Jokowi Pilih Ulama sebagai Cawapres, GNPF Tetap Dukung Prabowo

Selasa, 25 September 2018 | 07:37 WIB
0
530
Jokowi Pilih Ulama sebagai Cawapres, GNPF Tetap Dukung Prabowo

Tak bisa dipungkiri, Joko Widodo (Jokowi) oleh sebagian orang yang tak menyukainya dianggap sebagai sosok yang jauh dari Islam. Bahkan, ketika perhelatan Pilpres 2014 lalu, banyak beredar hoax yang menyebut Jokowi itu anggota PKI. Inisial H di depan namanya adalah Herbertus, bukan Haji, serta masih banyak lainnya.

Semua hoax itu dikondisikan bahwa Jokowi adalah sosok yang jauh degan Islam, jauh dengan ulama.

Namun, tak sedikit juga masyarakat yang tidak tertutup mata hatinya. Mereka bisa melihat dengan jernih sosok Jokowi. Pemilihan Muhammad Jusuf Kalla (JK) sebagai wakilnya di Pilpres 2014, bisa dijadikan bukti bahwa Jokowi bukanlah sosok yang jauh dari Islam,karena JK sendiri dejat dengan Islam dan ulama.

Di Pilpres 2019, Jokowi menggandeng KH Maruf Amin yang dikenal sebagai sosok ulama senior. Hal ini dilakukan Jokowi, bukan untuk menunjukkan bahwa dirinya dekat dengan umat Islam atau ulama. Apa yg dilakukan Jokowi itu, adalah juga untuk mengakhiri segala polarisasi (perpecahan) yang ada di tengah masyarakat kita saat ini.

Semua orang tahu, KH Ma'ruf Amin adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), sekaligus Rais Aam PBNU.  Hal ini juga yang membedakan Jokowi dengan apa yang dilakukan rivalnya di kontestasi Pilpres 2019,  Prabowo Subianto.

Prabowo Subianto, yang katanya dekat dengan ulama, tapi justru memperlakukan ulama tidak dengan semestinya. Kalaulah Ijtima Ulama yang digulirkan Gerakan Nasional Pembela Fatwa-Ulama (GNPF-Ulama) itu benar, kenapa Prabowo tidak menggandeng Salim Segaf Aljufri atau Ustaz Abdul Somad, seperti yang direkomendasikan Ijtimak Ulama?

Anehnya, meskipun  Prabowo tidak memilih bakal cawapresnya hasil rekomendasi Ijtimak Ulama, pihak GNPF Ulama  tidak merasa  dikecewakan.

Bahkan, muncul kembali Ijtimak Ulama 2, yang justru mendukung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai lawan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 nanti. Bukan sebaliknya, GNPF/Ijtimak Ulama memberikan dukungan kepada Jokowi yang benar-benar menggandeng sosok Ulama sebagai bakal cawapresnya.

Sepertinya, berapa kali pun Ijtimak Ulama itu digelar, hasilnya tetap sama, yaitu mendukung Prabowo Subianto. Adakah kaitannya hal ini dengan sosok Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak yang menggantikan Bachtiar Nasir?

Hasil penelusuran, ditemukan bahwa Yusuf Martak pernah menjabat sebagai Vice President PT Energi Mega Persada, Tbk yang juga sebagai pemegang saham terbesar PT Lapindo Brantas, perusahan yang berada di bawah naungan Kelompok Usaha Bakrie.

Untuk diketahui PT Lapindo Brantas adalah perusahaan yang dianggap sebagai penyebab bencana lumpur di Sidoarjo tahun 2006 lalu. Bencana ini telah menenggelamkan begitu banyak desa dan pemukiman penduduk. Bahkan, karena tidak sanggup membayarkan ganti rugi, perusahaan ini harus ditalangi oleh Pemerintah.

Saat ini, orang yang dianggap ikut bertanggung jawab di Sidoarjo itu sebagai Ketua GNPF Ulama, yang merekomendasikan sosok Prabowo Subianto yang akan menjadi lawan Jokowi di Pilpres 2019. Adakah kaitannya dukungan kepada Prabowo itu dengan masa lalunya sebagai pihak yang dimintai pertanggungjawabannya atas derita masyarakat di Sidoarjo?

Entahlah.

***