Ada banyak pertanyaan di benak kita semua melihat kenyataan Ketua INASGOC Erick Thohir bersedia menerima pinangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional atau Tim Sukses pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Pertanyaan ini muncul, karena seperti kita ketahui Erick Thohir memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Sandiaga Uno, yang tak lain adalah bakal cawapres Prabowo Subianto. Lantas, publik tentu akan bertanya, kenapa Erick tidak memilih dan mendukung Sandiaga Uno, sahabatnya sendiri?
Begitu ada yang bertanya kepada Sandiaga Uno, mengapa dirinya tidak mengajak Erick Thohir masuk kedalam Timses Prabowo-Sandi, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan Erick pasti akan menolak ajakannya. Sandi berkilah, Erick tidak suka berpolitik sejak dulu.
Apa yang dikatakan Sandiaga Uno itu bahwa Erick akan menolak ajakannya, tidak beralasansama sekali. Buktinya, Erick menerima ketika Jokowi meminangnya.
Karena hati nurani
Erick Thohir punya alasan kuat mengapa dirinya menerima pinangan Jokowi sebagai Ketua Timses Jokowi-MA'ruf Amin,dan tidak justru merpatke kubu sahabatnya.
"Hati nuraninyalah yang memilih Jokowi," kata Erick.
Erick menilai pilihannya kepada Jokowi karena dia melihat rekam jejak Jokowi selama ini, dimana dia melihat Jokowi, hatinya lebih dekat dengan rakyat. Semua terlihat dari program pembangunan yang dilakukan Pemerintah selama kepemimpinannya.
Apa yang menjadi alasan Erick, sepertinya tidak jauh berbeda dengan pilihan politik beberapa kader Partai Demokrat, seperti Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB), Gubernur Jawa Timur Sukarwo (Pakde Karwo), dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. Bahkan, beberapa gubernur lainnya yang bukan berasal dari partai Koalisi Jokowi, berani mendukung Jokowi, dan itu bertolakbelakang dengan kebijakan partai.
Misalnya Gubernur Papua Lukas Enembe yang tak lain Ketua DPD Demokrat Papua, dan Gubernur Sumatera Barat Iwan Prayitno yang dari PKS. Tidak tanggung-tanggung, ada sekitar 15 gubernur menyatakan dukungannya pada Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 nanti.
Alasan para kepala daerah yang mendukung Jokowi adalah karena hati nuraninya. Mereka menilai apa yang dilakukan Jokowi selama ini, benar-benar sesuai harapan rakyat di daerah. Pembangunan infrastruktur dan lainnya ternyata telah memberikan nilai tambah bagi kemajuan daerah. Hal inilah yang tidak mereka rasakan sebelumnya.
Nah, hati nurani pula yang jadi alasan Erick Thohir lebih memilih Jokowi-Ma'ruf Amin, dibandingkan sahabatnya sendiri, Sandiaga Uno. Tentu saja, sebagai seorang sahabat, Erick banyak mengetahui sisi-sisi lain dari teman dekatnya itu. Dengan kata lain, bila harus emilih antara Jokwi dan Sandiaga Uno, maka memilih dan mendukung Jokowi lebih sesuai dengan hati nuraninya selama ini.
Pilihan Erick kepada Jokowi, diakui atau tidak merupakan buah dari didikan kedua orang tuanya, yang selalu mengingatkan anak-anaknya untuk selalu berusaha dengan cara yang jujur dan mencari sesuatu dengan cara yang halal. Sang ayah, Almarhum Teddy Thohir, tidak menginginkan anak-anaknya berlaku curang atau melakukan korupsi.
"Percuma korupsi, karena uangnya tidak baik. Cara-cara yang tidak baik itu akan menjadi darah daging. Karena itu pula, saya menekankan kepada anak-anak saya, lakukan usaha dengan benar, jangan korupsi, jangan menyogok. Tidak baik, dan percuma saja," kata Teddy Thohir menekankan.
Nah, Seperti kata Erick Thohir, pilihannya mendukung Jokowi karena hati nuraninya. Pesan-pesan kebaikan orang tuanya yang membuat Erick lebih memilih dan mendukung Jokowi, yang dianggapnya sebagai orang baik. Bagaimana dengan Pilihan Anda?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews