Indah atau gak indahnya desain itu hal yang subyektif. Tetapi keterdesakan konsumen itu hal yang obyektif.
Ketua Ikatan Alumni ITB mendadak meminta saya untuk mendesain kaos Kongres Nasional X nya IA-ITB. Dikasih waktu cuma sehari doang, mesti udah ada ide desain gokilnya. Agar segera diproduksi karena kondisi yang urgen.
Tantangan tersebut pun saya jawab. Saya jawab lebih cepat dari tenggat yang diberikan. Ide desain akhirnya bisa nemu dalam beberapa menit. Lalu, produksi semua kaosnya ternyata bisa beres dalam sehari.
Koq bisa ekspres gitu sih? Ide desainnya dan produksi barangnya bisa sekaligus tuntas...tas...tas...dalam sehari doang? Ini sulap?
Bukan sulap! Bukan sihir!
Ini mah prinsip entrepreneur. Bukan prinsip pakar desain.
Jujurly, saya bukan pakar desain grafis. Saya 100% pebisnis ritel. Terus terang saya sangat bodoh ilmu desain grafis.
Saya sama sekali gak ngerti soal photoshop. Saya sama sekali gak ngerti soal coreldraw. Apalagi soal autoCAD, saya mah bloon pisan. Pokoknya semua kepakaran tersebut saya fakir ilmunya.
Lalu, bijimana bisa saya bertarung menggeluti bisnis industri kreatif di mal-mal terkemuka selama 25 tahun terakhir ini? Jawabannya adalah insting bisnis.
Lewat pengalaman berbisnis, saya dilatih untuk punya kemampuan determinatif (analisa dan eksekusi cepat yang berimpak gokil).
Itulah bedanya pakar desain dan entrepreneur. Pakar desain bekerja PLASTIS (product oriented). Sangat menyembah produk, sehingga acap terjebak berlama-lama melayani idealisme estetika.
Makanya pakar desain sering halu kesempurnaan produk. Sementara, entrepreneur bekerja FLEKSIBEL (market oriented). Sangat menyembah pasar, sehingga kudu lincah melayani realisme kompetisi. Jika entrepreneur lelet, konsumen akan bilang gudbai!
Indah atau gak indahnya desain itu hal yang subyektif. Tetapi keterdesakan konsumen itu hal yang obyektif.
Pesan moralnya, cintai produk secukupnya. Cintai pasar selebihnya.
Hati-hati jebakan kepakaran!
***
( Semenit TRIBUN SABAR )
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews