Sukses, Diplomasi Pertahanan Menhan Ryamizard ke AS

Minggu, 30 September 2018 | 13:14 WIB
0
966
Sukses, Diplomasi Pertahanan Menhan Ryamizard ke AS

Pada saat ini para pengamat intelijen di dunia mengamati dengan serius perkembangan geopolitik dan geoekonomi yang sedang terjadi dan dipastikan akan semakin berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sebuah negara.

Sebagai contoh kegagalan Venezuela yang semakin dilanda krisis terparah di dunia, inflasinya super tinggi, mencapai satu juta persen, uang menjadi tidak ada harganya. Dahulunya negara ini diberikan karunia oleh Tuhan dengan minyak berlimpah, yang kini terjadi justru negara ini hampir bangkrut. Kesalahannya jelas pada manusianya, setelah  Hugo Chavez meninggal dunia.

Dalam menyikapi perkembangan dunia yang semakin tricky dan complicated, kita harus pandai, cerdas dalam membacanya. Komponen intelstrat di negara manapun mengamati pergeseran area konflik dari kawasan Eropa dan Timur Tengah ke kawasan Asia Pasifik.

Ada tiga negara yang dicermati para analis, yaitu Amerika, China (Tiongkok)  dan Rusia. Sederhana membacanya, AS memainkan strategi diplomasi kekuatan militer, China menggunakan kekuatan dan  kemampuan  ekonomi, dan Rusia dengan operasi intelijen berupa perang hybrida.

Jenderal Mattis sebelumnya menjabat sebagai Panglima Komando Pusat Amerika Serikat ke-11, sebuah Komando Tempur Gabungan yang bertanggung jawab untuk operasi militer Amerika di Timur Tengah, Afrika Timur Laut, dan Asia Tengah, dari 11 Agustus 2010 hingga 22 Maret 2013.

Dari sisi geopolitik dan geostrategi, maka aktor utamanya di kawasan Asia Pasifik adalah Amerika dengan China. Kita tahu terjadinya perang dagang antar keduanya, yang mengimbas demikian banyak negara di dunia. Indonesia termasuk salah satu korban akibat dua gajah yang saling bersikukuh dan merasa merekalah yang berkuasa.

Pandangan Pemerhati Australia Terhadap Indonesia

Profesor Stephen Smith, Mantan Menteri Pertahanan/Mantan Menteri Luar Negeri beserta beberapa tokoh dan penulis di Australia beberapa waktu yang lalu menyusun sebuah laporan (Perth USAsia Centre Special Report) dengan judul Expanding Horizons: “Indonesia’s Regional Engagement in the Indo-Pacific Era.” Dimana laporan tersebut menilai tentang peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia di bidang ekonomi, keamanan serta peran diplomatik Indonesia di Indo-Pasifik.

Laporan menyebutkan, bahwa Indonesia telah lama menjadi negara yang penting secara sistem di kawasan Asia. Wilayah dan penduduknya yang besar, pertumbuhan ekonomi yang berkecepatan tinggi, serta lokasi strategisnya di sepanjang poros maritim utama Asia telah mendudukkannya sebagai pemain sentral dalam semua perkembangan ekonomi dan keamanan di kawasan ini.

Pada tahun 1998, prioritas kebijakan utama pemerintah Indonesia lebih difokuskan kepada masalah domestik: “mengkonsolidasikan transisi demokrasi dalam sistem politik, mengelola tantangan keamanan internal yang kompleks, dan mendorong transformasi ekonomi melalui industrialisasi dan urbanisasi". Sementara negara lainnya melakukan peran aktif dalam beragam proses ASEAN di Asia Tenggara. Indonesia dinilai belum menyatakan diri sebagai pemimpin di kawasan Asia untuk tataran yang lebih luas.

Ketika lembaga demokrasi melakukan konsolidasi, negara semakin mendapatkan kapasitas untuk lebih aktif terlibat dalam inisiatif regionalisme. Pertumbuhan yang konsisten dan berkecepatan tinggi menjanjikan untuk menjadikan Indonesia mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia. Pada saat yang sama, gagasan tentang siapa dan apa yang membentuk Asia sedang berubah, dengan model "Asia-Pasifik" yang lebih tua memberi jalan kepada konsep 'Indo-Pasifik' yang diperluas secara geografis.

Mengingat posisi strategisnya berada di titik tumpu Pasifik dan Samudera Hindia, 'pergeseran Indo-Pasifik' ini memberi arti bahwa  Indonesia harus siap menjadi sebuah kekuatan regional yang signifikan. Bagaimana Indonesia menjalankan peran ini, jelas  akan memiliki dampak yang berkesinambungan terhadap arsitektur ekonomi, keamanan dan diplomatik di kawasan ini. .

Jenderal Pur James Mattis, Marinir (foto : en.mogaznews)

Diplomasi Pertahanan Menhan Ryamizard ke AS

Dari perkembangan pergeseran geopolitik Asia Pasifik kepada konsep Indo Pasifik yang digagas oleh AS, maka Indonesia dari sisi posisi geografis dinilai menjadi negara  sentral kawasan regional yang sangat diperhitungkan oleh negara-negara di sekitarnya. AS dengan cepat membaca kebutuhan Indonesia menjadi mitra dalam persaingannya  dengan China (Tiongkok), AS tidak suka dengan ulah China yang semakin reaktif dan ganas dalam menguasai kawasan Laut China Selatan.

Pada era pemerintahan Presiden Obama pada tahun 2009 saat menggeser kepentingan AS dalam konsep Rebalancing, Obama menyatakan membutuhkan Malaysia dan Indonesia sebagai mitra, disamping AS sudah memiliki beberapa negara sekutu di kawasan Asia Tenggara. Malaysia menolak karena PM Najib lebih dekat ke China, akhirnya pada pemilu 2018 lalu Najib jatuh karena kasus korupsinya dibongkar oleh FBI dan US Department of Justice. Najib dikalahkan oleh DR Mahathir Mohamad dan bahkan kini ditahan. Selama ini diakui ataupun tidak, ada hambatan dalam pelaksanaan hubungan bilateral Indonesia-AS dalam arti lemahnya pembangunan kepercayaan yang lebih mendalam.

Saat menjadi Kasad Menhan RI Ryamizard membangun pasukan Raider ("Kalau 20 batalyon itu benar-benar Raider, bangsa ini tak perlu takut lagi. Bayangkan, 60 batalyon digerakkan, itu luar biasa," katanya), Foto : detikmiliter.

Ada bisik-bisik di AS kalimat sensitif,  "Give a name that I can trust." Hal ini berarti bahwa  mereka menilai sulit menemukan pejabat Indonesia yang bisa dipercaya. Tanpa  perlu disebutkan, beberapa kabar menyebutkan, banyak pejabat Indonesia mencoba menembus barrier ke AS, tetapi gagal. Walau mencapai mainland, beberapa hanya dapat bertemu second layer dan kalaupun bertemu dengan first layer tidak menghasilkan apa-apa yang konkrit.

Nah, di saat paceklik itu, terjadilah pertemuan dan komunikasi antara dua pejabat kedua negara yang unik dan menarik. Mereka adalah Menteri Pertahanan AS  Lt General (Ret) James Mattis (call sign Mad Dog) dengan Menhan RI, Jenderal Purn Ryamizard Ryacudu. Dalam beberapa pertemuan, kedua Old Soldier itu dengan julukan Jenderal perang  nampak cocok dalam  berfikir dan komunikasi serta persamaan karakter yang keras, tegas  khas militer. Mattis  dari Korps Marinir, Ryamizard dari Raiders Baret Hijau. Keduanya pernah bertemu dalam beberapa kali Shangrilla Dialogue , pertemuan informal dan pertemuan bilateral saat serah terima Panglima IndoPacific di Hawaii tanggal 29 Mei 2018, serta kunjungan Mattis ke Jakarta. Nah, kali terakhir pada akhir Agustus, Menhan RI berkunjung ke AS memenuhi undangan sahabatnya itu.

Dalam kunjungan tersebut misi diplomasi Kemhan RI terdiri dua kelompok, Menhan didampingi  oleh Bapak Sonny Dubes RI di Washington; Letjen Thamrin Marzuki, Irjen Kemhan; Mayjen Mohamad Nakir, Dirjen Strahan Kemhan dan beberapa staf pendamping. Sementara tim Menhan lainnya yaitu Tim Anstra (Analis Strategis) melakukan kunjungan ke kalangan intelijen AS serta ekonom yang berpengaruh di AS dan juga lingkungan Jared Khusner.

Kedatangan Menhan RI, diperlakukan bak kepala negara oleh Mattis, dimana saat tiba di Pentagon, Menhan AS memberikan tembakan meriam sebanyak 21 kali, penghormatan tertinggi  (highest honour) sebuah tradisi militer AS. Sesuatu hal yang tidak pernah dilakukannya kepada pejabat manapun. Selain itu Menhan RI juga dijamu diruangan kerja Menhan AS, yang oleh Mattis dikatakan pertama kalinya ada tamu yang diajak masuk ke ruangan kerjanya.

Dalam bilateral meeting, Menhan Ryamizard memandang Jenderal Mattis adalah sahabat terdekatnya yang sangat istimewa untuk dibandingkan rekan menhan-menhan lainnya di dunia, bahkan Ryamizard mengganggapnya sudah seperti saudara sendiri. Juga diungkapkan  persahabatan keduanya  menjadi landasan kesamaan cara pandang tentang pentingnya  peningkatan hubungan kerjasama Pertahanan kedua negara demi mewujudkan kepentingan yang dilandasi oleh nilai-nilai kemanuasiaan  demi terwujudnya kawasan yang damai, aman, stabil dan sejahtera. Menhan Ryamizard menyampaikan beberapa hal.

Menhan RI sependapat dengan konsep Kebijakan  Free and Open Indo Pasifik (FOIP) yang membuktikan peran  signifikan dalam membangun stabilitas di kawasan Indo Pacific dengan Mengedepankan Pendekatan  Aspek Ekonomi; Penekanan prinsip inklusifitas dengan menegaskan bahwa FOIP tidak ditujukan terhadap negara tertentu; serta  Mengakui pentingnya posisi ASEAN sebagai regional construct utama di Kawasan Indo – Pasifik.

Ryamizard  menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Jenderal Mattis yang telah bisa meyakinkan parlemen Amerika Serikat untuk memberikan waiver kepada Indonesia terkait dengan Kebijakan Sanksi Pembelian Alutsista Rusia (CAATSA), pelarangan pembelian alutsista Sukhoi-35  dari Rusia.  Kedepan Indonesia merencanakan untuk membeli beberapa produk Alutsista Buatan Amerika Serikat seperti pesawat Boeing, pesawat C-130J Hercules, serta rencana pembelian beberapa pesawat Angkut Berat lainnya. Tetapi yang pasti Indonesia akan makin kuat apabila Su-35 sudah tiba.

Dalam masalah kontra terorisme, di Filipina Selatan menurut Menhan RI  telah dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan ISIS yang dapat ikut memicu aksi-aksi teror lain di kawasan Asia Tenggara. Kita juga menghadapi ancaman Generasi Ketiga ISIS yaitu kembalinya para Pejuang Terorisme paska Alqaeda dan Pembentukan ISIS di Syria dan Irak. Kita berharap Amerika dapat berpartisipasi dalam kerjasama Trilateral dan Our Eyes.

Khusus dengan  krisis Rohingnya di Rakhine State Myanmar.  Diperlukan langkah konkrit dan penangan bersama dikawasan yang tepat sasaran. Karena bila tidak ditangani dengan baik dan benar, para pengungsi yang rapuh ini, dapat direkrut oleh kelompok ISIS untuk memperkuat jaringannya.

Terkait Isu ketegangan di semenanjung Korea, Indonesia  sangat mengapresiasi langkah AS untuk melakukan pendekatan Diplomasi untuk mendamaikan Korea Utara dan Korea Selatan.  Kami berharap AS dapat tetap memainkan peran diplomasinya untuk mendamaikan kedua Korea.  Indonesia  mengajak semua pihak untuk tidak terprovokasi dengan situasi yang dapat memicu eskalasi konflik.

Terkait dengan situasi ketegangan Laut China Selatan yang cenderung mereda dan membaik perlu terus kita pelihara momentum-nya agar tetap kondusif di-dalam mengakomodasi kepentingan kita bersama di kawasan ini.  Kita juga perlu terus mengajak China untuk membuka diri dan berkeinginan untuk bekerjasama dalam memperkuat arsitektur keamanan kawasan.  Hal ini telah dilakukan sejak Shangri-La Dialog 2015 dan saat Pertemuan  dengan Jenderal Fan Chang-long, beliau juga menyampaikan bahwa Laut China Selatan adalah kawasan damai.

Menhan Mattis dalam sambutannya menyatakan sangat tersentuh dalam hubungannya dengan Ryamizard yang secara tulus telah mempererat hubungan pertahanan dengan AS. Komunikasi keduanya dari hati ke hati dengan suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang mendalam sehingga dapat mencapai sasaran yangdiharapkan.  AS akan siap membantu apapun yang Indonesia perlukan untuk memperkuat kapasitas dan kapabilitas pertahanan Indonesia dalam mengantisipasi ancaman dan tantangan saat ini dan ke depan.

Dalam bilateral meeting, dibicarakan tentang keinginan AS agar Indonesia memberikan perannya dalam Indo Pasifik. Seperti dikatakan mantan Menhan Australia, menurut penulis memang Indonesia harus memahami pentingnya posisi geografis Indonesia dalam pergeseran model "Asia-Pasifik" yang lebih tua  kepada konsep 'Indo-Pasifik' yang diperluas secara geografis. Hal ini sebaiknya dikaji lebih dalam baik oleh Kementerian Pertahanan, Kemlu, dan Kementerian Perekonomian.

Selain itu AS juga berharap untuk sedapat membantu Idonsia dalam memperkuat Kemandirian Industri Pertahanan serta ingin menyediakan alutsista terbaik bagi Indonesia. Kita juga perlu menaruh perhatian khusus atas krisis Rohingnya di Rakhine State Myanmar.  Diperlukan langkah konkrit dan penangan bersama dikawasan yang tepat sasaran. Karena bila tidak ditangani dengan baik dan benar, para pengungsi yang rapuh ini, dapat direkrut oleh kelompok ISIS untuk memperkuat jaringannya.

Sementara itu Tim Anstra  melakukan loby dan pembicaraan dengan beberapa ekonom (Arthur) serta orang dengan Jared Khusner dalam membahas masalah-masalah lainnya dari komponen intelstrat. Sambutan dari pihak AS sangat positif, dimana mereka justru akan membantu penyelesaian beberapa masalah krusial di Indonesia. Dikatakannya bahwa berapa anggota kongres akan dikirim ke Indonesia sebagai dukungan politik AS terhadap Indonesia dan juga beberapa investor akan ke Indonesia. Message terakhir yang diterima, Menlu AS Pompeo yang mantan Direktur CIA ingin juga bertemu dengan Menhan RI.

Kesimpulan

Kunjungan kenegaraan Menhan RI Jenderal Pur Ryamizard Ryacudu beserta rombongan ke AS dinilai sangat sukses. Kunjungan itu dapat dikatakan merupakan titik tertinggi dalam hubungan bilateral kedua negara pada beberapa tahun terakhir. Keduanya adalah Jenderal yang berpengalaman dalam perang, sangat sadar dimana batas antara mati dan hidup hanya terpisah beberapa inchi. Dititik itulah, disamping kecintaan dalam membela negaranya masing-masing, keduanya menjadi sahabat. Old Soldier Never Die, They Just Fade Away.

Penulis menyarankan, agar pintu yang sudah terbuka melalui diplomasi pertahanan ke Amerika tetap dilanjutkan, dengan catatan Menhan/Anstra Kemhan tetap menjadi ujung tombak dalam melanjutkan dan mengarahkan baik tim ekonomi, politik dan sebagainya yang akan dikirim ke AS. Sebagai catatan yang sangat perlu diingat mereka masih kental dengan keraguan terhadap yang lain (Give a name that I can trust).

Ini bukan masalah siapa pejabat di Indonesia yang paling hebat, tetapi persoalan hati yang sangat jarang dipakai oleh orang Barat yang umumnya sangat objektif dan realistis, mereka baru percaya satu orang, Ryamizard dengan teamnya,  just trust me. Nah, kita dapat pintu ini, mari kita manfaatkan demi Indonesia tercintaMaaf kepada pimnas, hanya mengingatkan, misi selanjutnya bisa mubazir apabila keluar dari patern yang sudah ada, kira-kira begitu.

Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net

***