Saya tidak tahu bahwa koruptor kelas kakap itu adalah teman sekelas saya waktu SMA, sampai suatu hari teman saya memberi tahu saya. Budi Susanto yang terlibat dalam kasus simulator bersama Djoko Susilo itu ternyata teman sekelas saya waktu saya kelas 1 SMA. Tadinya saya tidak perhatikan sama sekali. Setelah saya diberi tahu, baru saya perhatikan fotonya. Ternyata memang dia.
Budi ini dulu tinggal di Siantan, seberang kota di Pontianak. Ia masuk SMAyang sama dengan saya. Badannya tinggi besar. Yang saya ingat, dia cukup mahir berbahasa Inggris. Berdua dengan saya, dia adalah murid kesayangan guru bahasa Inggris waktu kami kelas 1. Kelas 2 dan 3 kami tidak sekelas lagi, karena saya masuk A1, dan Budi masuk A3.
Ada satu lagi teman saya, teman SMA juga, yang masuk penjara karena korupsi. Lebih tepat disebut penggelapan, karena ia bekerja di sebuah PTS. Modusnya, ia menilap pajak yang seharusnya disetorkan. Untuk menutupinya, ia membuat faktur pajak palsu. Kasus ini terbongkar ketika pihak kantor pajak menagih ke PTS. Pengelolanya kaget, ternyata uang pajak mereka ditilap.
Teman saya yang lain adalah teman waktu di madrasah tsanawiyah dulu. Jalur pendidikannya selalu agama, hingga sarjana. Ia lulus dari IAIN, kemudian jadi dosen di situ.
Ah, ngenes kalau baca kasusnya. Ia korupsi dalam pengadaan perabot rumah tangga pada rusunawa yang dibangun oleh kampus tempatnya bekerja. Berapa sih nilainya? Kecil saja. Modusnya juga sangat konyol, mark up dan spec down yang begitu telanjang. Ia kena bui setahun.
Karena dosen IAIN teman saya ini sering dimintai khutbah dan ceramah. Saya ingat, puluhan tahun lalu saya pernah melihat dia khutbah Jumat di sebuah masjid dekat rumah.
Satu lagi, masih sepaket dengan kawan saya satu madrasah tadi. Ia lulusan IAIN Yogya, aktif di HMI waktu kuliah, kemudian di Muhammadiyah. Ia jadi dosen di IAIN, kemudian jadi rektor. Saya kenal dari pertemanan dia dengan abang saya yang aktif di Muhammadiyah.
Dulu saya sering diajak diskusi di sekretarian HMI Pontianak. Meski bukan alumni HMI saya dekat dengan anak-anak HMI di sana. Kawan saya ini termasuk yang suka mengajak saya pergi diskusi. Dia juga yang pernah mengundang saya sebagai narasumber diskusi di IAIN saat saya pulang dari Jepang.
Terakhir ketemu dia secara tak sengaja di Madinah, saat saya sedang umrah tahun 2014.
Korupsi rasanya begitu dekat, karena sampai dilakukan oleh orang-orang yang saya kenal.
Mengerikan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews