Orang Indonesia Suka Ngopi, Setahun Impor Kopi Meningkat 5 Kali Lipat

Selasa, 23 Oktober 2018 | 17:56 WIB
0
603
Orang Indonesia Suka Ngopi, Setahun Impor Kopi Meningkat 5 Kali Lipat

Minum kopi sudah merupakan gaya hidup anak-anak muda sampai dengan orang-orang tua. Bahkan sehari bisa ada yang minum sampai tiga kali, seperti makan atau sikat gigi saja.

Saya pun yang awalnya tidak doyan minum kopi, sekarang tiap hari habis sholat Subuh harus ngopi, padahal saya bukan perokok. Dan ngopinya bukan kopi sashet tapi kopi original atau kopi pahit. Ibarat merokok, rokok kretek. Karena kalau minum kopi sashet terasa hambar dan kurang mantep.

Bahkan sekarang menjamur kedai-kedai atau warung-warung kopi. Tentu ini sesuatu berita yang baik, karena artinya masyarakat mulai menyukai minum kopi sebagai gaya hidup. Dan berpengaruh kepada harga kopi dan meningkatkan hasil jual kopi, yang akhirnya bisa meningkatkan kesejateraan para petani kopi.

Bahkan kopi-kopi nusantara secara kwalitas tidak kalah dengan kopi-kopi luar negeri. Ada ratusan jenis kopi-kopi dari Nusantara ini.

Tapi tahukah, ternyata kopi dalam negeri belum bisa mencukupi kebutuhan untuk industri atau kedai-kedai, harus impor, dan data impor kopi sangat mencengangkan.

Berdasarkan data yang baru dirilis oleh pemerintah, impor kopi dalam negeri meningkat fantastis, yaitu 524% pada Januari-September menjadi 73.756 ton dibandingan dengan periode yang sama, Januari-September 2017.

Tentu ini sangat miris karena lahan kopi yang begitu luas tidak bisa meningkatkan hasil produksinya, bahkan cenderung stagnan.

Bahkan dibanding dengan negara Vietnam, negara kita masih kalah dalam hasil produksinya, padahal lahan kopi di Vietnam sangat terbatas atau tidak luas seperti Indonesia.

Salah satu penyebab meningkatnya impor kopi karena banyaknya kebutuhan atau permintaan kopi karena menjamurnya kedai-kedai atau warung kopi. Dan ini menunjukkan geliat industri kopi tumbuh sangat luar biasa.

Kopi impor memang lebih murah karena harga perkilonya Rp80 ribu, sedangkan kopi lokal harga perkilonya Rp130 ribu. Tetapi secara kwalitas kopi lokal lebih baik atau lebih bagus. Ono rego ono rupo.

Sebagai contoh: kopi robusta Vietnam harganya lebih murah dibanding harga kopi robusta lokal. Tetapi kwalitasnya kopi robusta vietnam di bawah kwalitas kopi robusta nusantara.

Meningkatnya impor kopi yang mencapai 500% bisa jadi kopi-kopi itu masuk produksi industri dalam negeri sebagai campuran untuk produk kopi sashet.

Ini sepertinya mengingatkan soal produksi jagung, hasil produksi jagung yang melimpah tidak membawa berkah bagi petani, padahal pemerintah sudah menekan pada industri pakan ternak untuk membeli jagung petani,dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah. Tetapi industri ternak lebih suka impor dengan alasan harganya lebih murah.

Industri-industri kopi pabrikan juga seperti itu, mereka mencari harga yang lebih murah dengan cara impor, untuk mendapatkan margin keuntungan yang lebih besardibanding membeli kopi dari para petani nusantara.

***