Bajaj Coffee Story [2] "Nil Novi Sub Sole"

Apakah ini "novelty"? Entahlah, kalaupun tak ada yang baru di kolong langit ini, cara menjajakan kopi sampai ke pemesan dan meraciknya langsung di depan rumah si pemesan adalah unik.

Senin, 9 November 2020 | 05:58 WIB
0
634
Bajaj Coffee Story [2] "Nil Novi Sub Sole"
Bajaj sebagai Cafe bergerak (Foto: Pepih Nugraha)

Tak ada yang baru di kolong langit, itu pepatah lama bahasa Latin, "Nil novi sub sole". Semua yang ada hasil dari peniruan, benchmarking alis ATM: amati, tiru, modifikasi. Dunia -termasuk dunia usaha- dipenuhi modifikasi-modifikasi semacam ini.

Usaha kopi bergenre jemput bola menggunakan kendaraan roda tiga -Bajaj yang sudah dimodifikasi- adalah salah satunya. Perjalanan kendaraan roda tiga bikinan India yang semula dari Jakarta, Garut sampai di tangan Yoga Nugraha di Tasikmalaya ini punya cerita tersendiri.

Menciptakan usaha itu mudah, yang sulit menangkap tren sekaligus menciptakannya. Bajaj kopi Yoga bisa dipanggil untuk keperluan kongkow-kongkow komunitas selagi gang terjangkau roda tiganya. "Minimal pesan 20 cangkir (cup), kami siap hadir," katanya saat menggelar "gerai kopi bergeraknya" di halaman rumah saya.

Artinya, kalau harga kopi dipatok Rp15.000/cup, maka dengan merogoh Rp300.000 pun kongkow-kongkow dijamin seru, tidak perlu beranjak dari tempat dalam posisi telanjur "pewe", posisi uwenak, tersebab Bajaj itulah yang akan mendatangi pemesan.

Apakah ini "novelty" atau kebaruan? Entahlah, kalaupun tak ada yang baru di kolong langit ini, cara menjajakan kopi sampai ke pemesan dan meraciknya langsung di depan rumah si pemesan adalah unik.

Unik seunik-uniknya.

(Bersambung)

Tulisan sebelumnya: Bajaj Coffee Story [1] No Inventor, but Innovator