Pemasangan banner asli Minang juga bisa berbalik bencana. Banner itu bakal menjadi penanda bahwa pemilik rumah makan itu adalah figur yang sombong, kejam dan jumawa.
Dalam suasana penuh deflasi, jelas pedagang seantero Nusantara berkutat serta berfikir keras bagaimana dagangannya bisa laris.
Semua orang sedang ngirit hingga cari yang murah. Mereka harus berkompromi dengan kenyataan yang mereka hadapi sekarang. Yakni berkompromi dengan soal rasa dan selera.
Tak heran jika sekarang KFC atau Popeye kewalahan menghadapi pred ciken ala lokal yang harganya jauh lebih murah.
Dulu di Amerika, gengsi banget kalo pakai produk Cina. Namun sekarang orang Amerika berbondong-bondong pakai produk Cina. Kenapa? Karena harganya murah. Kualitas? Ya ada rupa ada harganya.
Demikian yang kini terjadi di Indonesia. Masyarakat ingin yang murah. Semuanya. Dan mereka berkompromi dengan soal mutu dan kenyamanan serta cita rasa.
Itu sebabnya seblak dan aneka jajanan serba 5000an bahlan seribuan laris manis.
Demikian juga paket murah nasi Padang 10.000 hingga 13.000. Laris manis di gang-gang sempit dekat perkantoran mewah. Mereka beli es teh 5000an yang bisa mempercepat orang kena diabetes itu disaat jam makan siang..
Lumayan bisa hemat banyak..
Trend makanan murah ini sebenarnya bermuara pada masa Covid 19. Dunia dan perilaku manusia berubah total.
Sekarang, kebanyakan dari kita lebih defensif dalam mengelola keuangan karena trauma horror ekonomi Covid 19. Yang banyak menyebabkan orang kehilangan kerja tapi tidak tahu bagaimana cara bertahan hidup,kecuali mencari bansos.
Para pedagang makanan ramai-ramai menurunkan harga agar tidak bangkrut karena Covid.. Sejauh pengamatan, paket cebanan , baik itu paket ayam geprek atau nasi Padang, juga bernula pada masa pandemi dulu.
Dan ternyata, paket cebanan hingga 13ribuan itu membuat banyak pedagang bisa bertahan. Bahkan beroleh untung yang lumayan.
Perilaku konsumen nasi Padang juga berubah. Mereka tidak lagi memandang nasi Padang sebagai makanan mahal. Dan mereka berkompromi dengan soal rasa.
Alhasil, RM Padang terutama di wilayah Jabodetabek menawarkan paket 10 sampai 13 ribut. Disamping itu, banyak RM Padang kelas menengah juga menawarkan menu yang lebih mahal. Seperti gulai kepala kakap, otak atau ayam pop.
Para pemilik RM Padang itu jelas orang yang cerdas. Mereka menunggangi perubahan perilaku konsumen yang ingin murah karena badai deflasi yang terus melanda negeri ini. Mereka beroleh untung besar. Kelas bawah dapat. Kelas menengah dapat.
Diakui atau tidak, nasi Padang murah ini sebenarnya juga menggerus pangsa serta citra warung tegal yang murah meriah. Namun sejauh ini, tidak ada aksi baper pemilik warteg.
Dari itu, ulah tolol segelintir pemilik rumah makan yang melakukan razia sebenarnya adalah awal kehancuran mereka. Apalagi banner yang menegaskan rumah makan tertentu dikelola oleh orang Minang. Itu lebih tolol lagi.
Sebab, tanpa banner apalagi razia , siapapun tahu kalau mau cari nasi Padang premium dan diatas 25 ribut ya pergi ke emperan jalan Kramat Raya di kawasan Senen.
Jika mau ber AC dan kuliner yang katanya asli masakan Padang, ya ke Pagi Sore, Sederhana, Mak Etek, Tambuah Ciek dan sejenisnya.
Jadi, pasar nasi Padang sudah tersegmentasi secara alami. Ada kelas-kelasnya. Jadi mencoba menciptakan kartel harga dengan cara melakukan razia serta mengejek nasi Padang cebanan sebagai masakan Padang abal-abal, adalah upaya menghina diri mereka sendiri.
Pemasangan banner asli Minang juga bisa berbalik bencana. Banner itu bakal menjadi penanda bahwa pemilik rumah makan itu adalah figur yang sombong, kejam dan jumawa.
Hanya tinggal waktu saja, ada content creator yang membandingkan bahwa rasa masakan restoran yang majang banner goblok itu ternyata tidak beda jauh atau lebih buruk dibanding nasi Padang cebanan. Atau jauh panggang dari api jika dibandingkan dengan rumah makan Padang kelas premium.
Gara-gara ulah mereka ini, pedagang nasi Padang cebanan hingga 13ribuan bakal makin laris. Ingat kita ini bangsa sinetron. Gampang menye-menye lihat orang yang terkesan dizolimi. Hingga tidak tertutup kemungkinan, bisnis mereka yang klaim orang Minang bakal tercekik perlahan-lahan dan mati.
Jadi kepanikan tolol para pemilik rumah makan Padang itu karena banyak pelanggan lari karena Padang cebanan bak burung onta yang menyembunyikan kepala di pasir karena ketakutan.
Hanya bedanya, jika burung onta yang ketakutan itu nungging kelihatan pantatnya. Mereka pemilik warung Padang itu ketika nungging ketakutan yang kelihatan justru otaknya...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews