Harus Berani Ambil Putusan Merugi dalam Kondisi Darurat

Dalam kondisi darurat kita harus berani mengambil keputusan merugi. "Cut loss", demi kepentingan yang lebih besar. Keselamatan jiwa, misalnya.

Senin, 23 Maret 2020 | 11:10 WIB
1
444
Harus Berani Ambil Putusan Merugi dalam Kondisi Darurat
Tabloid Rakyat Reborn (Foto: merdeka.com)

"Menghindari mudharat lebih utama ketimbang mengejar manfaat" -- kaidah itu selalu saya jadikan patokan dalam menjalani hidup.

Pada 8 Maret 2019 saya membatalkan peluncuran Tabloid Obor Rakyat Reborn. Padahal tabloid sudah dicetak ribuan eksemplar. Liputannya hingga Mekkah, wawancara dengan Habib Rizieq. Gedung tempat peluncuran sudah dibayar, undangan sudah disebar. Catering pun sudah siap.

Tapi keadaan tak memungkinkan acara berlangsung. Last minute saya batalkan acara. Dua mobil box catering saya belokan ke panti asuhan di Jakarta. Anak-anak panti gembira, dapat kiriman tak terduga.

Puluhan wartawan dalam dan luar negeri menghubungi saya, bertanya alasan pembatalan acara. Tak saya jawab dengan clear. Para pemesan tabloid dan sponsor membatalkan transaksi. Malam itu saya "rugi" 700 juta. Untunglah istri bisa paham.

Begitulah. Dalam kondisi darurat kita harus berani mengambil keputusan merugi. "Cut loss", demi kepentingan yang lebih besar. Keselamatan jiwa, misalnya.

Oleh karenanya, bagi para pengantin yang hari-hari ke depan akan menggelar pesta, batalkan saja. Cukup akad nikah. Jika catering pesta sudah terlanjur dibuat, kirimkan ke panti asuhan. Insya Allah itu lebih barokah.

Udah, gitu aja!

***