Minum kopi sudah merupakan gaya hidup anak-anak muda sampai dengan orang-orang tua. Bahkan sehari bisa ada yang minum sampai tiga kali, seperti makan atau sikat gigi saja.
Saya pun yang awalnya tidak doyan minum kopi, sekarang tiap hari habis sholat Subuh harus ngopi, padahal saya bukan perokok. Dan ngopinya bukan kopi sashet tapi kopi original atau kopi pahit. Ibarat merokok, rokok kretek. Karena kalau minum kopi sashet terasa hambar dan kurang mantep.
Bahkan sekarang menjamur kedai-kedai atau warung-warung kopi. Tentu ini sesuatu berita yang baik, karena artinya masyarakat mulai menyukai minum kopi sebagai gaya hidup. Dan berpengaruh kepada harga kopi dan meningkatkan hasil jual kopi, yang akhirnya bisa meningkatkan kesejateraan para petani kopi.
Bahkan kopi-kopi nusantara secara kwalitas tidak kalah dengan kopi-kopi luar negeri. Ada ratusan jenis kopi-kopi dari Nusantara ini.
Tapi tahukah, ternyata kopi dalam negeri belum bisa mencukupi kebutuhan untuk industri atau kedai-kedai, harus impor, dan data impor kopi sangat mencengangkan.
Berdasarkan data yang baru dirilis oleh pemerintah, impor kopi dalam negeri meningkat fantastis, yaitu 524% pada Januari-September menjadi 73.756 ton dibandingan dengan periode yang sama, Januari-September 2017.
Tentu ini sangat miris karena lahan kopi yang begitu luas tidak bisa meningkatkan hasil produksinya, bahkan cenderung stagnan.
Bahkan dibanding dengan negara Vietnam, negara kita masih kalah dalam hasil produksinya, padahal lahan kopi di Vietnam sangat terbatas atau tidak luas seperti Indonesia.
Salah satu penyebab meningkatnya impor kopi karena banyaknya kebutuhan atau permintaan kopi karena menjamurnya kedai-kedai atau warung kopi. Dan ini menunjukkan geliat industri kopi tumbuh sangat luar biasa.
Kopi impor memang lebih murah karena harga perkilonya Rp80 ribu, sedangkan kopi lokal harga perkilonya Rp130 ribu. Tetapi secara kwalitas kopi lokal lebih baik atau lebih bagus. Ono rego ono rupo.
Sebagai contoh: kopi robusta Vietnam harganya lebih murah dibanding harga kopi robusta lokal. Tetapi kwalitasnya kopi robusta vietnam di bawah kwalitas kopi robusta nusantara.
Meningkatnya impor kopi yang mencapai 500% bisa jadi kopi-kopi itu masuk produksi industri dalam negeri sebagai campuran untuk produk kopi sashet.
Ini sepertinya mengingatkan soal produksi jagung, hasil produksi jagung yang melimpah tidak membawa berkah bagi petani, padahal pemerintah sudah menekan pada industri pakan ternak untuk membeli jagung petani,dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah. Tetapi industri ternak lebih suka impor dengan alasan harganya lebih murah.
Industri-industri kopi pabrikan juga seperti itu, mereka mencari harga yang lebih murah dengan cara impor, untuk mendapatkan margin keuntungan yang lebih besardibanding membeli kopi dari para petani nusantara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews