Impor untuk Jaga Hubungan Dagang dengan Mitra Bisnis

Rabu, 20 Februari 2019 | 15:17 WIB
0
537
Impor untuk Jaga Hubungan Dagang dengan Mitra Bisnis
Joko Widodo di Pabrik Mayora (Foto: Katadata)

Kata "impor" menjadi sentimen negatif bagi petahana atau pemerintah saat ini. Seakan-akan pemerintahan yang baik adalah tanpa "impor". Padahal "impor" suatu keniscayaan bagi siapa saja yang akan menjadi Presiden. Lha, katanya mau jadi Presiden?

Seperti soal impor. Ekspor dan impor adalah tidak terpisahkan. Ibarat dua sisi dalam satu koin. Kalau ekspor lebih besar dari impor dinamakan surplus. Sedangkan kalau ekspor lebih kecil dari impor dinamakan defisit.

Suatu negara tentu berlomba-lomba hasil ekspornya lebih besar supaya surplus. Tidak mengalami defisit.

Ada impor yang sifatnya bahan baku untuk diproduksi kembali dan hasilnya untuk di ekspor kembali. Ada impor yang sifatnya untuk dikonsumsi atau langsung dipakai. Tetapi ada juga impor yang sifatnya untuk menjaga hubungan baik dengan negara mitra dagang.

Impor jenis ini bukan sesuatu yang sangat dibutuhkan tetapi juga menjadi kewajiban kalau barang kita tidak ingin menemui kendala atau hambatan dalam dagang.

Seperti yang terjadi antara Indonesia dengan negara tetangga Filipina.

Perusahaan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) ingin membangun pabrik kopi olahan di "Negara Marcos" itu senilai Rp978 miliar. Selama ini PT Mayora mengekspor atau memasarkan produk kopi olahan ke Filipina dan menguasai pasar.

Tetapi karena Filipina menghadapi defisit dagang dengan Indonesia, maka negara itu menaikkan tarif atau melakukan hambatan dagang khusus kepada produk PT Mayora. Hal ini tentu menjadi kendala atau hambatan bagi PT Mayora yang ingin melebarkan bisnisnya di Filipina.

Makanya untuk membuka akses atau hambatan dagang khusus dengan Filipina itu PT Mayora membangun pabrik di negara tersebut. Sebagai syarat dibukanya hambatan dagang oleh Filipina.

Bukan itu saja, Filipina juga meminta pemerintah Indonesia membuka akses produk pertanian mereka, yaitu pisang cavendish untuk masuk ke Indonesia. Padahal pisang cavendish petani kita sudah bisa memenuhi pasar di Indoensia.

Selama ini memang akses produk pertanian Filipina mengalami hambatan dagang juga. Dan Filipina ceritanya membalas apa yang dilakukan Indonesia terhadap hasil produk pertaniannya.

Inilah "impor" yang sebenarnya bukan karena kebutuhan atau keperluan tetapi impor dilakukan untuk menjaga hubungan dengan mitra dagang. Saling menguntungkan. Bolehlah dibilang "diplomasi impor".

Produk Crude Palm Oil atau CPO yang di ekspor ke Filipina juga menghadapi hambatan dagang atau terkena kenaikkan tarif.

Hambatan dagang adalah praktik yang jamak atau biasa dilakukan dalam perdagangan global atau dunia manakala mitra dagang mengalami defisit dengan Indonesia. Hal ini juga yang melatarbelakangi terjadinya perang dagang antara China vs Amerika.

Jadi kalau ada capres yang teriak-teriak tidak akan impor atau membatasi impor dan melarang produk asing masuk ke Indonesia, maka produk Indonesia juga akan dihambat oleh negara lain.

Mudah-mudahan masyarakat Filipina tidak merasa terjajah dengan dibangunnya pabrik olahan kopi Indonesia. Ini hanya semata-mata dagang atau bisnis, tidak ada niat untuk menjajah ekonomi Filipina.

Karena ada negara di Utara masyarakatnya atau rakyatnya merasa terjajah kalau ada orang asing bangun pabrik. Mereka takut uang mengalir ke negara lain dan hanya menguntungkan orang asing.

***