Apakah mamak marah besar saat mengetahui saya di DO dari ITB tersebut?
Inilah surat pemecatan saya sebagai mahasiswa program S-2 ITB tahun 1998.
Surat DO yang diteken Direktur Pascasarjana ITB Prof. Ir. Kudrat Soemintapoera, Ph.D itu dikirim via pos ke rumah mamak di Bandung.
Memang saat itu, saya sedang di simpang jalan. Apakah saya mau terus berbisnis di mal atau mau fokus menyelesaikan kuliah S-2?
Saat itu, saya sungguh menghadapi simalakama. Akhirnya, saya memilih meneruskan bisnis gerai saya di mal, meski ditengah hantaman Krisis Moneter 1998.
Karenanya, resiko di DO dari ITB, harus saya terima. Pertimbangan saya saat itu, mumpung masih mahasiswa dan belum menikah, manfaatkan baik-baik momentum bisnis yang gak akan datang dua kali.
Kemarin, dalam studium generale bertopik: PERAN DESAIN DI ERA INDUSTRI KREATIF untuk para mahasiswa dan dosen Universitas Tarumanegara, Jakarta saya berbagi prinsip sukses berbisnis versi saya:
● Berangkatlah dari kegembiraan passion
● Andalkan nyali dan insting, mumpung masih lajang
● Bikin bisnis mu distingtif, jangan hanya setakat beda!
● Bangunlah kompetensi yang gak mudah ditiru
● Milikilah kemampuan adaptif
● Pahami bahwa kastamer bukanlah raja, tetapi teman sejati
● Selalulah nakal dengan ide-ide yang agnostik
● Bangunlah bisnis yang berkarakter
● Rayakan konteks, bukan konten
● Intimilah bisnis mu, hirup aromanya!
● Berpikirlah simpel, jauhi debat (kontensius)
● Rajinlah memulung stori, demi ketajaman trenspotting
● Milikilah kemampuan determinasi yang setrong
● Personifikasikan bisnis mu!
● Imanilah motto pribadi
● Cuekilah proteksi HAKI, karena inilah biang keladi yang memandulkan kreativitas.
Baidewei, apakah mamak marah besar saat mengetahui saya di DO dari ITB tersebut?
( Bersambung... )
***
( Semenit TRIBUN SABAR )
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews