Sekali gebrak, Gerindra berhasil 'mengakuisisi' PKS dan PAN. Ini berkat Sandiaga Uno. Mulanya partai-partai itu ngotot minta jatah jabatan ini-itu. PAN yang merasa lebih besar dari PKS minta Cawapres. Seperti Pilpres lalu yang memajukan Hatta Rajasa.
Tapi PKS juga ngotot. "Gantian, dong. Sekarang giliran gue." Begitu kira-kira suasananya. Gak tanggung-tanggung. Ada 9 nama yang diajukan PKS.
Melalui Ijtima Ulama I, manuver PKS berhasil. Nama Salim Segaf diusulkan mendampingi Prabowo. Nama lain, Ustad Abdul Somad kayaknya cuma aksesoris. Mana mungkin mereka mau mendorong Somad yang gak bisa membedakan tol laut dengan kapal selam.
Jadi penceramah yang melawak di atas podium, Somad ok-lah. Tapi untuk jadi Cawapres kayaknya belum ada potongan. Makanya hasil Intima Ulama I itu bisa dibaca cara PKS menekan Prabowo untuk memilih Salim Segaf.
Di antara tarik menarik itu, Demokrat melihat ada kesempatan. Didekati PKS dan PAN untuk membangun komitmen. Kayaknya tertarik dengan tawaran itu. Sayangnya ditunggu-tunggu komitmen SBY belum juga cair.
PKS tampaknya tidak mau bernasib seperti PPP atau PKB di Pilkada Jakarta lalu. PAN juga punya mengalaman yang sama. Waktu itu PAN, PPP dan PKB mendukung AHY. Tentu saja tidak ada makan siang yang gratis. Tapi sampai selesai Pilkada selesai, ketiga partai itu cuma diajak ngupi. Gak ada makan siang. Laper.
Nah, meskipun sudah didekati SBY, PAN dan PKS gak percaya begitu saja. Mereka nunggu waktu makan siang. Biar konkrit. Tapi boro-boro nasi, air putih saja tidak juga disuguhkan.
Sandi membaca peluang itu. Lalu dibereskan kedua partai itu dengan sekali kibas. Beres. Mereka manut.
Hasilnya, kini PAN dan PKS pasrah bongkokan. Mereka seperti diakuisisi oleh Gerindra. Bayangkan. Capresnya dari Gerindra. Cawapresnya Gerindra. Ketua tim suksesnya dari Gerindra. Eh, untuk menggantikan posis Wagub yang ditinggalkan Sandi, Gerindra juga mengajukan M. Taufik. Padahal PKS juga sudah ngarep dapat limpahan kursi Wagub DKI itu.
Kader PKS dan PAN nasibnya seperti mendorong mobil mogok. Ketika sudah jalan mereka ditinggal piknik. Tentu saja elit partai sudah menikmati makan siang duluan. Makanya para elit itu seperti mengikhlaskan partainya 'diakuisisi' Gerindra. Sedangkan kader-kadernya gak dapat apa-apa.
Sandi dan Gerindra seperti memasuki restoran "all you can eat", sekaki bayar bisa makan semua.
PAN dan PKS gak sadar, pengunjung yang datang ke restorannya gembul banget. Semua mau dihabisi. Gak disisakan sesikitpun untuk mereka. Kasian.
"Aku juga jual minyak angin, konsepnya sama, sekali bayar boleh dipakai semaunya di tempat. Asal semua bagian tubuh diolesi ya. Gak ada yang tertinggal," ujar Abu Kumkum.
"Panas dong, kang?"
"Kalau panas, ya dikipasin..."
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews