Daniel, Titisan Si Narsar Karokaro dan Baris Hutagalung

Rabu, 8 Agustus 2018 | 15:34 WIB
0
797
Daniel, Titisan Si Narsar Karokaro dan Baris Hutagalung

Sumatera Utara dengan etnis Batak-nya di sana, adalah lahan yang subur bagi para pecatur. Kalau mau menyebut dua nama saja, Salor Sitanggang dan Cerdas Barus, itu hanyalah dua nama dari para legenda catur yang mewakili zaman moderen, seangkatan dan seirisan waktu dengan Utut Adianto atau Ardiansyah. Padahal, ada nama yang tak kalah legendarisnya, yaitu pecatur tangguh yang disegani "kumpeni", Si Narsar Karokaro.

Si Narsar Karkaro, misalnya, adalah pecatur paling dikenal di tanah Eropa yang dimiliki Hindia Belanda saat itu. Karena Nusantara masih dalam cengkeraman Belanda, maka pecatur batak itu adalah kebanggaan Belanda selain Max Euwe yang pernah hidup seirisan dengan Si Narsar Karokaro. Kelak di kemudian hari Euwe ini mencatatkan dirinya sebagai Juara Dunia.

Beberapa terbitan dari media lawas sebelum meletusnya Perang Dunia Pertama telah mencatat kehebatan Si Narsar Karokaro ini. Media terbitan Hindia Belanda pada masa itu menyanjung Si Narsar Karkaro sebagai Bataksche Capablanca dan Oostkustsche Tarrasch. Jose Raul Capablanca adalah pecatur kuat dari negara Kuba pada masa itu, sementara Siegbert Tarrasch adalah lawan tanggguh bagi Tarrasch, yang namanya ditabalkan sebagai salah satu pembukaan permainan catur paling agresif.

Pecatur Batak legendaris lainnya yang lebih modern adalah Baris Hutagalung yang merupakan pecatur terkuat pada masanya, yaitu pecatur terbaik Indonesia tahun 1950-1960, seangkatan dengan Max Wotulo.

Pada tahun 1960, Baris mengikuti Kejuaraan Zona Pacific di Sydney, Australia, mencari penantang Mikhail Botvinik, juara dunia saat itu pada tahun 1963. Meski menyandang juara Indonesia, Baris belum mampu melangkah lebih lanjut setelah zona ini dimenangkan Cecil Purdy, jawara Australia. Namun demikian, Baris pernah menundukkan Yuri Averbach, Grand Master kuat dunia masa itu dalam sebuah partai eksibisi.

[caption id="" align="alignright" width="471"] Si Narsar Karokaro, sketsa pensil karya HF van Lent-Gort, 14 Juli 1920.[/caption]

Kini Sumatera Utara punya pecatur muda harapan masa depan Indonesia. Namanya Daniel Hermawan Lumban Tobing. Sepekan lalu sebelum terbang untuk bertanding, gelarnya di permainan otak ini baru MP alias Master Percasi.

Namun sungguh prestasi yang membanggakan, atas raihannya di Shanghai, Tiongkok, Daniel berhak menyandang langsung gelar FM atau FIDE Master dan bahkan sudah berhak meraih norma Master Internasional pertamanya!

FM dan MI adalah gelar bertaraf internasional, bukan sekadar jago kandang sebagaimana gelar MP. Sedangkan pecatur yang sudah menyandang gelar MI penuh, maka ia berhak berangan-angan menyandang gelar paling mentok dalam dunia catur, yaitu GM alias Grand Master.

Jika kemampuan dan ketajaman Daniel terus ditempa, kemudian diberi kesempatan bertanding seluas-luasnya --tentunya diperlukan sponsor konsisten yang berkomitmen di dunia catur seperti perusahaan Tata Steel di India-- tidak akan terlalu lama lagi Indonesia bakal memiliki GM terkuat dan bahkan bisa berbuat banyak di level dunia!

Kemarin, Daniel kembali menyumbang medali emas untuk Indonesia di ajang catur 3rd Eastern Asia Youth Chess Championship 2018 di Shanghai, Tiongkok itu. Kali ini dari catur standar atau biasa disebut catur klasik. Hebatnya, Daniel sudah memastikan gelar juara dengan satu babak masih tersisa setelah menundukkan pecatur asal Taipei, Liu Yu-Ping di babak ke-8.

Nah kurang apa lagi! Dengan torehan 7½ poin dari delapan babak praktis ia tidak lagi terkejar oleh para pesaingnya.

Ini medali emas kedua Daniel di turnamen ini. Lima hari lalu Daniel juga menyumbang medali emas dari catur kilat dengan waktu berpikir 5 menit. Selain itu masih ada medali perunggu yang didapatnya kemarin di catur cepat dengan waktu pikir 25 menit. Dengan demikian, kemampuan Daniel sesunggunhanya sangat merata dan komplet di tiga jenis waktu berpikir dalam permainan catur ini.

Atas keberhasilan menaklukkan lawan-lawannya di atas papan catur, Daniel Lumban Tobing akan pulang ke Medan dengan membawa dua medali emas dan satu medali perunggu di sakunya.

Cukup?

Belum. Pecatur kelahiran tahun 2003 ini juga berhak menyandang gelar FM sesuai dengan regulasi turnamen yang berbunyi: "Gold medalists of U16 category shall be awarded the title of FM and an IM norm."

Ah, selain gelar FM ternyata Daniel juga akan mendapat satu norma IM!

Apakah masih ada syarat lain untuk dipenuhi? Tentu. Coba kita baca lagi regulasinya.

"For a direct title to be awarded immediately an applicant has to have achieved at some time or other a minimum rating as follows: FM 2100."

Elo rating Daniel sekarang 2074. Dengan tambahan 32 poin rating di turnamen ini maka Daniel akan memiliki rating 2106. Lebih dari cukup untuk memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Direct title FM ini akan langsung diberikan pada saat kongres FIDE berlangsung.

Sungguh prestasi yang luar biasa. Memang sebelum ia berangkat ke Tiongkok, Daniel dipersiapkan secara khusus oleh ayahnya antara lain dengan dibantu 3 sparring partner yaitu FM Pitra Andika, MN Jhon Roy Damanik dan MN Muhammad Johan.

Lantas apa yang layak diberikan sebagai penghargaan kepada anak Medan ini?

Salah satu keinginan Daniel waktu kecil adalah bisa berjumpa dengan Gubernur Sumatera Utara. Keinginan yang sederhana tetapi belum kesampaian sampai sekarang meskipun sudah beberapa kali ganti Gubernur.

Ada yang bisa bantu titisan Si Narsar Karokaro dan Baris Hutagalung untuk bertemu gubernurnya ini?

***