Upaya Menangani Kebocoran Pipa Minyak Pertamina di Karawang

Untuk mencegah resiko kebakaran, IMT mendedikasikan dua anchor Handling Tug Supply (AHTS) sebagai kapal penyelamatan dan tanggap darurat.

Sabtu, 10 Agustus 2019 | 17:59 WIB
0
351
Upaya Menangani Kebocoran Pipa Minyak Pertamina di Karawang
Warga terdampak tumpahan minyak di Karawang (Foto: CNBC Indonesia)

Tumpahan minyak dan gelembung gas menyebar di garis pantai laut utara Jawa pertengahan Juli 2019. Diketahui, tumpahan terjadi akibat insiden di blok migas milik anak usaha PT Pertamina (Persero).

Sampai saat ini indikasi sementara terjadinya insiden tersebut ialah karena adanya anomali tekanan saat bor, sehingga mengakibatkan munculnya gelembung gas dan diikuti oleh tumpahan minyak. 

PT (Persero) Pertamina terus berupaya secara intens dalam mengatasi kebocoran gas yang menimbulkan gelembung ucara di sumur YYA – 1 Blok Offshore North West Java (ONJW), termasuk mencegah kerusakan lingkungan dengan mengerahkan 27 unit kapal dan alat penangkap tumpahan minyak (oil boom) di Perairan Pantai Utara Jawa, Karawang Jawa Barat.

Penanganan kebocoran gas di sumur yang dioperatori Pertamina Hulu Energi ONJW tersebut dilakukan dengan melibatkan pihak – pihak yang kredibel, kompeten dan memiliki pengalaman yang baik dalam mengatasi masalah yang sama.

Salah satu dampak kebocoran gas tersebut adalah terjadinya tumpahan minyak di sekitar lokasi pengeboran.

Dalam menangani tumpahan minyak, Pertamina dibantu oleh Oil Spill Combat Team (OSCT) Indonesia yang ahli dan spesialis menanganinya. Selain itu, juga dilibatkan Boot & Coots, perusahaan asal Amerika Serikat yang telah memiliki pengalaman dalam menyelesaikan peristiwa di Gulf Mexico.

Upaya tersebut tentu menunjukkan bahwa Pertamina berkomitmen untuk serius dalam upaya mengatasi peristiwa di sumur migas lepas pantai tersebut baik dari aspek operasional maupun lingkungan hidup.
Penanganan secara teknis untuk mengatasi masalah tersebut juga telah dilakukan, yakni dengan pendekatan over react untuk mematikan sumber tumpahan minyak dan gas tersebut, yaitu dengan cara mematkan sumur YYA – 1.

Sementara itu, Kasubdit Penanggulangan Musibah dan Pekerjaan Bawah Air Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ditjen Hubla Kementrian Perhubungan, Een Nuraini Saidah menuturkan pihaknya sudah mendapatkan laporan akan terjadinya tumpahan minyak di wilayah kerja PHE ONWJ.

Een Juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mendapatkan laporan dari Pertamina bahwa dalam penanggulangan tumpahan minyak di Anjungan Lapas Pantai YY milik PHE ONJW melibatkan pihak konsultan yakni Oil Spill Combat Team (OSCT) Indonesia untuk strategi penanganan tumpahan minyak agar efektif, karena penanganannya harus cepat dan dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.

PHE ONJW juga telah mengerahkan 45 kapal untuk mengatasi dan menghentikan tumpahan minyak di lepas Pantai Karawang.

Jumlah ini bertambah dari jumlah yang sebelumnya sebanyak 29 kapal.
Vice President Relations PHE Ifki Sukarya menjelaskan, kegiatan mobilisasi Rig Jack Up Suhana di sekitar lokasi sumur relief well dilakukan bersamaan dengan proses survey geohazard dan geotechnical.

Para pekerja Pertamina Hulu Energi bersama dengan anggota tim ahli internasional di bidang well control mulai melakukan pengeboran untuk menghentikan gelembung gas di sekitar anjungan YY sejak Kamis, 1 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB.

Pekerja PHE ONJW telah berupaya maksmal dalam mengatasi kondisi yang tidak normal tersebut sesuai dengan prosedur operasi. Hingga 14 Juli 2019 dilakukan proses evakuasi.
Ifki juga menjelaskan, pihaknya telah memasang static oil boom sepanjang 4.300 meter di lapis pertama, dan 400 meter static oil boom di lapis kedua, untuk menangani tumpahan minyak.

Lalu di lapis ketiga, ditempatkan empat unit penyedot minyak (skimmer) untuk mengangkat minyak di perairan.

Untuk mencegah resiko kebakaran, IMT mendedikasikan dua anchor Handling Tug Supply (AHTS) sebagai kapal penyelamatan dan tanggap darurat.

Sementara itu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta agar Pertamina membersihkan sisa tumpahan minyak hingga ke pesisir pantai. Susi juga meminta Pertamina untuk mengecek ke tumpahan – tumpahan minyak yang terbawa hingga ke pulau – pulau tak berpenghuni.

Menteri Susi juga mengungkapkan, bahwa ia baru saja meninjau laut yang terimbas tumpahan minyak pada awal agustus lalu. Ia mengapresiasi Pertamina yang telah melakukan penanggulangan tumpahan minyak.

Ia juga mengatakan bahwa laut Indonesia memiliki resiko kecelakaan. Termasuk peristiwa di ONJW, Susi juga mengatakan bahwa musibah tersebut adalah peristiwa yang tidak direncanakan.

***