Pemerintah Siapkan Strategi Tarik Investasi Besar

Pemerintah sudah menyiapkan banyak strategi agar bisa menarik investasi besar-besaran, khususnya di sektor hilirisasi industri.

Jumat, 18 Februari 2022 | 21:02 WIB
0
131
Pemerintah Siapkan Strategi Tarik Investasi Besar
Tambang nikel (Foto: bisnis.com)

Pemerintah menyiapkan strategi untuk menarik investasi besar dalam rangka membangun negeri maupun menangani dampak pandemi di Indonesia. Investasi yang akan diadakan, diutamakan pada sektor hilirisasi, sehingga hasilnya akan lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Ciri dari pemerintahan Presiden Jokowi adalah pembangunan di seluruh negeri dan investasi. Dua hal itu memang menjadi syarat agar negeri ini makin maju.

Apalagi ketika harus menghadapi pandemi. Proyek pembangunan jalan terus, berikut juga investasi. Justru investasi yang menjadi ujung tombak karena dengan adanya penanaman modal, maka proyek-proyek akan berjalan lancar.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa tahun 2022 akan menjadi tahun bagi investasi di sektor hilir atau hilirisasi industri. Hal ini akan bisa ikut mendorong pencapaian target investasi jumbo senilai Rp 1.200 triliun secara bersamaan.

Bahlil melanjutkan, investasi di sektor hilir akan diutamakan untuk menciptakan nilai tambah pada ekonomi. Hilirisasi di Indonesia akan didorong utamanya pada sektor nikel dan batu bara.

Dalam artian, ketika ada investasi di sektor hilir maka akan bagus karena mengolah suatu bahan tambang menjadi bentuk jadi, bukan setengah jadi, sehingga otomatis harganya bisa lebih mahal.

Ketika harga lebih tinggi maka otomatis perusahaan akan untung, sehingga dipastikan investasi akan sama-sama memberi keuntungan pada kedua belah pihak (pemerintah Indonesia dan penanam modal asing).

Industri hilir adalah industri yang memakai bahan dasar dari industri hulu menjadi barang siap pakai. Indonesia sudah sangat siap dengan industri ini, aplagi didukung oleh sumber daya manusia yang mampu. Jika ditambah dengan sokongan dari penanam modal asing maka akan lebih baik lagi, karena ada hasil sumber daya alam yang siap diolah, seperti batu bara dan nikel.

Hilirisasi nikel sudah dimulai beberapa tahun lalu dengan membuat pabrik baterai untuk mobil listrik. Memang kita belum punya teknologi untuk membuat mobil listrik sendiri seperti tesla, tetapi minimal bisa masuk ke industri tersebut dengan menyediakan baterainya.

Industri baterai amat bagus karena mobil listrik digadang-gadang jadi mobil masa depan. Tak hanya lebih ramah lingkungan tetapi juga eksklusif, sehingga akan mencitrakan sebagai kesuksesan. Mobil listrik tak kalah dari supercar yang memakai BBM sebagai sumber tenaga, malah ia lebih unik dan mencari perhatian.

Dengan persiapan berupa proposal dan contoh-contoh maka pemerintah optimis bisa menggaet lebih banyak investor pada industri hilir. Penyebabnya karena mereka melihat sendiri kekayaan alam dan hasil tambang di Indonesia yang potensial untuk diolah. Selain itu, kondisi sosial di negeri ini dinilai relatif aman, sehingga bisa dijadikan lokasi investasi.

Sementara itu, strategi lain untuk menarik investasi besar adalah dengan menyediakan payung hukum sehingga ada legalitas yang jelas. Penanam modal akan tertarik untuk masuk ke Indonesia dan memberi modal besar, karena sudah ada UU Omnibus law cipta kerja yang memiliki klaster investasi.

Dengan klaster investasi di UU Omnibus law cipta kerja maka sudah jelas bahwa penanaman modal dipermudah, perizinannya juga cepat selesai (hanya lima hari kerja) dan bisa diurus secara online sehingga hemat waktu dan tenaga. Jika ada regulasi yang seperti ini maka kita optimis bisa ‘menjaring’ investor kelas kakap dan memajukan perekonomian Indonesia.

Pemerintah sudah menyiapkan banyak strategi agar bisa menarik investasi besar-besaran, khususnya di sektor hilirisasi industri. Sektor ini amat baik karena bisa memberi keuntungan berlipat ganda, karena yang dijual adalah barang yang sudah jadi. Kita optimis dengan banyaknya investai skala besar akan makin memajukan Indonesia dan bisa jadi macan asia.

Zakaria, penulis adalah kontributor Pertiwi Institute