Surat Buat Bung Fadli Zon dan Kontroversi "Potong Bebek Angsa"

Minggu, 23 September 2018 | 21:49 WIB
0
565
Surat Buat Bung Fadli Zon dan Kontroversi "Potong Bebek Angsa"

Bung Fadli, sebetulnya saya sedikit jengah dengan twit–twit anda yang amat reaktif dan gencar untuk menyudutkan pemerintah. Seakan-akan pemerintah bersama Pak Jokowi itu adalah presiden buruk yang tak bisa mengelola negara. Semua salah bagi anda. Tidak ada sisa kebaikan yang bisa anda sisihkan untuk mencoba obyektif menilai pencapaian pemerintah.

Benarkah tidak ada satupun pekerjaan pemerintah yang memuaskan anda? Saya bertanya anda bukan sebagai Wakil Ketua DPR dan Pengurus teras partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya).

Saya tahu bakat, kepintaran Bung Fadli itu di atas rata- rata (karena tidak mungkin seorang wakil DPR tanpa keahlian). Anda pandai mengarang syair, dan pintar membuat otak-atik gathuk. Tapi saya merasa anda menyia-nyiakan bakat besar  Bung untuk mengolok-olok tentunya yang sering disebut PKI.

Anda lulusan UI dan sangat tahu sejarah, sebetulnya, harusnya kemampuan intelektual anda tidak diragukan lagi, hanya semakin lama banyak orang tidak tahan dengan kata- kata nyinyir yang sering terlontar tanpa mikir, atau sebetulnya sudah mikir cuma banyak orang tidak tahu bahwa anda sedang memainkan permainan guna memenangkan trik politik yang memang amat cair.

Tetapi berarti anda memang menikmati rasanya di-bully, menikmati sensasi ketika banyak orang merundung anda dan menempatkan anda sebagai antagonis yang perlu diberi pelajaran. Anda memang piawai mempermainkan emosi massa, banyak orang larut dalam jebakan batman karena taktik anda dengan membuat tweet-tweet yang panas di kuping lawan politik anda.

Dan kalau melihat muka anda yang semakin bulat saya yakin anda sudah kenyang makan asam garam perundungan.

Bung Fadli, sebetulnya apakah ada sebuah negara yang melakukan pemilihan pemimpin bermodal saling saling memuji. Saya sebetulnya respek dengan pucuk pimpinan Bung dalam hal ini Prabowo yang berusaha membangun image, santun, kampanye sejuk yang tidak perlu melakukan persekusi terhadap lawan politik.

Rasanya kalau selalu mendengar ujaran kebencian ada perasaan sedih, benarkah ini suara-suara komentar orang yang mengaku beragama tetapi praktiknya sengaja membenturkan keyakinan untuk merusak esensi kebinnekaan yang saya dapatkan ketika melihat langsung kehidupan sehari rakyat/ masyarakat? Politisi saja yang tampaknya lebay membesar-besarkan masalah hingga tampak negara tidak hadir saat rakyat kesusahan.

Anda piawai menangkap peluang untuk membuat polemik. Dan kebetulan anda mempunyai media untuk menggosok-gosok masyarakat yang sentimentil. Ketika masyarakat kena jebakan kata- kata anda maka anda membentur-benturkan lawan politik anda hingga terpancing untuk membalasnya, terjadilah suasana perang seakan – semua kegaduhan terjadi karena pemerintah(Jokowi) tidak becus mengelola perekonomian, kendali politik tampak rapuh karena anda berhasil membentuk opini publik bahwa pemerintah amat lemah.

Lalu dengan berbagai skenario yang melibatkan tokoh-tokoh yang tampak kredibel menguasai agama, anda menggoreng isu-isu up to date dan menggiring para ahli agama, ustad, habib, profesor ada di belakang kendali partai anda.

Saya tahu Bung Fadli tidak ada orang yang minta negara terpecah belah, tetapi politisi seperti anda tampak menikmati munculnya konflik yang ada di masyarakat itu datang karena nyanyian kawan-kawan anda yang mabuk kekuasaan. Apa sih kepuasan anda jika bisa merundung petinggi negara, petahana, Presiden kerempeng dan dengan yakin menggiring masyarakat akan kejinya tapak komunis yang pernah ingin mengubah ideologi negara?

Anda tahu persis marxisme, sosialisme. Komunis itu tumbang di negara-negara maju. Lalu bagaimana anda persis tahu bahwa bahaya laten itu sedang mengintip, terlihat dari gaya tuturnyakah yang selalu ingin dekat dengan rakyat, merasa senasib makanya.

Saya yakin anda sebetulnya mengakui kelebihan Jokowi, tetapi seperti titah raja. Ketika anda menggiring netizen untuk membenci hampir semua program ekonomi pemerintahan maka sampai kapanpun anda pasti berharap akan ada intrik, pergolakan, konflik yang mengganggu ketenangan masyarakat.

Saya masyarakat biasa terlalu goblok untuk bisa menerima pikiran anda yang super cerdas. Saking cerdasnya hingga  presiden yang “hanya”lulusan fakultas kehutanan dan tidak ada rekam jejak intelektual seperti anda itu sungguh gurih menjadi bahan bullyan anda.

Memang sayapun mengakui jika di luar pagar pemerintahan siapapun akan sangat mudah melontarkan kritik. Banyak bahan yang bisa dikritisi, seperti saya ini begitu gerahnya dengan tingkah polah partai anda karena jujur saya tidak tahu trik politik yang sedang kalian mainkan. Mungkin kalau berada di oposisi saya akan melakukan hal yang sama dengan anda, tapi terus terang saya tidak seberani anda bisa menciptakan syair atau pelesetan potong bebek angsa untuk mengritik pemerintah. Saya hanya akan membatin sambil menulis.

Okelah Bung Fadli sampai jumpa di ajang pemilu yang hari ini saat menulis surat ini baru dimulai. Kampanye pemilu semoga aman-aman saja.

Yang dibutuhkan tentu sejumlah intelektual yang melakukan kritik lebih cerdas tanpa membawa bawa isu-isu kuno yang susah dibuktikan kebenarannya. PKI kek, Asing kek, aseng. Arab kek, Jawa Kek. Damai itu diperoleh jika kritik itu kritik membangun, memberi solusi, memberi pencerahan. Jika asal njeplak dan tujuannya asal beda… itu namanya politisi konyol.

Eh maaf bukan mengatakan anda lho… saya mikir ada oknum politisi yang asal njeplak, yang tidak perlu kerja, kerja tapi hanya mikir, mikir dan mikir. Kalau hanya mikir kapan kerjanya. Yang bagus itu ya mikir ya kerja. Cuakeeep.

Ah sudahlah. Kok jadi ngelantur. Salam damai saja bung. Mau Satu, mau dua yang penting kampanye damai, dan anda bikin puisi yang menyejukkan. Bikin pantun yang unik sehingga patut dimasukkan dalam antologi pantun unik tahun ini.

Kalau Potong Bebek Angsa khan untuk persahabatan keakraban kok malah buat provokasi memecah belah… sih… anda sudah ijin pada penciptanya belum  hayooo….

***