Anda kaget, Mahfud MD kaget, banyak orang kaget. Saya tidak kaget, dan karena itulah sepanjang hari ini, saya tak menyambar kabar Jokowi-Mahfud MD di media sosial. Kenapa? Tak perlu saya ceritakan. Cukuplah kita sama-sama dengar alasan Jokowi yang disiarkan langsung di televisi tadi bahwa: "Kami saling melengkapi, Nasionalis-Religius."
Tapi mengapa Kiai Ma’ruf Amin, lelaki sepuh berusia tiga perempat abad itu?
Mari bedah melalui gelar-gelar yang tersampir di pundaknya.
Kiai Ma’ruf Amin adalah Rais Aam Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar negeri ini. Seorang Rais Aam, pemimpin tertinggi, jabatan yang diduduki pertama kali oleh sang pendiri NU, Kiai Mohammad Hasyim Asy'arie. Tak ada keraguan di dalamnya. Segenap kalangan NU bernaung di bawahnya.
Ia Ketua Majelis Ulama Indonesia, yang fatwanya pernah dibela dalam bentuk aksi berjilid-jilid di tanggal-tanggal cantik oleh -katanya- berjuta-juta umat.
Ia cucu langsung seorang Imam Masjidil Haram -masjid utama kaum muslimin, tempat Kakbah berdiri. Dalam perjalanan sejarah, dari Indonesia- setidaknya dari wilayah yang kini bernama Indonesia -- ada tiga ulama Indonesia yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram.
Salah satunya adalah Syaikh Nawawi Al-Bantani alias Syekh Tanara. Dari namanya, ia jelas orang Banten. Ia lahir di Desa Tanara, Serang, Banten di tahun 1813 lalu merantau mencari ilmu sampai ke Mekkah.
Ia diangkat menjadi imam besar di Masjidil Haram di usia 45 tahun. Muridnya yang terkenal di negeri ini adalah K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Ahmad Dahlan, dua ulama yang masing-masing mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Nah, Kiai Ma’ruf Amin adalah cucu Syaikh Nawawi Al-Bantani alias Syech Tanara. Sampai kini, Kiai Ma’ruf masih mengasuh Pondok Pesantren An-Nawawi di Desa Tanara, Serang -- pesantren dengan ribuan santri yang namanya diambil dari nama sang kakek, Imam Masjidil Haram dari Indonesia.
Alasan lain terpilihnya Kiai Ma'ruf tentu dari kaca mata politik. Jokowi adalah politisi handal, padanya selain melekat idealisme seorang negarawan, juga pragmatisme seorang politisi yang perlu mengatur strategi kemenangan.
Begitu handalnya Jokowi, orang-orang jadi lupa, bahwa ia tak pernah kalah setiap kali terjun dalam kontestasi politik. Dua kali memenangkan pemilihan walikota, sekali di pemilihan gubernur, dan puncaknya jadi Presiden.
Ia memporak-porandakan elit Jakarta dengan gayanya yang sedikit kemayu, berbicara pelan dan santun, dan tak begitu pandai bersilat kata. Ia bisa menaklukkan partai-partai besar yang dulu berseberangan dengannya.
Lalu mengapa Kiai Ma’ruf yang sepuh? Ya karena sepuhnya itu.
Sang kiai tak akan menjadi duri dalam daging Jokowi karena kesempatan yang terbuka di akhir periode, tak membuat Muhaimin Iskandar dan PKB-nya lari dari koalisi, tak membuat Megawati Soekarnoputri khawatir soal nasib PDIP dan trah Soekarno di tahun 2024 nanti.
Lalu bagaimana cerita di balik layar Kiai Ma’ruf Amin jadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi di Pilpres 2019? Saya juga ingin tahu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews