

Penasaran melihat pemandangan tersebut, saat aku berendam di salah satu outdoor onsen di Fukugawa ada satu wanita muda yang duduknya berhadapan denganku lalu dengan suara perlahan aku bertanya;

Sumimasen, Watashi no namae wa Diana , Kojin-tekina shitsumon o shite mo īdesu ka? [permisi, namaku Diana, boleh kah aku bertanya yang sifatnya pribadi?]
 
Dia menjawab : Hai, onegaishimasu [Boleh, silahkan]
 
Lalu aku lanjutkan pertanyaanku "Saya lihat banyak wanita Jepang yang tidak mencukur rambut pada area kewanitaannya,  boleh saya tahu kenapa?"

Aku pun melanjutkan kalimat aku  "Maaf jika pertanyaan ini tidak sopan, kamu boleh untuk tidak menjawab jika tidak berkenan."

Tapi dengan santai dia menjawab;

“Tak apa kamu bukan orang pertama yang bertanya seperti ini kepadaku.”

Wanita muda itu pun berkata;

“Pada dasarnya kami sebagai wanita Jepang, mengerti jika banyak wanita lain melihat  kami seperti orang aneh, orang yang malas untuk merawat organ kewanitaan kami, mungkin karena hal seperti ini tidak lazim dimata kalian.”

Lanjutnya,  “Ada beberapa alasan kenapa kami membiarkan rambut di area kewanitaaan kami.”

Pertama:

Itu satu-satunya yang membedakan kami dari wanita pekerja sex.

Kedua:

Kami yakin dengan memeliharanya maka akan membuat area kewanitaan kami  lebih terlindungi dari bakteri dan lebih higienis.

Ketiga:

Rambut di area kewanitaan kami relatively cepat tumbuh, jika kami mencukur dalam waktu 2 atau 3 hari akan tumbuh baby hair dan kami kurang  menyukai masa-masa timbul rasa gatal ketika baby hair tersebut mulai tumbuh.

Kempat: pasangan kami tidak protes

Kelima: sudah menjadi bagian dari budaya kami.

Lanjutnya lagi, "Jadi bukan karena kami malas atau tidak peduli dengan kebersihan pada area kewanitaan akan tetapi kami percaya dengan memelihara rambut pada area kewanitaan membuat kami lebih percaya diri dan yakin terlindungi.”

Setelah mendengar informasi itu aku mulai berpikir, hmmm berarti selama ini banyak sekali orang  salah dalam menilai mereka yang menganggap wanita Jepang malas, jorok dan tidak mampu memelihara area kewanitaan dengan baik.

Jadi seharusnya Miss V di-wax atau tidak?

Setelah aku mendengar pendapat dari  wanita muda Jepang tadi, tak sabar akupun  langsung bertanya kepada salah seorang temanku yang berprofesi sebagai dokter, dia bilang  seperti ini:

“Tuhan itu menciptakan sesuatu sudah sesuai dengan fungsinya masing-masing, bahkan untuk bagian yang paling kecil sekalipun. Jadi rambut di area Miss V dari kacamata kedokteran adalah penting untuk tetap berada pada tempatnya, karena fungsi rambut itu sendiri adalah untuk melindungi area kewanitaan dari bakteri, kuman, infeksi, dan lainnya."

Yang jadi masalah adalah ketika rambut kewanitaan di area tersebut tidak dirawat dengan benar, maka akan menyebabkan banyak masalah seperti timbulnya bakteri, aroma kurang sedap dan lainnya.

Sebagai contoh jika seorang wanita mempunyai rambut panjang dan lebat dia akan mencuci rambut lebih sering dibandingkan dengan wanita dengan rambut pendek, hal ini juga berlaku pada cara merawat area kewanitaan.

Lanjutnya, "Jadi sepanjang kalian para wanita selalu mencuci dengan bersih setiap kali berhubungan badan, saat sedang mengalami menstruasi, atau sehabis buang air kecil, maka memelihara rambut pada area kewanitaan sangat di anjurkan." Hmm make sense ...

Setelah mendapat informasi dari dokter tersebut aku mulai berfikir mungkin ada benarnya wanita Jepang memilih untuk memelihara  rambut pada  area kewanitaan mereka  asalkan  bisa menjaga kebersihannya dengan baik dan tidak dibiarkan terlalu “gondrong” akan tetapi apabila tidak cukup telaten untuk menjaga kebersihan area tersebut maka mencukur area kewanitaan  bisa dijadikan pilihan bijaksana.

Setiap wanita berhak menentukan pilihannya, karena “Tubuhku Kata aku”

***