Di tengah bejibunnya gerai yang bangkrut di mal-mal akibat pandemi saat ini, mau gak mau ketengisasi ini cespleng jadi solusi. Daripada innalillahi!
Belajar ilmu ketengisasi?
Ilmu apaan tuh?
Kecerdikan trik ketengisasi ini, prakteknya banyak banget ditemui di pasar-pasar di desa-desa. Atau banyak dipraktekin pedagang angkringan dengan konsep nasi kucingnya.
Dalam ilmu bisnis, strategi ini disebut sebagai "downsize". Artinya, produk jualan diperkecil gramasinya, dikurangi jumlahnya agar harga jualnya terjangkau konsumen (affordable).
Saat saya lanjalan ke Pasar Panorama, Lembang dan Pasar Anyar, Bogor praktek ketengisasi ini marak dimainkan para pelapak. Mereka merenceng bawang putih, cabe rawit, rempah soto, bumbu giling, dll kedalam plastik kecil. Dijual serenceng menjadi Rp 1.000-Rp 3.000.
Murah dan praktis untuk sekali masak.
Trik wong cilik inipun akhirnya dicopas oleh industri besar. Mereka pasti dapat bisikan dari para salesman yang blusukan. Sehingga kini gak sulit menemukan minyak goreng, kecap manis, bahkan pembalut wanita dalam kemasan ketengan di pasaran.
Strategi ketengisasi (downsize) sangat tokcer untuk dipraktekkan ditengah teruknya kondisi bisnis akibat pandemi Covid 19 kini. Sayang banyak merek yang arogan dan gengsi memainkan strategi ini demi bertahan. Padahal, trik adaptif ini bisa jadi sekoci penyelamat. Daripada bisnis semaput dan bangkrut, yeee kan?
Kemarin sore, saat saya sedang "mallrathon" di Mal Taman Anggrek, tiba-tiba baca promo ketengisasi ini di Resto Ta-Wan. Jika biasanya makan sorangan bisa abis Rp200 ribuan, maka kini ada paket ketengan. cuma Rp 50 ribu. Mereka promosikan sebagai paket Goban.
Di tengah bejibunnya gerai yang bangkrut di mal-mal akibat pandemi saat ini, mau gak mau ketengisasi ini cespleng jadi solusi. Daripada innalillahi!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews