Jalan Tol Trans Jawa akhirnya tersambung dari Jakarta sampai Surabaya. Setelah lama kita hanya mengandalkan jalur pantura dan selatan Jawa yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda.
Pemerintahan Jokowi-JK berhasil menyambungkan jalan tol trans Jawa ini pada akhir 2018. Tentu saja bukan semuanya dibangun di era ini, era presiden sebelumnya juga menyumbang sebagian dari jalan tol trans Jawa.
Dalam kurun waktu 4 tahun telah terbangun kurang lebih 782 km jalan tol dan akan bertambah (jika sesuai dengan rencana) sampai akhir 2019 menjadi total 1850 km.
Apakah Tol Trans Jawa sudah sempurna?
Membaca tulisan Kompasianer Pak Dizzman dan Pak Irwan Rinaldi Sikumbang. Masih banyak kekurangan jalan tol ini. Terutama dari sisi tempat istirahat dan SPBU menurut pak Irwan. Sedangkan menurut Pak Dizzman sekarang ini alat pembaca kartu sudah mulai tidak berfungsi dengan baik.
Saya pribadi belum pernah mencoba jalan tol trans Jawa, jadi tidak bisa berkomentar banyak. Namun semoga pemerintah dan pihak terkait segera memperbaikinya.
Efek Ekonomi
Jalan termasuk jalan tol dibangun dengan tujuan bukan untuk dimakan. Namun untuk bisa memperbaiki akses dari satu daerah ke daerah lainnya. Tujuan utama adalah untuk mempercepat pergerakan orang dan barang.
Misalnya petani yang hendak menjual hasil panen, jika tidak didukung dengan jalan yang baik maka bisa saja tengkulak atau perantara yang memiliki modal lebih. Datang ke desa petani tersebut dengan kendaraan mereka dan menekan harga panen tersebut.
Jika tersedia akses jalan petani memiliki pilihan untuk pergi ke pasar dan menjual langsung ke konsumen sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih.
Orang (sang petani) dan barang (hasil panen) bisa bergerak dengan leluasa dengan adanya jalan sehingga diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani tersebut.
Pariwisata
Dengan tersambungnya jalan tol trans Jawa maka sebenarnya bisa ditingkatkan kunjungan wisatawan ke daerah yang dilewati. Tentu saja perlu investasi lebih lanjut dari pemerintah daerah dan pengusaha untuk membuat agenda wisata dan fasilitas pendukung.
Banyuwangi bisa menjadi contoh kesuksesan sebuah daerah yang maju dengan pariwisata. Sampai berhasil mendirikan bandara sendiri. Mungkin bisa dijadikan contoh kasus untuk bisa belajar.
Bukan hanya itu dengan jalan tol, waktu tempuh dari satu daerah ke daerah lain bisa lebih diukur. Sehingga tidak tertutup kemungkinan bagi pengusaha pariwisata membuat paket tur dari Banyuwangi ke Solo dan lanjut ke Borobudur misalnya.
Sehingga waktu tinggal wisatawan akan lebih lama yang tentu akan menghabiskan uang yang lebih banyak dibanding biasanya.
Arus Barang
Salah satu biaya yang cukup besar dalam berusaha adalah stok barang. Hal ini terutama terjadi di bidang manufaktur dan ritel. Barang yang misalnya harus dipasok dari Surabaya dan dikirim ke Jakarta jika melalui pantura yang memakan waktu lebih lama dibanding jalan tol. Menyebabkan stok barang harus lebih banyak agar tidak terjadi kekurangan sehingga otomatis modal dan biaya akan bertambah untuk stok barang.
Dengan adanya jalan tol trans Jawa kemungkinan arus barang akan lebih lancar sehingga pengusaha bisa mengurangi biaya stok barang. Juga untuk e-dagang yang mungkin jasa logistiknya mengandalkan angkutan udara sebagian bisa dipindah ke darat, karena waktu tempuh bisa lebih diprediksi.
Dengan arus barang yang lebih cepat dan lancar, perputaran uang akan makin cepat sehingga bisa mendorong perkembangan ekonomi.
Tarif Tol
Para pengusaha angkutan banyak yang mengeluh tentang mahalnya tarif untuk truk dan bus. Mungkin pemerintah dan perusahaan jalan tol bisa memikirkan bagaimana agar tarif bisa turun untuk truk dan bus.
Saya lebih setuju jika tarif murah untuk truk dan bus dibanding kendaraan pribadi karena akan lebih bisa mendorong ekonomi dengan pergerakan orang dan barang yang lebih lancar dan cepat. Selain itu di luar musim libur kemungkinan pelanggan utama jalan tol adalah truk dan bus.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews