Masyarakat mesti bisa menahan diri dan tidak tergoda untuk melakukan tindakan melawan hukum dan ketertiban serta keamanan.
Di tengah masyarakat Indonesia menantikan putusan KPU mengenai pemenang pilpres pada 22 Mei mendatang, para penonton film drama seri fantasi Game of Thrones (GOT) karya David Benniof dan D.B Weiss justru tengah menanti akhir cerita film tersebut yang diputar di HBO.
GOT yang merupakan adaptasi dari novel berseri A Song of Ice and Fire karya George R. R Martin sudah diputar sebanyak 72 episode sejak 17 April 2011 di AS. Kini GOT sudah sampai pada session 8 episode 5 dari enam episode yang direncanakan atau hanya menyisakan satu episode lagi.
Pemutaran GOT session 8 episode 6 yang akan diputar pada Minggu malam waktu AS dan Senin malam waktu Indonesia sangat dinantikan karena penggemar GOT ingin mengetahui tentang siapa yang akhirnya bertahan hidup dan menguasai Iron Thrones serta siapa yang akan tewas.
Sebelumnya pada episode 5 diceritakan Daenerys Targaryen dari Dragonstone mengamuk bersama naganya dengan membumi hanguskan Kings Landing yang dipimpin Ratu Cersei Lannister.
Rakyat tidak berdosa pontang-panting menyelamatkan dan banyak yang tewas. Istana tempat tinggal Cersei di puncak gunung pun runtuh dihantam semburan api dari mulut naga yang ditunggangi Daenerys. Suatu tindakan yang membenarkan teori yang telah lama dipercaya bahwa Daenerys akan mengikuti jejak ayahnya dan menjadi Ratu Gila.
Sementara itu Cersei Lannister dan pasukannya, termasuk pasukan bayaran pimpinan Eon Baratheon tidak bisa bertahan menghadapi gempuran naga milik Daenerys. Cersei kemudian berusaha menyelamatkan diri dengan bersembunyi di terowongan di bawah reruntuhan bangunan istana.
Di terowongan Cersei bersatu kembali dengan saudara kembar laki-lakinya yang juga kekasihnya Jaime Lannister sebelum terowongan Red Keep tertutup reruntuhan bangunan.
Adapun Jon Snow yang ikut melakukan penyerbuan ke Kings Landing bersama Ser Davos dan pasukan Unsullied pimpinan Grey Worm akhirnya memerintahkan pasukannya untuk mundur saat Kings Landing benar-benar dihancurkan oleh sang naga. Ia tidak ingin pasukannya ikut menjadi korban keganasan naga yang dikendarai Daenerys yang menyemburkan apinya secara membabi buta tanpa melihat kawan atau lawan, tentara atau rakyat biasa.
Adegan pada episode 5 ini diakhiri dengan selamatnya Arya Stark, yang ikut menyerbu Kings Landing, dari amukan naga Daenerys. Dengan wajah berdarah-darah dan dipenuhi debu reruntuhan gedung, Arya menunggang kuda putihnya untuk meninggalkan Kings Landing.
Sampai akhir episode 5 ini banyak pertanyaan yang muncul untuk episode 6 antara lain mengenai siapa yang akhirnya benar-benar menguasai Iron Throne. Apakah Daenerys akan tetap menjadi ratu dan menguasai Iron Throne sementara Jon Snow mendampinginya.
Apakah Daenerys menyerahkan kekuasaannya kepada Jon Snow, yang sesungguhnya bernama Aegon Targaryen Snow (anak dari Lyanna Stark dan Rhaegar Targaryen, penguasa terakhir Dragonstone) dan pewaris sah tahta keluarga Targaryen dan keponakannya sendiri. Ataukah Jon Snow akan merebut paksa kekuaasaan dari tangan Daenerys dan membunuhnya?
Baca Juga: Presiden Jokowi Sindir Perang Dagang Seperti "Game Of Throne", Apa Itu?
Sejauh ini tidak ada sedikitpun spoiler dari HBO selain rilis dua foto di akhir episode 5. Foto pertama memperlihatkan Daenerys tengah memandang kehancuran yang dibuatnya.
Foto kedua memperlihatkan wajah Tyrone Lannister yang suram dan menyesal. Sebagai singa terakhir dari keluarga Lannister, keluarga yang dikenal selalu menepati janji saat berhutang, terlihat tatapan kosong menggambarkan ketidaktahuan akan apa yang mesti dilakukannya.
Sampai disini sebenarnya skenario akhir episode 6 masih memiliki beberapa kemungkinan yang terbuka.
Kemungkinan yang paling besar adalah Daenerys yang berhasil menaklukkan Kings Landing akan menguasai Iron Throne dan memerintah dengan tangan besi dan rkyat tidak berani melawan.
Daenerys yang berkuasa kemudian akan menghukum Tyrone Lannister yang dianggap tidak setia karena meloloskan Jaime Lannister dari tahanan secara diam-diam.
Meski rakyat tidak berani melawan bukan berarti tidak ada yang bisa melakukannya. Dari sekian banyak karakter di GOT, salah saru yang bisa menghentikan Daenerys adalah Jon Snow.
Diperkirakan ia akhirnya akan membunuh Daenerys yang juga kekasih sekaligus adik bapaknya (tante). Jon Snow yang mencintai Daenerys, dan itu yang membuatnya ragu-ragu, akhirnya mengikuti desakan para pendukungnya yang menginginkan Jon merebut haknya sebagai raja mewarisi darah Targaryen dan Stark secara bersamaan.
Selain Jon, orang lain yang akan membunuh Daenerys adalah Arya Stark yang ingin membela nama keluarga Stark. Arya yang sangat dekat dengan kedua kakaknya, Jon Snow (kakak angkat, karena Jon dianggap anak oleh Ned Stark, ayah Arya) dan Sansha Stark(kakak kandung), tidak ingin keluarga Stark menderita dibawah bayang-bayang keluarga Targaryen seperti dahulu dialami ayahnya yang berada di bawah keluarga Baratheon. Karenanya Arya memandang bahwa sepak terjang Danerys perlu dihentikan.
Kemungkinan lain yang tidak kalah menarik adalah Jon Snow tetap ragu-ragu untuk membunuh Daenerys pada saat akhir. Kesempatan tersebut kemudian digunakan oleh Grey Worm untuk menyelamatkan sang ratu yang sekarat dan terjadi perkelahian dengan Jon. Daenerys dan Jon kemudian sama-sama tewas sehingga tidak ada satupun keluarga Targeryn yang menguasai Iron Thrones.
Karena tidak ada yang menguasai Iron Thrones, maka kepemimpinan di Iron Thrones pun kosong. Untuk itu kemudian muncul pemerintahan kolektif di bawah Dewan Westeros dengan anggota dari karakter-karakter GOT yang masih hidup seperti Grey Worm, Sansha Stark, Ser Davos dan lain-lain.
Dengan kehadiran Dewan Westeros yang memimpin jalannya pemerintahan, saya menduga bahwa hal ini dilakukan sebagai bentuk win-win solution dan perwujudan kehidupan demokratis dimana semua keluarga memiliki keterwakilan dan hak yang sama atas Iron Storm, tentu dengan intrik-intrik yang tidak kalah seru.
Dan seperti halnya intrik perebutan kekuasaan di GOT, maka intrik-intrik di Indonesis menjelang 22 Mei dan sesudahnya juga tidak kalah seru. Hanya saja jika intrik di GOT adalah fantasi semata, maka intrik menjelang 22 Mei dan sesudahnya merupakan hal nyata yang tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik horizontal akibat menguatnya polarisasi antar kelompok.
Karenanya masyarakat mesti berhati-hati dalam menyikapi menguatnya polarisasi antar kelompok ysng berpotensi konflik. Masyarakat mesti bisa menahan diri dan tidak tergoda untuk melakukan tindakan melawan hukum dan ketertiban serta keamanan.
***
Keterangan: Tulisan dengan judul dan penulis yang sama telah tayang di Kompasiana.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews