Meningkat Hingga Rp5,8 Triliun, Pemerintahan Jokowi Diminta untuk Rem Utang

Utang swasta saat ini harus dapat diwaspadai. Jangan sampai utang luar negeri swasta serta BUMN, jadi tidak terkendali, yang dapat meningkatkan country risks Indonesia dengan signifikan.

Kamis, 20 Juni 2019 | 06:18 WIB
0
386
Meningkat Hingga Rp5,8 Triliun, Pemerintahan Jokowi Diminta untuk Rem Utang
Dradjad Wibodo (Foto: Moelim Choice)

Ekonom Indef, Dradjad Wibowo menyarankan agar pemerintahan Joko Widodo dapat menahan kenaikan utang, baik utang luar negeri ataupun obligasi dalam negeri. Rasio penerimaan pajak diperkirakan terlalu rendah terhadap PDB.

"Jangan hanya melihat profil utang dari sisi rasio utang, yaitu jumlah utang sebagai rasio terhadap PDB. Untuk Indonesia, rasio ini kurang lengkap menggambarkan posisi yang sesungguhnya. Kenapa? Karena rasio penerimaan pajak kita terhadap PDB terlalu rendah," kata ekonom Indef, Dradjad Wibowo, Selasa (18/6/2019).

Baca Juga: Utang Pemerintah dan Sejumlah Proyek yang Terbengkalai

Padahal, saat ini pajak merupakan sebagai sumber utama penerimaan negara. Kemudian dari penerimaan tersebeut menjadi kemampuan Indonesia membayar utang pemerintah. Maksudnya ialah, membayar utang tanpa harus mengorbankan terlalu banyak program yang lain dan atau menambah terlalu banyak utang baru.

Dradjad menconthkan saja pada tahun ini. Pagu pembayaran bunga utang pemerintah dalam APBN adalah Rp275,8 triliun. Pembayaran pokok utang pemerintah Rp409 triliun.

Jadi totalnya Rp685 triliun. Target penerimaan perpajakan, termasuk cukai, dalam APBN 2019 adalah Rp1786,4 triliun. Sementara target pendapatan negara Rp2165,1 triliun.

"Artinya, pembayaran pokok dan bunga utang pemerintah memakan 38,3% dari penerimaan perpajakan, atau 31,6% dari pendapatan negara," paparnya.

Baca Juga: Uang dan Utang (3): Ke Mana Larinya Keuntungan dari PLTB Sidrap Itu?

Pembayaran pokok dan bunga utang di atas, papar Dradjad, jauh lebih besar dari anggaran pendidikan Rp492,5 triliun, anggaran infrastruktur Rp415 triliun, dan anggaran kesehatan Rp123,1 triliun.

"Bila di totalkan dua anggaran, seperti pendidikan dan kesehatan digabung, jumlahnya hanya Rp615,6 triliun. Atau kalah Rp69 triliun dari pembayaran pokok dan bunga utang," kata Dradjad.

Ia menambahkan, utang swasta saat ini harus dapat diwaspadai. Jangan sampai utang luar negeri swasta serta BUMN, jadi tidak terkendali, yang dapat meningkatkan country risks Indonesia dengan signifikan.

***