Ketengisasi

Di tengah bejibunnya gerai yang bangkrut di mal-mal akibat pandemi saat ini, mau gak mau ketengisasi ini cespleng jadi solusi. Daripada innalillahi!

Sabtu, 13 Februari 2021 | 07:28 WIB
0
222
Ketengisasi
Dagangan yang diketeng (Foto: Dok. pribadi)

Belajar ilmu ketengisasi?

Ilmu apaan tuh?

Kecerdikan trik ketengisasi ini, prakteknya banyak banget ditemui di pasar-pasar di desa-desa. Atau banyak dipraktekin pedagang angkringan dengan konsep nasi kucingnya.

Dalam ilmu bisnis, strategi ini disebut sebagai "downsize". Artinya, produk jualan diperkecil gramasinya, dikurangi jumlahnya agar harga jualnya terjangkau konsumen (affordable).

Saat saya lanjalan ke Pasar Panorama, Lembang dan Pasar Anyar, Bogor praktek ketengisasi ini marak dimainkan para pelapak. Mereka merenceng bawang putih, cabe rawit, rempah soto, bumbu giling, dll kedalam plastik kecil. Dijual serenceng menjadi Rp 1.000-Rp 3.000.

Murah dan praktis untuk sekali masak.

Trik wong cilik inipun akhirnya dicopas oleh industri besar. Mereka pasti dapat bisikan dari para salesman yang blusukan. Sehingga kini gak sulit menemukan minyak goreng, kecap manis, bahkan pembalut wanita dalam kemasan ketengan di pasaran.

Strategi ketengisasi (downsize) sangat tokcer untuk dipraktekkan ditengah teruknya kondisi bisnis akibat pandemi Covid 19 kini. Sayang banyak merek yang arogan dan gengsi memainkan strategi ini demi bertahan. Padahal, trik adaptif ini bisa jadi sekoci penyelamat. Daripada bisnis semaput dan bangkrut, yeee kan?

Kemarin sore, saat saya sedang "mallrathon" di Mal Taman Anggrek, tiba-tiba baca promo ketengisasi ini di Resto Ta-Wan. Jika biasanya makan sorangan bisa abis Rp200 ribuan, maka kini ada paket ketengan. cuma Rp 50 ribu. Mereka promosikan sebagai paket Goban.

Di tengah bejibunnya gerai yang bangkrut di mal-mal akibat pandemi saat ini, mau gak mau ketengisasi ini cespleng jadi solusi. Daripada innalillahi!

***