Orang PKB adalah adalah orang NU (Nahdlatul Ulama), namun orang NU belum tentu PKB.
Masih ingat betul ingatan saat menjelang pemilu tahun 2014, banyak baliho di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang berisi sindiran pada PKB yang dipimpin Muhaimin Iskandar. Kala itu ada dukungan arus bawah kepada Mahfud MD dan Rhoma Irama untuk maju Pilpres.
"Bang Rhoma, saya saja dibohongi apalagi sampeyan" pada poster besar bergambar Gus Dur.
"Mahfud, aku saja yang kata mereka wali dikhianati, apalagi sampeyan" pada poster foto Gus Dur yang sedang tertawa.
Sejak lengsernya Gus Dur dari PKB, animo warga NU yang memilih PKB menurun, namun sebagian orang menganggap kehadiran Mahfud MD kala itu ikut mendongkrak suara PKB yang mulai merosot pasca Gus Dur dilengserkan.
Gus Dur dalam tradisi NU dianggap panutan, guru, dan sekaligus pemimpin. Suatu hal ndak elok bila santri menggugat kyainya, gurunya. Satu hal di luar kewajaran, karena tawadu pada guru hal yang mutlak bagi santri. Bilapun tidak cocok dengan apa yang guru lakukan, mendingan diam. Itupun dalam rumpun salafi juga ndak elok, santri tidak boleh menaruh curiga pada gurunya. Ini tradisi dan ajaran pesantren.
Masih ingat pula saat itu posisi Mahfud MD abstain, tidak memihak Muhaimin dan tidak memihak Gus Dur. Meski keloyalan Mahfud MD pada Gus Dur tak diragukan. Abstainnya Mahfud MD bagi orang salafi militan (kyai pinggiran) dianggap tidak punya pendirian. Cari aman, bila Muhaimin Iskandar menang dia aman, dan jika Gus Dur menang dia juga aman.
Entahlah.... Namun waktu itu khalayak menilai bila Mahfud MD lebih condong ke Gus Dur sehingga muncul baliho-baliho raksasa seperti tersebut di atas di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Munculnya nama kyai Ma'ruf Amin saat injury time pengumuman capres dan cawapres Jokowi merupakan kelanjutan cerita masa lalu tersebut.
Bahkan sampai terbawa pada Pilgub Jawa Timur, di mana Gus Ipul yang diusung PKB kalah atas Khofifah. Meski Gus Ipul masih keponakan Gus Dur dan Gus Sholah namun dukungan keluarga malah jatuh ke Khofifah, terlihat saat sujud syukur waktu melihat hasil cuick count kemarin. Karena semua tahu keloyalan Khofifah pada Gus Dur dan NU.
Di saat kemungkinan Muhaimin Iskandar tak terpilih cawapres Jokowi, manuver pun jadi agar Mahfud MD tersingkir meski tanda-tanda sudah mengarah ke padanya. Dengan dipilihnya kyai Ma'ruf Amin dengan harapan bisa diterima kubu PKB dan warga NU yang loyal pada Gus Dur.
Kyai Ma'ruf Amin yang alumni dari Tebu Ireng, diharapkan keluarga Tebu Ireng pun bisa legowo.
Kebesaran jiwa Mahfud MD benar-benar dipertontonkan, legowo meski banyak orang percaya dipecundangi di injury time. Luar biasa Mahfud MD dan luar biasa pula Jokowi dalam menentukan sikap.
Masihkah ke-NUan Mahfud dipertanyakan lagi oleh elite PKB?
Dan tentu tidak salah juga ketika ada poster poster yang mempertanyakan ke-NUannya orang-orang PKB.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews